RJ - 13

1.6K 118 22
                                    

30 VOTE UNTUK NEXT PART

HARUS RAME SAMA KOMEN KALIAN DI TIAP PARAGRAF NYA. OKE FWEN?
.
.
.

Begitu suara bel pergantian pelajaran berbunyi, Jheha dan teman-temannya berjalan bersama menuju loker untuk mengganti seragam olahraga yang sudah basah dengan keringat dan mengganti yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu suara bel pergantian pelajaran berbunyi, Jheha dan teman-temannya berjalan bersama menuju loker untuk mengganti seragam olahraga yang sudah basah dengan keringat dan mengganti yang baru.

Jheha menangkap beberapa coklat, bunga, dan juga lembaran-lembaran kertas.

“Tips dong, Jhe, cara punya banyak pengagum rahasia.” Goda Laura ketika melihat Jheha mengeluarkan barang-barang yang biasa ia temukan di dalam lokernya.

“Caranya? Yang penting lo harus cantik aja dulu.” sahut Zoya yang dibalas dengan tawa oleh Laura.

“Ada nama pengirimnya?” tanya Feya mengintip.

Jheha menggeleng.

Ini bukan pertama kalinya Jheha mendapat bunga, coklat, dan juga surat cinta. Tetapi itu semua akan berakhir ke tangan Leon dan Iyel yang siap menampung.

Alasannya tentu saja karena Revan.

“Kok bisa ya, mereka sesuka rela itu kasih bunga sama coklat secara cuma-cuma.” mereka menoleh begitu suara Sarah terdengar yang sibuk dengan barang-barang di lokernya.

“Kenapa, gak pernah, ya?”

“Dari pada di kasih ke orang yang gak bisa terima pemberian orang, mending uangnya di kumpulin terus kasih ke orang yang membutuhkan. Ya, kan, Lia?” ujar Sarah pada Lia-teman yang selalu bersamanya.

Lia hanya diam tidak berniat menyahuti.

Jheha melipat kedua tangannya sembari menyandarkan tubuhnya pada loker.

“Sarah Sarah. Lo tuh sibuk banget ngurusin hidup gue, ya? Mau pengagum rahasia gue kasih bunga kek, coklat kek, duit kek, seterah dia lah. Lo iri, karena gak pernah diginiin?”

“Aku iri? Gak sama sekali.”

“Bagus deh, gue saranin lo jangan sampe iri ke gue. Kalo iri, nanti lo jadi punya penyakit hati.”

“Dari pada sibuk ngurusin orang, mending lo urusin nilai lo aja. Kalo nilai lo ke balap sama Jheha nanti nangis darah.”

“Peringkat belasan kayak dia mau saingi aku yang tiga besar?” sahut Sarah.

“Seyakin itu, kalo lo akan stay di tiga besar?” tanya nya dengan santai.

Sarah mengedikkan bahunya. “Udah ke bukti kok, kamu masuk sepuluh besar aja gak pernah. Apalagi tiga besar?”

RESKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang