Jika saja sore itu Jheha tidak meminta tolong kepada Revan, mungkin mereka tidak akan menikah di usia yang sangat muda.
Menikah karena sebuah accident yang tidak masuk akal membuat keduanya terjerat di dalam hubungan yang tidak pernah terbayangkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi yang cerah seakan mendukung orang-orang untuk memulai aktifitas mereka kembali.
Sama halnya yang dilakukan oleh Jheha dan Revan, keduanya saat ini sedang berada diperjalanan menuju sekolah.
Jangan mengira kegiatan pagi mereka berjalan mulus. Tidak, sama sekali tidak. Pagi tadi kembali ada drama baru, mulai dari Revan yang sulit dibangunkan, seragam Revan yang ternyata belum di setrika yang berakhir membuat Jheha mau tak mau harus menyetrika.
Jika biasanya tiap pagi Jheha selalu sibuk menyiapkan keperluannya sendiri, tapi tidak untuk dimulai hari ini.
"Nanti berhenti di depan halte," ucap Jheha disela keheningan yang terjadi.
Revan yang semula menatap kedepan beralih kearah Jheha yang sedang melihat luar jendela.
Revan mengabaikan ucapan gadis itu, ia kembali menancapkan gas nya ketika lampu merah telah berubah warna.
"Eh, eh, kok gak berhenti, sih?!" Jheha berseru sembari menatap kebelakang ketika mobil Revan melewati halte begitu saja.
"Tanggung," ujar Revan.
"Tapi kan, gue gak mau ketahuan kalo kita berangkat bareng. Kalo yang lain tau kita udah nikah gimana? Ih, gue gak mau jadi bahan gibahan mereka pagi-pagi." Jheha melipat kedua tangannya.
"Ini bukan pertama kalinya lo berangkat bareng gue, walaupun dengan status yang udah beda. Dan buktinya mereka biasa aja. Bahkan ada yang ngedukung kalo kita pacaran."
Melihat keduanya sering bersama bukan lagi hal yang aneh, tak jarang banyak yang mengira jika keduanya memiliki hubungan lebih.
Terlalu sering bersama Revan, Jheha seolah sudah bergantung kepada laki-laki itu. Meski begitu, keduanya selalu mengatakan jika mereka tidak memiliki hubungan lebih selain berteman.
Entahlah, itu benar atau tidak. Hanya perasaan mereka masing-masing yang tau dan tentunya Tuhan.
"Kita udah bahas ini semalem, pokoknya gue gak mau ada yang tau kalo kita udah nikah, kecuali sahabat kita, titik."
Mobil Revan telah berhenti di parkiran SMA Madagaskar yang telah terisi beberapa kendaraan lainnya.
Jheha menatap sekeliling, mengamati situasi sebelum keluar. Takut tiba-tiba ada yang melihat keduanya bersama.
Memang sudah biasa ia berangkat dan pulang bersama Revan, namun entah mengapa ia merasa hal berbeda di saat keduanya sudah memiliki hubungan yang lebih.
"Ayo, keluar. Lo mau disini terus?" ajak Revan. Tas sudah tersampir di bahu nya.
"Nanti dulu, masih rame."
"Kalo lo mau nunggu sepi, pulang sekolah baru sepi, atau gak lo ke kuburan sana." sahut Revan yang langsung mendapat pukulan ditangannya.