Hari raya Idul Fitri akhirnya tiba. Semangat menyambut awal yang baru terasa kental di mana-mana. Semua orang merayakannya dengan penuh sukacita. Orang-orang mudik ke kampung halaman mereka, berkumpul dengan keluarga besar, menghabiskan masa libur untuk mempererat tali persaudaraan.
Akademi Budaya Baru secara rutin mengadakan agenda halal bihalal setiap tahunnya. Semua warga ABB, mulai dari para dosen-staf-mahasiswa, termasuk dengan keluarganya, diundang untuk menghandiri kegiatan tersebut yang berlangsung di lapangan utama Akademi Budaya Baru. Lapangan ABB sekejap berubah menjadi lautan serba putih. Semua orang saling sapa, saling mengucapkan 'Minal aidzin wal faidzin', saling bertukar cerita tentang rencana mereka dalam merayakan hari raya.
"Kampus lo gede amat, Mod," celetuk Maurgan sambil menoleh ke kanan-kiri. Ia tampak menikmati pemandangan arsitektur Akademi Budaya Baru yang mengusung gaya ala Victoria.
"Berasa lagi di Eropa gue," tambah Maurgan lagi.
"Bang Maurgan iri, Kak, karena kampusnya nggak sebagus punya lo," sahut Maul sambil memakan kue nastar yang menjadi bekalnya dari rumah.
Maudy terkekeh. "Makanya kuliah di ABB!"
"Pfftt!" Maul nyaris tersedak nastarnya karena menahan tertawa. "Bang Maurgan kuliah di ABB? Nilai Seni Budaya-nya pas jaman sekolah aja kebakaran semua!"
Maurgan mendelik. "Heh, bocil! Baru juga tadi di rumah lo sungkem sama gue! Mau buat dosa lagi lo, hah?!"
"Nyenyenyenye."
Maudy geleng-geleng melihat kelakuan kakak dan adiknya. Terkadang mereka itu sifat kekanak-kanakkannya mengalahkan anak kecil tulen yang sedang bertengkar. Lihat saja sekarang. Mereka dengan tidak tahu malu berdebat di depan umum seperti ini.
Maudy Dan keluarga duduk di deretan kursi bagian tengah. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sembarang arah. Niatnya ingin memperhatikan persiapan halal bihalal sebelum acara resmi dimulai, melihat-lihat interaksi antarkeluarga dari warga ABB, menikmati berada di tengah keramaian. Namun, senyum tipis yang semula menghiasi wajahnya perlahan memudar ketika netranya tak sengaja menangkap suatu objek yang sangat familiar dalam ingatannya.
Aiden.
Maudy mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis itu berusaha meyakinkan dirinya bahwa penglihatannya itu salah, tetapi sepertinya tidak. Apa yang ia lihat saat ini betuk-betul nyata. Bahkan tak hanya Maudy, semua mahasiswa lain yang juga mengenal Aiden pun tak mengalihkan pandangan mereka dari cowok itu.
Aiden, cowok itu datang ke acara halal bihalal ini dengan menggunakan atasan baju koko berwarna putih dan bawahan celana panjang hitam. Cowok itu tengah dikerubungi oleh anak-anak Chillzish dan juga F5. Lanang terpantau yang paling heboh dalam menyambut kedatangan Aiden. Entah apa yang tengah mereka bicarakan sebenarnya, tetapi mereka tampak terkejut sekaligus bahagia.
Maurgan yang menyadari adik perempuannya sejak tadi terdiam menatap ke suatu arah pun akhirnya mengikuti arah pandang Maudy. Cowok itu bergumam panjang. Pantas saja Maudy diam saja sejak tadi, ternyata itu Aiden.
Namun, sejurus kemudian, Maurgan melotot karena baru menyadari sesuatu.
"Eh, Mod, bukannya Aiden itu temen yang ngundang lo pas Natalan kemarin, ya?" tanya Maurgan.
Maudy mengangguk pelan, seperti orang lingkung. "Iya ... Dia Aiden yang itu."
Di saat yang sama kepala Aiden tertoleh dan tanpa sengaja menemukan netra Maudy. Pandangan mereka bertemu. Keduanya saling tatap. Kontak mata mereka tertahan selama lima detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #1 DESTINYOU ✔
Fanfiction⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Aiden Maxime Luciéano menyukai Maudy Korasya sejak...