Renjun benar-benar tidak menyukai ini, disaat dirinya sedang berada di fase melupakan, dia sering melihat Mark.
Tentunya Mark masih selalu datang ke sekolah untuk menjemput ibu nya. Meski sudah tidak ada interaksi antara dirinya dan Mark, tetapi Renjun masih bertegur sapa dengan ibunya.
Oh ya ngomong-ngomong, Renjun baru sadar dia masih memakai kalung yang diberikan Mark waktu itu.
Tapi jika dilihat, Mark juga sudah tidak memakai kalung yang sama. Secepat itu ternyata Mark melupakan kebersamaan mereka.
Renjun pun akan melepaskan nya, dan dia tidak akan menyimpannya. Renjun akan mengembalikan kalung itu pada Mark.
Kelas akhirnya bubar sebab tidak ada lagi mata pelajaran mengingat sebentar lagi akan acara kelulusan.
Renjun menjinjing tas nya yang hanya berisi satu buku saja, berjalan menuju ke gerbang. Kebetulan, ia melihat Mark sedang duduk diatas motor.
Pria itu mulai berubah semenjak berpisah dengannya. Mulai dari rambutnya, outfitnya yang menjadi lebih fashionable, juga pria itu sudah bisa membawa kendaraan sendiri.
Dengan keberanian nya dan keinginannya yang mau tak mau, Renjun menghampiri Mark dan menepuk bahu nya.
"Iya-- eh."
Renjun menatap wajah Mark sebentar kemudian menatap ke arah lain setelahnya. Tangan nya sibuk membuka pengait kalung itu, kemudian ia menyerahkannya pada Mark.
"Ini bukan punya aku, jadi aku kembaliin ke kamu."
"Oh, em... iya." Mark mengambil kalung itu lalu menaruhnya di saku hoodie.
Mereka masih saling berhadapan tanpa ada pembicaraan. Renjun menarik napas lumayan lama kemudian menghembuskannya.
"Yaudah, duluan ya."
"Tunggu." Mark meraih lengan Renjun, "Maaf--..."
"Nevermind, Mark. Udah terlanjur."
Renjun pun berbalik dan berjalan menjauh dari Mark dengan perasaan tidak enak.
Semua ini terlalu menyakitkan, sungguh, Renjun tidak sanggup.
Mark yang duduk diatas motor menatap kepergian Renjun dengan perasaan yang sama. Mau bagaimanapun, mereka sudah tidak bisa kembali bersama seperti dulu.
Bukan hanya karena Mark telah menyakiti hati remaja itu, dia juga telah memutus restu dari kakak laki-laki Renjun.
Mark merogoh dompetnya dan membuka nya. Dia masih memajang fotonya bersama Renjun ketika mereka berada di photobox, saat mereka pergi ke festival bulan Oktober lalu.
Mengeluarkan foto itu lalu meraih korek. Mark memantik korek itu dan mengarahkan api nya ke kertas yang ia pegang, lalu membakarnya.
Kenangan nya bersama Renjun itu seperti foto yang ia bakar, berakhir menjadi abu yang kemudian akan ditiup oleh angin.
Mark memberhentikan motornya di depan sebuah rumah, membuka helm kemudian berjalan menuju pintu.
"Eh kak, masuk." sahut Haechan yang sedang duduk di ruang tamu ketika ia melihat Mark baru saja datang.
Mark pun ikut duduk disamping Haechan, "Kayaknya kamu lebih cocok pake kalung yang liontin nya matahari."
"Ah iya kah?"
Mark mengangguk kemudian membuka kalung Haechan dan mengganti nya dengan kalung yang dia keluarkan dari saku hoodienya.
"Tuh kan bagus, nah aku pake yang liontin bulan."
Haechan tersenyum lebar sambil terus melihat kalung itu, membuat Mark ikut tersenyum lalu menarik laki-laki dihadapannya untuk dipeluk.
Kenapa Haechan mirip sekali dengan Renjun? Hal sederhana yang diberikannya membuat Haechan senang, dan itu semua mirip seperti Renjun.
Mark semakin mempererat pelukannya pada Haechan. Mark takut untuk berjanji lagi sekarang, Mark takut jika nanti dia sendiri lagi lah yang mengingkarinya.
Mark tidak ingin menyakiti hati orang lain lagi.
❝ I'm sorry if I end up hurting you, I won't do it again because something that has turned to ashes can't be burned again. ❞
.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Fell In Love In October | Markren
Fanfiction[ October special ] ❝ Thank you October.❞ • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021