Bagian 16

24 15 50
                                    

Anto yang pertama diserang. Tanpa terlihat siapa penyerangnya, tubuhnya tiba-tiba melayang dan dihantamkan dari satu pohon ke pohon yang lain. Teman-temannya yang lain hanya dapat mendengar teriakannya, teriakan ketakutan dan kesakitan. Teriakan Anto itu sendiri kemudian teredam oleh teriakan ketakutan teman-temannya yang lain satu-persatu.

Tawa cekikikan makhluk-makhluk itu sendiri semakin lama semakin nyaring dan memekakkan telinga.

Sesosok makhluk tanpa wajah dengan jari-jemari berkuku panjang tiba-tiba muncul di hadapan Romi. Cowok itu berteriak kaget dan melompat mundur. Saat itulah sesosok makhluk yang lain dengan tubuh tinggi besar dan berbulu lebat menyeretnya dari belakang. Sama seperti Anto, tubuh Romi dilemparkan tinggi-tinggi ke udara sampai teriakannya hilang ditelan kegelapan.

Yudha memasang kuda-kuda, tapi makhluk-makhluk dunia lain bukanlah tandingan keahlian beladirinya. Lebih cepat dari kedipan mata, sesosok makhluk berwarna hijau mematahkan kuda-kudanya hingga cowok itu terbanting tengkurap ke tanah. Makhluk itu menyeret dua kaki belakangnya dan melemparkannya ke kejauhan.

Yunan memeluk Adel erat-erat, sebisa mungkin berusaha melindunginya, meski Yunan sendiri tahu saat ini mereka sudah kehilangan harapan. Sesosok makhluk dengan wajah penuh luka dan bola mata yang keluar dari rongganya tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka, membuat pelukan mereka terlepas. Sebelum mereka masing-masing dilemparkan ke kegelapan, sesuatu sempat terlintas di pikiran Yunan.

"Berdoa, Del! Berdoa!"

Teriakan-teriakan mereka hilang ditelan malam. Hanya Yusuf yang masih tegak berdiri di tempatnya tanpa ada yang menyentuhnya. Senyumnya tiba-tiba mengembang.

-------

Pencarian para mahasiswa yang hilang itu sampai jauh malam belum juga membuahkan hasil. Para jagawana anak buah Pak Mantri telah menyusuri petak 50 dan rute-rute yang mungkin dilalui dari dan ke petak 50 itu. Ada kekhawatiran kalau-kalau mereka mengalami kecelakaan, di sungai misalnya. Di sekitar hutan itu ada juga sungai-sungai besar yang airnya cukup deras pada musim hujan.

Prof Wildan dan Pak Mantri ikut juga dalam rombongan pencarian dengan mobil. Alam seperti tidak merestui pencarian mereka malam itu, hujan turun dengan derasnya. Rombongan pencari yang berjalan kaki terpaksa beristirahat di pos pengamanan hutan terdekat.

"Kalau mendengar cerita anak buah saya tadi sore, sepertinya ada yang aneh dengan hilangnya anak-anak ini, Prof Wildan," ujar Pak Mantri.

"Aneh bagaimana?" Prof Wildan orang yang sangat rasional dan tidak percaya pada hal-hal mistis.

"Tadi sore khan ada juga mahasiswa yang dievakuasi dari atas pohon. Nah, kalau dipikir-pikir bagaimana mungkin anak perempuan seperti itu bisa memanjat pohon sampai setinggi itu. Mungkin dia dibawa oleh makhluk halus. Saya pikir, anak-anak lain yang hilang ini juga mungkin dibawa oleh makhluk halus."

"Omong kosong!" seru Prof Wildan.

Teorinya untuk kasus Vanya tadi sore adalah, "Gadis itu ngelindur, tidur sambil berjalan. Ketika dia bangun dia sudah di atas pohon. Pada saat tidak sadar atau ngelindur itu dia bisa melakukan apa saja. Pada saat sadar tidak. Itulah sebabnya dia tidak bisa turun sendiri dari atas pohon itu. Orang ngelindur itu hal biasa, tidak ada yang aneh," ujarnya lagi, "Anak-anak yang hilang ini bisa jadi mengalami kecelakaan, meski aku tidak berharap itu terjadi."

Sebelumnya, Prof Wildan bahkan berpikir kalau mereka melarikan diri dari kampus, kembali ke Jogja. Tapi dengan hilangnya co asisten mereka bersama mereka, sepertinya bukan itu yang terjadi. Pengalamannya bertahun-tahun menjadi dosen memberinya teori bahwa setiap tahun, tingkat keberandalan mahasiswa selalu meningkat, berbanding terbalik dengan tingkat kemampuan akademik mereka yang menurun terus.

Pak Mantri tidak berani membantah. Pak Mantri dulu lulusan Fakultas Kehutanan juga dan diajar juga oleh Prof Wildan. Pak Mantri sangat menghormati Prof Wildan karena beliau gurunya.

"Lantas, menurut Bapak, apa yang harus kita lakukan?" tanya Pak Mantri sopan.

"Bagaimanapun, kondisi hujan deras dan malam hari seperti ini kita tidak bisa melanjutkan pencarian. Kita akan lapor polisi besok pagi."

Tanah hutan Getas yang terkena hujan akan membuat lumpur menempel di sepatu, menyulitkan orang berjalan.

"Baik, Prof," jawab Pak Mantri.

"Terima kasih banyak sudah membantu, Pak Mantri. Setelah hujan reda lebih baik kita semua pulang ke rumah masing-masing. Saya akan kembali ke kampus."

"Sama-sama, Prof Wildan. Kami akan tetap membantu pencarian lagi besok pagi."

"Tentu, Pak. Sekali lagi, terima kasih."

-------

Para mahasiswa di kampus Getas bangun pagi dalam suasana murung dan lesu. Sepertinya tidak ada satu mahasiswapun yang bisa tidur nyenyak tadi malam. Sebagian percaya bahwa teman-teman mereka hilang karena mengalami kecelakaan, namun banyak juga yang percaya bahwa teman-teman mereka hilang karena hal gaib, hal mistis. Bagi mereka yang percaya bahwa hilangnya anak-anak itu karena hal gaib, timbul kekhawatiran dalam diri mereka kalau-kalau mereka juga akan mengalami hal yang sama.

Cerita-cerita mistis mulai beredar di pagi itu saat para mahasiswa sarapan. Seorang mahasiswa cowok dari kamar nomor 3 cerita kalau dia melihat bayangan putih seperti kuntilanak di pojok kamarnya. Mahasiswa yang lain cerita kalau dia merasa ada sesosok makhluk yang menjadi makmumnya saat dia sholat sendirian di kamarnya. Mahasiswa yang lain lagi cerita kalau beberapa barangnya berpindah tempat sendiri. Sepertinya, banyak yang tiba-tiba merasa mengalami kejadian mistis.

Hilda sendiri juga tidak nyenyak tidur tadi malam, tapi bukan karena mengkhawatirkan apa-apa, lebih karena udara tadi malam terasa gerah. Memang beberapa kali Sisy berteriak-teriak dalam tidurnya karena tindihan, tapi sepertinya bukan hal yang serius.

"Menurut kamu bagaimana, Yu?" tanya Hilda pada sahabatnya seusai sarapan.

"Gak penting, gak usah dipikirin. Aku yakin nanti mereka juga akan balik," jawab Ayu santai.

"Kamu yakin?"

Ayu mengangkat bahunya untuk menjawab. Jika Ayu bilang semua akan baik-baik saja, maka Hilda percaya semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.

Indigo Dua WajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang