Hari pun berganti.
Ini adalah hari kedua di bumi perkemahan. Para pesertanya dibangunkan pagi-pagi sekali oleh para anggota OMIA. Mereka dipersilakan untuk bersih-bersih dan sarapan terlebih dahulu. Agenda event yang sebenarnya akan diselenggarakan hari ini.
Dias selaku ketua menjelaskan susunan acara. Agenda pertama adalah membersihkan hutan. Tentunya tidak semuanya, hanya lingkungan sekitar tempat mereka berkemah saja. Kawasan hutan pinus ini terlalu besar jika harus dibersihkan semuanya. Mereka akan mengumpulkan dedaunan kering yang berserakan di tanah, ranting-ranting pohon yang patah, dan sampah apa pun yang ada di hutan. Nantinya sampah-sampah tersebut akan diolah menjadi hal yang lebih bermanfaat.
Agenda kedua adalah penghijauan. Sebelumnya para peserta sudah diminta untuk membawa masing-masing satu bibit pohon. Terserah mau bibit apa saja. Nantinya bibit-bibit tersebut akan ditanam di area khusus yang ada di kawasan hutan pinus ini yang memang disediakan untuk kegiatan penghijauan. Mengingat kawasan hutan ini berjenis homogen, hanya ada satu jenis tanaman yang mendominasi, yaitu pinus.
Maudy? Gadis itu sebenarnya mendapat toleransi untuk beristirahat saja di tenda kesehatan. Bahkan diperbolehkan untuk pulang supaya proses pemulihannya bisa berjalan dengan lebih efektif. Namun Maudy menolak. Ia tidak ingin meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja. Alhasil, Maudy diperbolehkan mengikuti agenda kegiatan, tetapi hanya duduk saja dan menonton tanpa melakukan apa pun. Itu keputusan yang bisa Maudy terima. Meskipun sebenarnya ia masih berharap bisa ikut serta dalam jalannya kegiatan.
"Maudy gimana, nih, kondisinya?" tanya Damien.
"Udah mendingan, kok, Kak," jawab Maudy dengan sopan.
"Masih ada keluhan?" tanya William.
"Tinggal pusingnya aja, Kak. Sama pegel-pegel dikit. Selain itu nggak ada."
"Lo bikin kita panik setengah mati tau nggak, sih, kemarin?" ujar Jovita.
Maudy nyengir. "Sorry, Kak."
"Udah-udah. Yang penting, kan, sekarang Maudy udah balik dan selamat. Dijadiin pelajaran aja buat semuanya. Lain kali lebih ati-ati lagi," sahut Khai.
Dias mendengus. "Gue nggak mau kejadian ini keulang lagi. Gue udah wanti-wanti dari awal. Awas aja lo semua!"
"Buseeeett Si Dias," Sonya terkekeh. "Lo di situasi apa pun galaknya nggak bisa dikurangin apa, ya?"
"Jangan heran, Nya. Udah watak dia mah," timpal Krystal yang juga sambil terkekeh.
Dias lagi-lagi mendengus.
Saat ini sedang istirahat. Para anggota OMIA duduk melingkar. Mereka membuat jagung bakar dengan alat dan bahan seadanya. Peserta lainnya yang tak lain dan tak bukan adalah para maba pun sama demikian. Menikmati jagung bakar di antara pepohonan, di bawah dedaunan yang bergemerisik, suasana rindang, dan semilir angin sepoi-sepoi yang berembus. Bahagia itu sederhana, bukan?
"HELLAW EPRIBADEH!" Ladya berseru dari kejauhan. Gadis itu setengah berlari. Kedua tangannya membawa panci berisi mi yang telah direbus. Ekspresinya kelewat cerah.
Namun, belum genap langkahnya tiba di hadapan kawan-kawannya, dari arah yang berlawanan, Prima juga berlari. Mereka bertabrakan. Panci mi yang dibawa Ladya jatuh dan membuat isinya berserakan di tanah. Sementara Prima yang membawa kotak P3K jatuh terjerembab akibat tabrakan tersebut.
"Eh, lo kalo jalan liat-liat, dong!" seru Ladya kesal. Ekspresi cerahnya dengan cepat berubah.
Prima bangun dengan dagu yang memerah. Pasti dagunya tergores tanah saat jatuh. Gadis itu menatap Ladya dengan jenis ekspresi yang sama: kesal. Namun gadis itu memilih untuk tutup mulut. Ia hendak melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #1 DESTINYOU ✔
Fanfiction⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Aiden Maxime Luciéano menyukai Maudy Korasya sejak...