Chapter 17 : where's my love

642 110 3
                                    

Mark memutar knop pintu itu lalu masuk dan langsung disambut oleh sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark memutar knop pintu itu lalu masuk dan langsung disambut oleh sang ayah.

"Mark-- what happened to you?"

"Sorry, dad, but i want to rest. Maybe later I will tell you, good night."

Mark menepuk bahu ayahnya kemudian berlalu untuk masuk ke dalam kamarnya. Menaruh tas soren nya dan pergi ke balkon kamarnya.

Pria itu terduduk disana seraya memeluk lututnya.

'What happened with me?' hanya kalimat itu yang terus dia ucapkan dalam hati.

Kenapa?

Kenapa harus sekarang?

Kenapa?

Padahal Mark sangat tidak berharap dirinya menjadi seperti ini.

Padahal dirinya tahu bahwa Renjun sudah sering kali disakiti, apa Mark akan menjadi salah satunya juga?

Pria itu meremat rambutnya sendiri, dia memaki dirinya sendiri di dalam hati, menyumpah serapahi nya.

'Mark Lee bodoh'.

"Maaf.." lirih Mark, "Maaf, maaf, maaf."

"Maafin aku Renjun."

Renjun baru saja keluar dari minimarket dan sengaja duduk dulu di tangga minimarket itu seraya menatap langit yang penuh bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun baru saja keluar dari minimarket dan sengaja duduk dulu di tangga minimarket itu seraya menatap langit yang penuh bintang.

Sekilas ia melihat sepeda biru nya yang terparkir dijajaran sepeda motor lain lalu kembali menatap langit.

Apa mungkin inilah yang menjadi firasat kakaknya, nyatanya Renjun kembali merasakan sakit hati walau belum fatal dan semoga saja tidak parah.

Selalu disaat seperti ini. Selalu disaat Renjun sedang sayang-sayangnya, orang itu malah membuatnya sakit hati dan berakhir berpisah.

Tapi semoga saja Mark menjadi yang terakhir baginya. Renjun benar-benar menyayangi pria itu sebab sifatnya beda dari yang lain.

Hal sederhana yang pria itu lakukan bahkan bisa membuatnya senang bukan main.

Lalu Renjun meraih liontin kalung yang melingkar di lehernya, menggenggamnya seolah-olah dia sedang menggenggam tangan pria itu.

Rasanya ia ingin menangis mengingat jawaban Mark tadi sore.

'You're in another love, right?'

'Uhm.. y.. you want me to answer it?'

'Of course'

'Honest answer or lie answer?'

'I want to choose a lie answer'

'Are you sure?'

'Yes'

'Sorry but.. no'

Renjun menutup wajahnya dengan kedua tangan nya. Sakit. Disisi lain Renjun menyukai sifat jujur yang Mark miliki, tapi untuk itu, itu adalah suatu kejujuran yang berhasil membuat nya terhempas sangat jauh.

Ternyata, Mark memang sedang mencintai seseorang selain dirinya.

"Ikut duduk, ya?"

Renjun menjauhkan tangan nya lalu menoleh untuk melihat siapa yang baru saja duduk disampingnya.

"Jaemin?"

Laki-laki itu ikut menoleh kemudian tersenyum, "Hai."

"Kok bisa disini?"

"Ya bisa lah." jawab Jaemin sambil terkekeh.

Tidak tahu apa yang Renjun rasakan, tapi tiba-tiba memori masa dimana dirinya dan Jaemin pernah bersama itu kembali terputar dalam otaknya.

"Kamu kenapa?" tanya Jaemin duluan.

"A-aku? Aku g... gak apa-apa."

Jaemin terkekeh lagi, "Kamu kira kamu bisa bohong dari aku?"

Renjun menunduk mendengar itu, "Jaemin, gimana rasanya kalo pacar kita ternyata lagi jatuh cinta sama orang lain?"

"Rasanya?" ulangi Jaemin yang diangguki oleh Renjun, "Ya sakit banget lah."

"Itu semua lagi terjadi sama aku."

Jaemin menatap Renjun dari samping dalam diam. Jaemin bisa melihat dengan jelas bahwa laki-laki itu benar-benar mengalami sakit hati yang cukup sakit.

Jaemin jadi ikut merasa bersalah mengingat dulu ia pun pernah menyakiti laki-laki itu. Tetapi setelah itu Jaemin berharap ada pria lain yang bisa membahagiakan Renjun lebih darinya. Ternyata semua sama saja.

Tangan Jaemin lalu merangkul bahu Renjun.

"Aku tau kamu sakit hati banget tapi coba deh kamu pikirin lagi, disini bukan cuma kamu yang sakit, tapi dia, pacar kamu, juga lebih sakit hati karena udah sakitin kamu." suaranya, "Aku nggak membela dia, cuma lebih baik kalian bicarain lagi baik-baik. Kamu bisa tanya dia pelan-pelan kenapa harus dia nyakitin kamu, ya, kan?"

Renjun mulai berpikir saat Jaemin berbicara seperti itu.

"Dia sekarang pasti nyesel karena udah sakitin kamu. Lebih baik kalian obrolin lagi sebelum masalah nya jadi fatal, sebelum kalian sepakat milih buat berpisah."

"Jangan kayak aku..."

"....memutuskan secara sepihak...."

"....tanpa ada persetujuan dari kamu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Sebelumnya guys maaf ada kesalahan teknis, waktu itu aku pernah cantumin nama Haechan sebagai teman Mark di chapter He's mine

Dan itu udah aku ganti jadi Lucas ok, hehe

Ada yang sadar gak sih?

Double up or tidak?

VOTE & KOMEN

We Fell In Love In October | MarkrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang