Jika saja sore itu Jheha tidak meminta tolong kepada Revan, mungkin mereka tidak akan menikah di usia yang sangat muda.
Menikah karena sebuah accident yang tidak masuk akal membuat keduanya terjerat di dalam hubungan yang tidak pernah terbayangkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ayo ibadah." Jheha sontak menoleh secara sempurna menatap Revan yang juga kini sedang menatapnya.
"Ibadah?"
Revan mengangguk, "lo udah siap, kan?"
Jheha beralih menatap ke depan, ibadah? Sekarang? Serius? Apa dirinya harus merelakan mahkota yang selama ini ia jaga kepada Revan yang sudah sah menjadi suaminya?
Seriusan gue mau di unboxing sekarang? ucap Jheha dalam hati.
Jheha berusaha mengumpulkan keberanian dan menghilangkan sedikit rasa gugupnya, ia melirik Revan.
"Revan.."
"Ya?"
Jheha menundukkan kepalanya. "Kalo ditunda aja, bisa gak?" cicitnya.
Kening Revan mengkerut, "ditunda?"
Melihat Jheha yang mengangguk membuat Revan semakin bingung, "mana bisa ditunda."
Berarti serius dirinya mau di unboxing? Kalo sakit gimana?
"Kan masih bisa besok-besok. Kalo sekarang gue belum siap." ujar Jheha dengan memelankan suaranya namun masih dapat didengar oleh Revan.
"Siap gak siap ya lo harus siap, Jhe. Ibadah gak boleh ditunda-tunda. Nanti dosa."
Mendengar ucapan Revan semakin membuat Jheha kalang kabut sendiri. Mau kabur tapi sudah malam. Ditolak dosa, tapi kalo diiyakan, kan, ia belum siap.
"Tidur aja yuk?" Jheha berusaha mengalihkan ucapan Revan. Barangkali laki-laki itu mendadak amnesia.
"Ibadah dulu, baru tidur."
"Gak mau sekarang Revan," Jheha merengek, ia menenggelamkan wajahnya pada bantal.
"Kalo gak sekarang ya kapan?"
"Kapan-kapan, kalo inget." jawabnya samar-samar.
Revan menarik paksa bantal yang dipegang dengan erat oleh Jheha, "Mana bisa, lo mau dosa lo nambah?" Jheha menggeleng, "Ya udah makanya, ambil wudhu sana."
Jheha mendongak menatap Revan. "Wudhu?"
"Iya, buruan, keburu waktu isya nya abis. Lo gak capek apa? Badan gue udah pada pegel nih, mau tidur. Tapi sebelum itu shalat dulu." Revan merenggangkan tubuhnya.
Jheha membulatkan mulutnya, jadi.. sejak tadi, dirinya? Ya Tuhan.
"Shalat?" Beo Jheha.
Dengan gemas Revan menarik hidung Jheha, "Iya! Sana ambil wudhu, shalat bareng."
"Jadi, ibadah tuh shalat?" Gumam Jheha. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lo kira emang apaan, kalo bukan shalat?" Sahut Revan yang mendengar gumaman Jheha.