Mark hampir beberapa kali menarik napas lalu membuang nya. Tidak tahu kenapa Mark tiba-tiba berpikir harus bagaimana pada Renjun sekarang.
Apakah memang seperti ini rasanya setelah memiliki kekasih? Mark merasa jadi biasa saja atau memang itu belum terjadi?
Padahal Mark ingin merasakan butterfly effect seperti pada cerita-cerita.
Mark juga merasa kesal karena kereta yang dia tumpangi belum sampai di tujuan. Mark ingin segera bertemu Renjun.
Mark tidak tinggal di kota yang sama seperti Renjun. Sekolah yang ditempati Renjun pun sebenarnya bukan sekolah tempat dia belajar dulu.
Lalu kenapa Mark ada disana kemarin?
Ibu Mark adalah guru di sekolah itu. Mark memang baru-baru sekarang pergi kesana hanya untuk menjemput ibu nya. Mark itu pria sekaligus putra yang manis bagi ibu nya.
"Haduh lama banget deh." gumam Mark kemudian mengambil gitar yang dia taruh di samping nya.
Jari-jarinya mulai memetik senar gitar itu sampai terdengar bunyi yang merdu, membuat beberapa penumpang disana menoleh ke arah Mark.
Mark sendiri tidak sadar dia sedang di perhatikan oleh orang-orang disana. Sampai ada seorang pria paruh baya bertopi fedora datang menghampiri dan menyita perhatian nya.
"Permainan yang bagus!" puji pria itu sambil bertepuk tangan.
Mark membungkuk, "Terima kasih."
"Kamu masih sekolah, dik?"
"Udah lulus, om."
"Ah kebetulan." pria itu merogoh saku nya, mengambil satu buah kertas, "Ini nama saya dan nomor saya."
Awalnya Mark ragu maksud pria itu, tetapi dia pun mengambil kertas itu.
"Saya menawarkan kamu untuk rekaman, jika minat. Hubungi saya."
"Re-rekaman?"
Pria itu mengangguk, "Iya. Kamu bisa jadi artis. Ah sudah sampai stasiun tujuan saya, saya pamit. Tolong hubungi saya jika adik minat." lalu pria itu pergi keluar.
Rekaman? Bukankah ini kesempatan emas bagi Mark?
Mark hampir lupa setelah turun dari kereta, dia juga harus naik bus untuk pergi ke sekolah Renjun. Melelahkan, rasanya Mark ingin teleportasi.
Di bus Mark ketiduran tapi untungnya dia tidak melewatkan sekolah Renjun. Dia turun lalu tanpa berlama-lama masuk kesana.
Sepi. Sepertinya masih jam pelajaran.
"Mark?"
Mark menoleh kemudian tersenyum lebar, "Hai." sapa Mark seraya melambai.
Pria manis yang memanggilnya itu lalu jalan menghampiri, "Kamu kesini lagi?"
"Iya. Aku mau jemput ibu aku."
"Oh, ibu kamu guru?"
Mark mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu udah sarapan? Kalo belum, ayo sarapan bareng di kantin."
"Aku udah kok. Kamu belum? Yaudah aku temenin."
"Ah aku juga udah sih." kata Renjun sambil menggaruk kepala nya.
Mark melihat itu hanya terkekeh. Walau hanya terkekeh, tapi di dalam hati Mark sudah gemas bukan main.
'GEMES!??'
'SO F- CUTE!'
'I WANT TO PINCH IT!'
'OK, I'M GONNA DIE.'
"Umm..." tangan Mark terulur, tadinya dia ingin mencubit pipi Renjun. Tapi Mark gugup dan membuat Renjun kebingungan.
"Umm?" copy paste Renjun membuat Mark semakin tidak tahan ingin mencubitnya, ditambah ekspresi Renjun yang seperti bayi kucing itu.
Renjun menatap tangan Mark yang terjeda di udara. Mungkinkah Mark ingin menamparnya?
Renjun menarik pergelangan tangan Mark, membawa telapak tangan pria itu untuk menyentuh pipi kanan nya.
Mata Mark membulat ketika dia merasakan pipi Renjun yang lembut.
Tidak lama Mark menjauhkan lengan nya, "God damn! Just take my life!" suara Mark sambil berbalik membelakangi Renjun, dia tidak ingin wajah memerah nya terlihat oleh lelaki itu.
"Are you okay, Mark?" tanya Renjun.
"I'm not okay." sahut Mark yang masih tidak mau kembali berbalik ke arah Renjun.
Renjun bingung apa yang harus dilakukan nya. Tapi seingat Renjun, kakaknya bilang jika seseorang tidak baik-baik saja, cukup beri dia pelukan, maka orang itu akan sedikit lebih baik.
Okey, dengan keberanian seadanya, Renjun melangkah mendekati Mark. Sempat memegangi dada nya karena gugup, akhirnya Renjun memeluk tubuh Mark dari belakang.
"R-Renjun!?" dengan secepat kilat Mark berbalik sehingga pelukan Renjun terlepas.
Sedikit aneh dengan sikap Mark, tetapi Renjun kembali mendekati Mark dan memeluknya lagi.
Mark membeku untuk beberapa detik sampai akhirnya dia membalas pelukan Renjun. Dengan keraguan, tangan Mark terulur untuk mengelus surai halus pria manis itu dan lama-kelamaan menjadi nyaman.
Sedikit info ya, ini bakal short chapter karena spesial bulan oktober aja hehe
Vote & komen ya, makasih udah mau baca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
We Fell In Love In October | Markren
Fanfiction[ October special ] ❝ Thank you October.❞ • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021