31. Gejolak Rasa

24 13 8
                                    

"Selamat atas pernikahan kalian berdua."

Masih terngiang di benak Quen, ucapan terakhir yang dilontarkan Helena untuk mereka berdua sebelum akhirnya wanita yang mencintai Garra tersebut meninggalkan rooftop membawa kesakitan ikut melangkah bersama.

Kini, mereka hanya bisa menunggu kabar dari Garra, pria itu langsung mengejar Helena. Suara teriakan Garra pun tak digubris, kaki itu terus saja berlari hingga ke lobi hotel.

"Hel! Tunggu! Ada apa denganmu?!"

Tangan panjang untung bisa meraih lengan Helena yang tak ingin menoleh. Suara Isak terdengar, wanita yang sedang ditahannya ini sedang meluapkan kesedihan mendalam.

Butuh waktu Helena menjawab, Garra dengan sabar menunggu keadaan Helena cukup tenang.

"Aku tidak apa," jawabnya bohong masih enggan menoleh ke belakang.

"Hel! Lihat aku! Tatap!"

Garra semakin mencengkram kuat lengan itu, membuat Helena memaksakan diri untuk melihat pria yang mulai berpeluh.

"Mengapa kamu tidak bilang bahwa sudah menikah, dan istrimu ternyata adalah Quen! Mengapa Gar?!" Air mata tak terbendung, meluap ibarat banjir bandang.

Mendapat pertanyaan itu Garra melepas lengan Helena, ia sendiri pun bingung bagaimana cara memberitahu orang-orang kalau ia dan Quen sudah menikah, sedangkan istrinya saja masih sangat perhatian dengan Eder bahkan masih menjalin hubungan.

"Jawab Gar!" Kali ini Helena yang memaksa. Ia menggoncang tubuh kekar pria itu beberapa kali.

"Karena ... pernikahan kami hanya sebuah permainan."

Deg!

Bukan hanya satu hati sekarang yang merasa tersakiti, tapi ada hati lain yang secara tak sengaja mendengar obrolan mereka berdua, yaitu Quen.

Wanita itu ikut menyusul Garra karena mereka berdua tak kunjung naik ke lantai atas.

"Mengapa dadaku sesak? Menikah hanya untuk main-main? Seharusnya aku tahu itu."

Dibalik langkah anggun bak seorang putri raja, sorot mata berbinar, wajah rupawan. Menyimpan rasa sakit teramat dalam. Itulah keadaan Quen sekarang. Perasaannya tercabik dengan tubuh terkulai mendengar penuturan langsung dari suaminya. Begitu tak berartikah sosok wanita itu di mata Garra?

"Bagaimana Quen? Apa kamu sudah menemukan mereka berdua?"

"Iya, apakah kamu sudah menemukan mereka, Sayang?"

"Di mana mereka? Quen?"

Rentetan pertanyaan menggema di kedua telinga, tapi tak ada satu pun yang ia jawab. Quen membisu, pikirannya berkelana tak tahu ke mana.

Hingga pundak itu disentuh pelan, barulah Quen tersadar.

"Kenapa Ma?"

Raline mengernyitkan dahi, heran melihat menantunya itu.

"Kamu yang kenapa."

Sebelum Quen menjawab, terdengar suara teriakan dari Cindy.

"Helena! Kamu kenapa, Nak?!"

Dejavu, kini semua pandangan beralih menatap Garra dan Helena. Sosok suami Quen itu merangkul mesra tubuh Helena yang terlihat lunglai, kelopak sayu, dengan sorot mata tak biasa menatap Quenarra.

Helena menggeleng lemah menjawab pertanyaan dari Cindy, ia semakin mempererat rangkulan tangan pada pinggang Garra. Seperti sengaja memperlihatkan kepada wanita yang berdiri tepat di depan mereka.

SPEKTRUM HATI QUENARRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang