Para peserta PU Getas sudah riuh dari pukul 06.00 pagi untuk sarapan. Ibu kantin memasak pecel Madiun yang super enak dan pedasnya terasa sampai ke telinga. Lauknya mendoan dengan tepung yang digoreng garing hingga renyah. Hilda merasa belum pernah makan pecel seenak itu.
Pukul 07.00 pagi mereka sudah siap-siap di lapangan di depan kelas, berbaris menurut kelompoknya. Adel sibuk mencari-cari Vanya di antara kerumunan. Dari bangun tidur tadi pagi, gadis itu belum kelihatan. Ketika Adel mencoba menelponnya, smartphone-nya itu berbunyi dari atas tempat tidurnya dalam posisi low batt, kemudian mati kehabisan baterai.
Teman-teman sekamar mereka yang lain juga tidak ada satupun yang melihat Vanya, termasuk Hilda. Akhirnya Rachma menemani Adel melapor ke kakak-kakak co-assisten. Hilda masih agak kesal pada Vanya dan Adel sehingga dia tidak mengambil inisiatif untuk membantu.
"Vanya hilang?" Dian, salah satu co-assisten yang dilapori, malah jadi bingung, "Hilang bagaimana?" tanyanya.
"Vanya gak ada dimana-mana, Mas, dari bangun tidur udah aku cari-cari gak ada. Ditelpon ternyata HP-nya di atas tempat tidur, low batt lagi, malah sekarang HP-nya itu mati," Adel rasanya seperti ingin menangis.
Bagaimanapun, Vanya sahabatnya di kampus. Mereka juga semestinya satu kelompok di PU Getas ini.
"Barang-barangnya yang lain masih ada?" tanya Dian.
"Masih utuh, Mas."
"Kalau di sekitar kompleks kampus, udah dicari?"
"Baru di seputar kompleks ini, Mas."
Adel sampai tidak enak makan waktu sarapan tadi. Dia makan sedikit dan cepat-cepat agar bisa segera jalan-jalan memutari kompleks kampus untuk mencari Vanya. Di halaman belakang, depan ataupun samping, batang hidung gadis itu sama sekali tidak nampak.
"Kayaknya kita mesti lapor polisi, Mas," ujar Rachma.
"Kalau untuk lapor polisi, paling gak udah 24 jam hilangnya. Kapan terakhir kali kalian liat Vanya?"
"Tadi malam sebelum tidur. Aku tidur jam 10-an, Mas. Waktu itu aku masih lihat Vanya mainan HP di tempat tidur."
"Oke, oke, jangan panik. Mending sekarang kalian baris dulu aja sama kelompok kalian. Acara udah mau mulai. Nanti aku yang sampaikan ke co ass-co ass yang lain biar kita carikan solusinya. Oya, sebaiknya gak usah heboh dulu ya, ke teman-teman kalian kalau ada yang hilang."
Adel sebenarnya tidak puas dengan jawaban Dian. Tapi mau bagaimana lagi, kalau belum 24 jam hilang memang belum bisa dilaporkan ke polisi. Adel dan Rachma segera bergabung dengan teman-teman mereka yang lain di lapangan di depan kelas.
Masing-masing perwakilan kelompok mengambil undian untuk menentukan petak yang akan menjadi lokasi kerja mereka. Arif mengambil undian untuk kelompoknya, mereka mendapatkan petak yang lumayan dekat dari kampus. Yunan, yang satu kelompok dengan Adel dan Vanya, mendapatkan undian petak yang lumayan jauh.
Setiap kelompok yang sudah mendapatkan undian petak segera berangkat ke lokasi masing-masing setelah mencocokkan lokasi mereka di peta. Adel berangkat dengan hati tidak tenang.
"Eh, anggota kelompok kita kurang satu?" ujar Yunan.
Dilihatnya hanya ada Adel, gadis satu-satunya di kelompok itu, seharusnya ada dua, Adel dan Vanya. Selain mereka, di kelompok itu ada Romi, Yuda dan Anto.
"Vanya hilang," ujar Adel, "Aku dah cari kemana-mana, gak ada. Aku tadi juga udah lapor Mas Dian. Katanya belum bisa lapor polisi karena belum 24 jam."
"Hilang? Kok bisa?" tanya ketiga cowok anggota kelompok yang lain.
"Ya, gak tau," Adel mengedikkan bahu.
"Gak pamitan?"
Adel menggeleng.
"Barang-barangnya masih ada?"
"Masih."
"Udah ditelpon?"
"Udah."
"Oke, kalau gitu kita berangkat aja sekarang ke lapangan karena lokasi petak kita lumayan jauh. Siapa tau di jalan kita ketemu Vanya," ujar Anto.
"Yoi, siapa tahu juga kalau pekerjaan kita bisa selesai cepat, sepulang dari lokasi kita bisa bareng-bareng nyari Vanya," ujar Yunan.
Cowok itu tiba-tiba merasa tidak enak, dia ingat mimpi buruknya semalam. Entah mengapa, dia merasa mimpinya semalam itu berhubungan dengan hilangnya Vanya. Tapi ah, bagaimana mungkin? Ditepisnya perasaan itu jauh-jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Dua Wajah
TerrorSetiap mahasiswa Fakultas Kehutanan semester 5 harus mengikuti praktek lapangan di hutan jati di Ngawi selama 20 hari. Selama praktek tersebut, mereka akan tinggal di kampus Getas yang terletak di tengah hutan jati. Sudah turun-temurun, kampus Getas...