Semua orang telah kembali ke area perkemahan, namun tidak dengan Maudy dan Aruni. Teman-teman yang satu kelompok dengan mereka segera melaporkan hal tersebut kepada anggota OMIA. Semua orang terkejut dan panik. Terlebih anak-anak OMIA yang diberikan amanah untuk menjaga para peserta selama event berlangsung. Kabar tersebut memukul mereka dengan keras sekaligus menggegerkan seluruh peserta yang ada.
Namun, berita hilangnya Maudy dan Aruni rasa-rasanya seperti tak cukup. Para peserta event #AkuCintaBumiku untuk ABB48 ini kembali dibuat geger dengan kedatangan seorang Aiden Luciéano ke lokasi. Iya, itu Aiden, mahasiswa famous yang tenar karena posisinya sebagai gitaris utama dari band kenamaan ABB47, Chillzish. Aiden datang seorang diri dengan hanya bermodalkan jaket jeans denim dan celana hitam panjang. Padahal suhu udara di tempat perkemahan sangatlah dingin.
"Why you come here, Aiden?" tanya William dengan ekspresi kelewat terkejut. Pasalnya kabar hilangnya Maudy dan Aruni sukses membuatnya kaget dan panik bukan main, dan ini ditambah dengan kedatangan adiknya. Perasaan terkejut, panik, heran, dan bingung bercampur aduk menjadi satu.
"Bang, Maudy mana?" tanya Aiden to the point. Ia tidak ingin basa-basi sekarang.
"Maudy Korasya maksud lo?" tanya Dias yang bergabung ke dalam percakapan.
"Siapa lagi emang yang namanya Maudy di sini?"
"Den, jaga omongan lo! Dias masih senior lo di kampus," ujar Damien dengan intonasi tajam penuh peringatan.
Aiden mengabaikannya. "Gue tanya ke kalian semua sekarang. Di mana Maudy Korasya?"
Ladya selaku teman akrab Maudy di OMIA menjawab, "Anu ... Maudy ilang, Den. Dia kepisah sama rombongan kelompoknya pas kegiatan mencari jejak."
"Dan pas tau dia ilang lo semua cuma diem matung doang di sini? Iya?" Aiden menatap satu persatu anggota OMIA. Mereka semua hanya bisa saling lirik dalam diam.
"Lo pada udah lapor ke pihak akademi? Lapor ke pihak berwajib? Atau lapor ke siapa aja, kek, yang sekiranya bisa bantu? Udah?"
Lagi, para anggota OMIA hanya bisa diam.
"SIALAN!" Aiden mengumpat keras untuk melampiaskan semua perasaannya saat ini. Tanpa memedulikan para anggota OMIA lagi cowok itu segera masuk ke dalam hutan yang lebat. Ia mengeluarkan senter dari dalam saku celananya. Dinginnya udara bukanlah penghalang baginya. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Aiden. Seluruh inderanya secara otomatis langsung mengaktifkan status siaga penuh begitu mengetahui fakta bahwa Maudy tengah dalam bahaya.
Oh, Tuhan, semoga gadis itu baik-baik saja.
🎸🎸🎸
"BANG AIDEN!"
Laju kecepatan lari Aiden berkurang seketika setelah telinganya mendengar sebuah seruan. Cowok itu menoleh dan mendapati empat siluet dalam kegelapan mendekatinya. Ia mengangkat senternya supaya dapat melihat objek tersebut dengan jelas. Rupanya itu adalah Raul, Juna, Hilmi, dan Javier.
"Lo pada ngapain di sini?" tanya Aiden dengan napas tersengal akibat berlari.
"Yang harusnya tanya itu kita, Bang. Lo ngapain di sini? Mana dateng-dateng langsung kayak mau ngajak ribut anak OMIA. Ini acaranya para maba. Anak ABB47 harusnya ada di rumah ngerjain tugas sekarang," balas Hilmi.
Juna memperhatikan Aiden dari kepala hingga kaki. Cowok itu memerhatikannya lekat-lekat. Mulai dari gestur tubuh, raut wajah, hingga sorot matanya. Juna mencoba membaca itu semua dengan teliti.
"Jadi, cewek yang lo taksir itu Maudy Korasya?"
Tepat sasaran. Hasil analisis Juna berhasil menguak apa yang ada di dalam hati Aiden. Sempurna tanpa meleset.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #1 DESTINYOU ✔
Fanfic⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Aiden Maxime Luciéano menyukai Maudy Korasya sejak...