Bagian 2

13 11 2
                                    

Biasanya, Hilda mengendarai motor beat merah hitamnya untuk berangkat ke kampus, tapi karena dia harus membawa tas carrier lumayan besar, papa mengantarnya untuk pemberangkatan ke Getas pagi itu. Mama tidak ikut. Di rumah tadi mama sudah berlinang air mata melepas keberangkatan Hilda. Bagi Hilda kadang mama memang lebay. Toh, anak gadisnya itu hanya akan pergi selama 20 hari ke hutan yang hanya berjarak 5 jam perjalanan saja dari Jogja. Tapi mama sedang sakit. Seingat gadis berusia 20 tahun itu, mamanya memang selalu sakit.

Papa tidak banyak komentar waktu membantunya turun dari mobil dengan menjinjing tas carriernya menuju titik kumpul di lapangan parkir utara. Beliau hanya memberikan nasehat umum-umum saja seperti biasanya; jaga diri baik-baik, jangan nakal, jangan lupa telpon mama papa. Yah, begitulah. Kadang Hilda merasa risih juga karena papa masih suka mengantarnya ke kampus. Mungkin itu karena rumahnya di Jogja saja. Teman-temannya yang lain yang anak-anak kos tentu jarang sekali yang masih diantar-antar papanya ke kampus.

Sejujurnya, teman Hilda di kampus tidak terlalu banyak. Gadis itu cenderung introvert. Hanya Ayu sahabatnya yang selalu menemaninya kemana-mana. Ayu sahabatnya sejak kecil, sampai sekarang kuliah di jurusan yang sama di kampus yang sama pula.

Sahabatnya itu sudah menunggunya di titik kumpul keberangkatan. Tempat itu sudah ramai dengan anak-anak yang akan berangkat ke Getas. Hilda mengambil tas carrier-nya dari tangan papa dan segera berpamitan. Bus untuk mengantar mereka ke Getas sudah menunggu. Sebenarnya, keberangkatan ini dikoordinir sendiri oleh anak-anak mahasiswa peserta PU. Pihak kampus hanya meminta agar semua peserta bisa sampai di kampus Getas sebelum jam 7 malam untuk acara pembukaan.

Cowok dengan TOA yang disampirkan di pundak dan tangan memegang catatan kecil menghampirinya, "Hilda, ya."

"Yoi," jawab gadis itu.

"Absen aja kok," jawab cowok itu sambil mencentang nama Hilda di catatannya, "Tinggal 10 orang yang belum kelihatan. Sebentar lagi kita berangkat," ujarnya lagi setengah menggumam.

Cowok itu Arif, koordinator bus, langganan seksi transportasi di acara-acara mahasiswa. Dengar-dengar sih, omnya punya perusahaan persewaan bus. Mungkin bus yang dipakai hari ini juga menyewa dari omnya itu.

Hilda mengangguk saja. Sebelum pergi lagi menghampiri yang lain untuk mengabsen, Arif menoleh lagi ke arah Hilda, "Oya, kita satu kelompok, lho."

Hilda tersenyum dan mengacungkan jempolnya, dia menyukai Arif, "Okee."

Sebelum gadis itu sempat memulai lagi obrolan dengan sahabatnya, seorang gadis berambut cepak dan berkacamata menghampirinya, "Hilda," sapanya, "Kita satu kelompok, lho."

"Eh, Sisy. Iya," jawab Hilda.

"Eh, nanti kita sekamar ya, biar gampang kalau pas ngerjain tugas kelompok," ujar Sisy.

"Kelompok kamar gak ditentukan juga?" tanya Hilda.

"Enggaklah, kelompok kamar bebas kok, katanya sih satu kamar muat 5-6 orang."

"Oh, gitu."

"Kalau bisa ntar kita dulu-duluan ya milih kamarnya. Denger-denger kamar nomor 7 tuh angker. Kita jangan sampai deh dapet kamar itu," ucap Sisy setengah berbisik.

Ayu dan Hilda saling pandang. Ayu tertawa geli. Hilda nyengir saja.

"Oke deh."

Arif, si koordinator bus, menarik perhatian teman-temannya dengan berseru lewat TOA yang dipegangnya, "Oke, teman-teman, sepertinya sekarang kita semua sudah lengkap. Silahkan naik ke bus. Oya, mohon teman-teman selalu berkoordinasi dengan koordinator rombongan atau hubungi saya kalau ada apa-apa selama dalam perjalanan."

Kumpulan mahasiswa itu mulai ramai naik ke bus. Hilda, Ayu dan Sisy naik ke bus. Hilda lebih memilih tempat duduk di belakang bersama Ayu. Sisy tampaknya bertemu teman akrabnya dan duduk di bagian depan.

Rizal, kakak angkatan gondrong yang kemarin duduk di sebelah Hilda, naik paling terakhir ke bus, dia duduk di kursi belakang juga di dekat pintu. Cowok itu menatap Hilda aneh sebelum duduk. Hilda berusaha tidak memperdulikannya dan memilih melihat-lihat pemandangan keluar jendela.

Indigo Dua WajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang