Chapter 7

780 131 5
                                    

Mark tidak terlalu mengetahui jalan-jalan di kota tempat tinggal Renjun, tapi tadi Mark sempat ijin pada Renjun untuk pergi keluar sebentar sebab hujan pun telah reda malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark tidak terlalu mengetahui jalan-jalan di kota tempat tinggal Renjun, tapi tadi Mark sempat ijin pada Renjun untuk pergi keluar sebentar sebab hujan pun telah reda malam ini.

Mark ingin mendinginkan pikiran nya, dia sedang overthinking karena pria yang disebut kakak oleh Renjun itu tampak berbicara serius pada adiknya sampai yang dilakukan Renjun hanya diam dan membisu setelahnya.

Mark tahu kakak nya itu pasti membahas sesuatu yang tidak baik sehingga membuat Renjun sedikit murung. Mungkin itu semua pun ada kaitan nya dengan nya.

Pria itu memilih untuk duduk di depan minimarket yang sedang sepi, mengeluarkan sebuah bungkus kotak, meraih isi nya dan memantiknya dengan api. Kemudian sebuah asap keluar dari mulutnya yang terbang dan menghilang di udara.

Jujur sebenarnya Mark tidak suka merokok, tapi rokok adalah satu-satunya alasan semua emosi dan pikiran aneh nya lenyap begitu saja.

Dia juga tidak hanya memikirkan hal itu, Mark berpikir teman-teman nya itu hanya menggodanya dan hanya sekedar bercanda. Tapi disisi lain Mark berpikir mereka tidak main-main dengan ucapan nya, bisa jadi suatu saat nanti ada yang benar-benar mengambil Renjun darinya.

Karena Mark memegang prinsip "apa yang sudah menjadi miliknya, tidak boleh ada yang mengambilnya ataupun merebutnya". Walau dia dan Renjun baru menjalin hubungan selama 3 hari, tapi Mark sama sekali tidak akan pernah rela untuk membiarkan Renjun-nya diambil oleh orang lain.

Itu semua memang sepele, tapi cukup membuat Mark frustasi.

Bagaimana jika nantinya Renjun benar-benar direbut oleh orang lain?

Bagaimana jika kakak laki-laki Renjun ternyata tidak merestui hubungan nya dengan Renjun?

Bagaimana jika hari-hari yang dia lalui tanpa Renjun? Mungkin sebelum mengenal Renjun, Mark tidak akan peduli sebagaimana hampa kehidupan nya. Tapi setelah mengenal Renjun, Mark akan terus merasakan kehampaan itu.

Ini berlebihan, mereka dipertemukan karena ketidaksengajaan. Lalu jatuh cinta di hari itu jua. Wajarkah jika Mark egois hanya karena Renjun?

Mark terlonjat ketika ponsel yang dia taruh di saku celana nya itu bergetar. Mark pun mengangkat panggilan telfon di ponsel nya.

"Markeu-ya! Kamu dimana?! Pulang-- eh, maksudnya cepet balik lagi, jangan lama-lama."

Mark terkekeh pelan, "Iya iya, aku lagi jalan kesana kok."

Tak ada jawaban lagi dan Renjun disana langsung menyelesaikan panggilan nya.

Mark pun bangkit dan berjalan untuk kembali ke rumah Renjun.

"Ge, Mark boleh tidur di kamar aku?" tanya Renjun pada kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ge, Mark boleh tidur di kamar aku?" tanya Renjun pada kakaknya.

"Sayangnya disini gak ada kamar lebih ya. Terus gege bakal biarin kamu tidur satu kamar sama dia?" Winwin menunjuk Mark yang sedang berdiri disamping Renjun sambil menunduk.

"Renjun, kamu tetep tidur dikamar kamu. Dan kamu," Winwin beralih pada Mark, "Kamu tidur bareng saya."

Renjun tersenyum mendengar itu kemudian memeluk kakaknya, "Makasih gege!!"

Winwin mengangguk lalu mengajak Mark pergi ke kamarnya. Winwin meletakkan kasur diatas lantai dan menyimpan bantal, guling serta selimut.

"Kamu mau tidur dimana? Kasur atas atau kasur lantai ini?" tanya Winwin.

"Kasur lantai aja." Mark pun duduk diatas kasur itu, sedangkan Winwin sudah naik keatas kasur.

"Mark." panggil Winwin.

Mark otomatis menghadap Winwin dan sedikit mendongak untuk menatap wajah lelaki di depannya.

"Kamu temen sekolah Renjun?"

Mark menggeleng, "Bukan, saya udah lulus kak."

"Pacar?"

Mark terdiam untuk beberapa detik kemudian mengangguk.

"Tadi saya bilang ke Renjun kalo saya udah gak bakal restuin dia buat pacaran lagi."

Mark sudah menduganya. Pasti kakak laki-laki Renjun tidak merestui hubungan mereka.

"Saya udah capek liat adik saya disakitin terus, terakhir dia ditinggal mantan nya karena cowok itu milih yang lain. Saya jadi gak percaya lagi sama cowok yang deket sama Renjun."

Mark menunduk.

"Seminggu yang lalu saya abis nonjokkin cowok brengsek itu. Jadi kalo kamu gak mau punya nasib sama kayak cowok itu, jaga adik saya baik-baik. Paham?"

Mark pun mengangguk, "Saya janji bakal jaga Renjun, kak."

Winwin tampak tersenyum, "Tidur yang nyenyak, Mark."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Chapt ini garing sekali 🙂

We Fell In Love In October | MarkrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang