Jika saja sore itu Jheha tidak meminta tolong kepada Revan, mungkin mereka tidak akan menikah di usia yang sangat muda.
Menikah karena sebuah accident yang tidak masuk akal membuat keduanya terjerat di dalam hubungan yang tidak pernah terbayangkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jam pelajaran tengah berlangsung. Jheha dan kedua sahabatnya sudah duduk dengan tenang di kursi masing-masing, sembari menunggu kedatangan guru yang mengajar mereka asik berbincang dan lebih banyak berghibah ria.
"HARI INI ADA ULANGANNNN!!!" teriakan Billy-ketua kelas menggema. Membuat perhatian yang lain langsung mengarah padanya.
"Ulangan apaan?" tanya Zoya.
"Fisika."
Ekspresi terkejut dari masing-masing wajah terlihat. Mereka tidak ada yang ingat jika ada ulangan.
"Serius?" tanya Revan memastikan.
"Lo gak belajar juga tetep pinter!" sambar Leon begitu melihat tatapan kaget dari sohib sebangkunya.
Jheha memperhatikan dari tempat duduknya. Ia mendadak kalang kabut sendiri.
"Ini serius gak, sih?"
"Lo pada gak inget, dua hari yang lalu bu Asih ngasih tau, kan."
"Terus kenapa gak lo ingetin?!" tanya Zoya dengan sewot.
"Kamu harusnya inget dong, kan yang ulangan bukan cuma ketua kelas." timpal gadis yang duduk di sebrang barisan Zoya tempati.
Zoya menatap tajam gadis itu. "Gue gak ngomong sama lo!"
"Kalo gitu kenapa lo gak ngasih tau?!" Lanjutnya.
"Masa udah lupa. Pacaran terus sih, makanya gak inget belajar." Sarah-gadis itu kembali menyahuti tanpa menatap sang lawan bicara ia sibuk membolak-balik halaman bukunya.
Zoya bangkit dari duduknya. "Heh, mau gue pacaran kek, nggak kek. Seterah gue, lah. Ribet banget hidup lo. Gue pacaran juga gak minta dibiayai sama lo, ya!" Feya dan Jheha nampak panik begitu melihat tatapan seram dari Zoya.
Alamat keributan akan terjadi.
"Udah udah, kenapa jadi ribut, sih!"
"Duduk, Zoy. Gak usah ditimpali tuh cewek." akhirnya Zoya duduk kembali dengan perasaan dongkolnya.
"Terus gimana?"
"Kalian tau kan, bu Asih kalo udah bilang A ya harus A."
"Pura-pura lupa, kek."
"Iya tuh, pura-pura lupa aja."
"Sekelas pura-pura lupa, bakalan kalah sama yang caper." sindir Laura yang duduk tepat dibelakang Sarah.
