Jika saja sore itu Jheha tidak meminta tolong kepada Revan, mungkin mereka tidak akan menikah di usia yang sangat muda.
Menikah karena sebuah accident yang tidak masuk akal membuat keduanya terjerat di dalam hubungan yang tidak pernah terbayangkan...
Tolong banget ya, usahakan untuk kalian komen di setiap paragraf nya dan vote setelah membaca.
Dengan cara itu kalian menjadi motivasi buat aku untuk semangat buat rajin up. Sebenarnya aku gak mau update cuma seminggu sekali, tapi ya gimana vote nya pun udah seminggu gak berubah.
Dengan kalian ramaikan di setiap part itu buat mood aku nambah berkali-kali lipat
Kalian jangan jadi silent readers plis. Itu gak enak banget. Nge-vote gak sampai berjam-jam kok fwen. Jarak yang baca dan vote jauh banget banget banget.
Semoga kalian ngerti <3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebuah sirkuit area balapan liar nampak ramai meskipun jam sudah hampir menunjukkan tengah malam.
Suara deruman mobil terdengar dari ujung yang kemudian melesat hingga berada di depan mata semua yang menonton.
Si pengemudi keluar yang langsung di hampiri oleh teman-temannya.
“Yoo, bro, akhirnya lo dateng juga!” ujar Iyel ber-high five dan memberikan pelukan ringan pada lelaki itu dan diikuti yang lainnnya.
“Gue kira bakalan ada kelonan sama bini season dua.” ucap Leon.
“Kalo gak inget ada balapan, berudu gue lagi berkembang,” canda Revan yang justru di berikan dengan balasan yang heboh oleh teman-temannya.
“Anjir.”
“Telinga gue udah gak suci.” Iyel menutup kedua telinganya.
Saga tertawa. “Padahal lo pembagian link tercepat.”
“Gimana, udah persiapan apa aja?”
Revan melipat kedua tangannya sembari menyandarkan tubuhnya pada kap mobil.
“Kemarin-kemarin gue gak ada persiapan. Mulai sekarang yang di persiapin jawaban apa yang gue kasih ke Jheha.”
“Dia gak tau, lo ikut balapan?” Revan menggeleng.
“Demi apa?”
“Lo temenan sama dia dari bocil tapi dia gak tau?”
Revan mengedikkan bahunya. “Yang selama ini dia tau gue ngumpul sama lo pada. Nongkrong biasa.”
Saga menepuk pundak Revan. “Menurut gue lo harus kasih tau dia sebelum dia tau sendiri. Kalian udah bukan temen lagi.”
