"Makasih, ya, Den," ujar Maudy dengan sedikit menunduk agar dapat melihat Aiden yang berada di dalam mobil melalui jendela yang dibuka.
"My pleasure, Mod. Gue langsung cabut nggak pa-pa?"
Maudy mengangguk.
Aiden tersenyum. "See yaa!"
Aiden lantas menginjak pedal gas mobilnya. Cowok itu sempat mengklakson sebagai bentuk berpamitan untuk terakhir kalinya. Maudy melambaikan tangannya. Lamborghini hitam mengkilap itu segera melaju di jalanan perumahan tempat Maudy tinggal. Padahal kecepatan yang Aiden gunakan tidak tinggi, tapi suara deruman knalpot yang mobil itu hasilkan tergolong cukup keras.
Maudy menghela napasnya. "Mobil mahal emang beda."
Maudy pun masuk ke dalam rumahnya. Sekarang pukul setengah sebelas malam. Untung saja Maudy sudah izin pada keluarganya kalau kemungkinan ia akan pulang larut. Sesampainya ia di dalam rumah, suasana sepi segera menyambutnya. Orang tuanya sudah tidur. Begitu pun dengan adiknya. Satu-satunya yang Maudy temui hanyalah Maurgan di ruang tamu yang memang sengaja menunggu kepulangannya.
"Udah kelar pestanya?" tanya Maurgan.
"Sebenernya belum, tapi gue ada kelas pagi besok. Takut kesiangan kalo pulangnya masih nanti," jawab Maudy.
"Bukannya di sana juga ada banyak temen sekelas lo?"
Maudy mengangguk lalu menggidikkan bahu. "Lagian mereka, kan, rumahnya deket-deket sama kampus. Telatan dikit nggak bakal jadi masalah buat mereka."
"Ya udah sana masuk kamar. Bersihin dulu, tuh, make-up jangan lupa! Abis itu langsung tidur," pesan Maurgan.
Maudy mengangguk patuh. Ia segera meluncur ke kamarnya karena ia ingin segera beristirahat. Seperti kata abangnya, Maudy membersihkan riasan kosmetiknya lebih dulu dan mencuci wajahnya. Rasanya segar sekali ketika kulitnya terbasuh oleh air dingin. Kini Maudy sudah beres. Gadis itu naik ke atas kasurnya dan masuk ke dalam selimut. Ia melafalkan doa sebelum tidur. Maudy pun memilih menghadap kanan dan memeluk gulingnya.
Namun, belum genap ia memejamkan mata, Maudy kembali terjaga begitu melihat tumpukan foto polaroid pada nakas di samping kasurnya. Gadis itu beranjak bangkit dan posisinya berubah menjadi setengah duduk. Diraihnya foto-foto polaroid tersebut dan ia menatapnya lamat-lamat.
Maudy tanpa sadar tersenyum.
Foto-foto itu adalah foto yang diambil tadi di pesta ulang tahun Aiden. Jumlahnya ada puluhan. Maudy terkekeh. ia sendiri tidak tahu mengapa hasil fotonya bisa jadi banyak sekali. Sepertinya tadi ia terlalu asyik berpose di depan kamera hingga tidak sadar bahwa dirinya sudah mengambil banyak sekali foto.
Foto-foto tersebut punya background yang berbeda-beda. Ada yang di photobooth, ada yang stand makanan, ketika ia sedang manggung dengan anak-anak Chillzish, foto candid, sampai foto di halaman rumah Aiden pun ada. Kalian percaya? Nyaris setengah dari foto-foto tersebut adalah foto Maudy dengan Aiden yang kebanyakan berdua. Sepertinya dari sekian tamu undangan yang hadir, Maudy adalah pemegang rekor fotbar terbanyak dengan pemilik pesta a.k.a. Aiden.
Sebenarnya Maudy tidak ingin membawa pulang semua fotonya agar Aiden juga bisa menyimpan beberapa. Berdasarkan apa yang Maudy dengar dari Lanang, Xavi, dan Hendra, Aiden biasanya akan mengabadikan momen pesta ulang tahunnya setiap tahun dalam bentuk album foto. Semua foto yang Aiden ambil dengan tamu undangan akan cowok itu simpan di dalam albumnya. Tapi tadi Aiden justru memperbolehkan Maudy membawa pulang semua foto mereka.
"Nggak pa-pa bawa pulang semuanya. Lagian, kan, masih ada foto kita yang di kamera selain kamera polaroid. Nanti tinggal gue cetak ala-ala polaroid gitu. Gampang lah." Demikian kata Aiden tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #1 DESTINYOU ✔
Fanfiction⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Aiden Maxime Luciéano menyukai Maudy Korasya sejak...