#AkuCintaBumiku tahun ini tidak berkesan sama sekali. Semuanya berantakan. Para pesertanya lebih banyak menunggu dibanding bersenang-senang. Acara yang seharusnya bisa menjadi malam keakraban bagi para maba sekaligus perpisahan bagi kabinet lama OMIA gagal total. Hanya menyisakan rasa lelah.
Kembali ke kenyataan. Bangun pagi, pulang sore. Pergi ke kampus, berkutat dengan tugas, mendekam di ruang latihan. Para maba akhirnya menghadapi kehidupan anak kuliah yang sebenarnya.
Kondisi Maudy sudah pulih. Tersisa bekas luka di pelipisnya. Begitu pun dengan Aruni. Gadis itu juga sudah pulih. Jahitan di perutnya akibat tertusuk ranting pohon sudah mengering dengan sempurna. Sebelumnya mereka diberikan toleransi dari pihak kampus untuk beristirahat total selama seminggu. Dan sekarang mereka bisa kembali beraktivitas dengan normal.
🎸🎸🎸
Hari ini Aiden masuk siang. It's practice schedule. Maka dari itu Aiden langsung meluncur ke ruang latihan begitu tiba di kawasan Departemen Tari. Ini berlaku di semua jurusan. Jadwal latihan berlangsung setelah jam makan siang. Mereka akan pergi ke ruang latihan yang ada di gedung jurusan mereka. Hal yang mereka latih tentunya adalah skill yang menjadi basic di studi mereka. Tari untuk anak dance, bermusik untuk anak musik, membuat karya seni rupa untuk anak seni rupa, bermain peran untuk anak teater, serta membuat video (bisa vlog, film pendek, web series, atau bahkan film) untuk anak sinematik.
"Guten tag, Aiden! (Selama siang, Aiden!)"
Aiden menoleh lantas terkekeh. "Elo ternyata, Yol."
"Sapaan gue dibales, kek, apa gimana!"
Aiden terkekeh lagi. "Guten tag, Yola (Selamat siang, Yola)."
Yola tersenyum manis. "Wie gehts? (Bagaimana kabarmu?)"
"Ich bin prima (Aku prima [sehat])."
Terdengar suara decakan dari arah belakang. "Songong banget, ye, lo berdua mentang-mentang multilingual!"
Aiden dan Yola serempak menoleh.
"Sirik aja lo jadi orang!" cibir Yola.
Tadi itu Xavi. Cowok itu datang bersama Hendra. Mereka berempat bertemu persis di persimpangan koridor. Mereka pun jalan bersama menuju ruang latihan.
"Lanang mana?" tanya Aiden.
"Lo kayak nggak tau dia aja, Den," ujar Hendra sambil mengunyah permen karet.
Dahi Aiden berkerut, berpikir sejenak. "Lagi ngapel ke Yona?"
"Iyalah! Ngapain lagi?" Xavi lagi-lagi berdecak. "Gue heran. Tuh, anak nggak ada kerjaan lain apa, ya, selain pacaran? Ngapel mulu kayak makan pake tiga kali sehari. Bisa lebih malah kalo dia."
"Bilang aja lo iri karena jomlo," sahut Yola.
"HEH!"
"Udah lah," lerai Hendra sebelum perdebatan Xavi dan Yola semakin lebar ke mana-mana.
Aiden lagi dan lagi hanya bisa terkekeh melihat tingkah sohib-sohibnya. Cowok itu lantas menatap ke jalanan di depannya. Seketika itu juga netranya menangkap sebuah objek. Objek kesukaannya. Seorang gadis dengan rambut sebahu yang sedikit bergelombang. Maudy Korasya.
Senyum Aiden perlahan terbit.
Glad to see you again, Maudy.
🎸🎸🎸
"Lo serius hari ini ke Jakarta?"
"Ngapain juga gue boong, Mod? Gue serius. Hari ini rombongan agendanya mau ke Museum Gajah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #1 DESTINYOU ✔
Fanfiction⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Aiden Maxime Luciéano menyukai Maudy Korasya sejak...