O8

710 117 8
                                    

"lo harus kurangin imajinasi dikit deh, hwan" jeongwoo menatap khawatir kearah junghwan yang dengan serius menjelaskan situasinya.

mereka baru saja selesai belajar tentang rumus matematika dan sekarang berbincang-bincang dengan serius.

"gue serius, woo. kita semua dimasa depan tuh bakal hancur, kak jihoon sama kak jun─"

"lo nggak boleh ngedahuluin tuhan, itu cuma imajinasi lo dan nggak boleh dipikirin," jeongwoo beranjak dari duduknya kemudian mengambil jaket dan kunci motornya. "ayo pulang, lo kayanya lagi sakit"

"gue serius, woo!" kali ini junghwan benar-benar berteriak kepada temannya itu. sorot matanya menatap jeongwoo dengan penuh ketakutan disana.

jeongwoo sadar akan tatapan takut itu dan kembali duduk di tempatnya, menatap junghwan dengan serius.

"kalau gitu lo mau ngapain? bakal nyelamatin mereka? tapi lo nggak tau kan siapa yang bakal bunuh mereka? jelasin ke gue junghwan, tunjukkin kalau lo nggak cuma imajinasi aja" junghwan menghela nafasnya berat.

"lo bisa nggak ngomongnya pelan-pelan, tadi lo nge-rap anjir" jeongwoo menatap junghwan malas dan mencoba membuat dirinya tenang.

"intinya gini, lo tau siapa yang bakal bunuh mereka? kalau nggak tau, lo bakal ngelakuin apa?"

"gue bakal cari tau, pasti ada orang yang benci sama mereka" jeongwoo mengangguk setuju dan beranjak dari duduknya.

"mau cari tau sekarang?"

***

"kak hyunsuk!" junkyu memekik kepada hyunsuk yang baru saja ingin masuk kedalam kamarnya, tapi teralihkan melihat junkyu dengan tatapan bertanya.

"udah jemput jihoon?" hyunsuk mengangguk kecil dan masuk kedalam kamarnya. junkyu menghela nafas panjang, dia tidak berani mengganggu hyunsuk untuk saat ini.

tapi dia terus terpikirkan dengan pasangan sukhoon itu. mereka terlihat seperti sedang bertengkar dan dia ingin tahu.

kalau dia bertanya kepada jihoon, pastinya dia akan mendapat semprot dari sahabatnya itu. tapi kalau dia bertanya kepada hyunsuk, akan lebih parah lagi risiko yang dia dapatkan.

"ngapain lo disitu?" haruto datang menghampiri junkyu yang sedang berpikir di depan kamar hyunsuk.

"eh? nggak, gue cuma mikir aja"

"kyu, gue udah bilang berulang kali sama lo berhenti mikir berlebihan apalagi yang nggak penting" junkyu tersenyum tipis membalas ucapan haruto.

"lo sendiri juga harusnya ngaca, lebih parah lo dari pada gue" junkyu langsung berlalu dari hadapan haruto setelah berucap seperti itu.

"tungguin gue, mau cuddle lagi nggak?!" haruto mengerjar junkyu yang berlari seperti anak kecil sambil menjulurkan lidahnya kearah haruto dengan tatapan mengejek.

sementara hyunsuk, dia berada didalam kamarnya yang berantakkan dengan sprei yang tidak terpasang dengan rapi, bungkusan camilan berserakkan dilantai, dan musik hip-hop yang terus berputar setelah dia menyalakan komputernya.

hyunsuk merasa frustasi karena harus menunggu jihoon pulih dari rasa sakit dimasa lalunya. dia tidak bisa melakukan apapun yang bisa membantu jihoon, ya walaupun dia hanya harus menunggu saja, tapi menurutnya menunggu itu tidak akan berguna.

pemuda choi itu selalu sangat membenci orang-orang yang pernah menyiksa jihoon-nya dimasa lalu. hyunsuk tidak pernah berpikir kalau pasangannya selama ini menyimpan kenangan buruk dan tidak pernah membuka pintu hatinya untuk bercerita.

"hah.." hyunsuk membaringkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya dan menutup matanya dengan erat.

hyunsuk tidak suka berdiam diri terus seperti saat ini. dia benci untuk menunggu yang tidak akan pasti selesai, dia juga terlalu sering sesak nafas karena tidak bebas melakukan apapun sesuai keinginannya.

kemudian setelah berpikir apa yang membuatnya semakin frustasi, hyunsuk mengambil ponselnya diatas meja dan menelpon teman lamanya di bangku sekolah menengah pertama.

lee byunggon

"oy, kenapa nelpon?"

"malam ini ada tandingan nggak?"

"wah, mau ikutan main? emang pacar lo nggak bakal marah kalau lo ketahuan?"

"santai aja, dia nggak bakal tau"

"yaudah. matiin telponnya, gue bakal share lokasi tanding malam ini"

hyunsuk langsung mematikan panggilan itu sepihak dan menghela nafasnya dengan panjang. dia butuh udara malam yang dingin untuk menenangkan pikirannya.

pemuda itu langsung beranjak dari kasurnya dan berjalan mengambil jaket dan kunci motornya, setelah itu keluar dari kamarnya dengan langkah kaki tergesa-gesa.

sementara junkyu dan haruto, mereka sedang berpelukkan didalam selimut sambil menonton televisi dengan secangkir susu hangat ditangan masing-masing.

kemudian mata mereka teralihkan melihat hyunsuk yang berjalan tergesa-gesa ke pintu depan, tanpa mengucapkan kata-kata pamit kepada mereka sebelum pergi.

"kak hyunsuk mau kemana tuh?"

"biarin aja, kyu. nggak usah urusin dia, mending kita nonton kartunnya aja ya?" haruto berusaha mengalihkan perhatian junkyu yang terus melihat hyunsuk.

"ada yang nggak beres nih! kak hyunsuk pasti bakal tanding lagi! kita harus kasitau ke jihoon!" haruto membekap mulut junkyu.

"udah, biarin aja itu urusan mereka. palingan kalau hyunsuk pergi tanding lagi, mereka cuma tinggal adu mulut aja kan? habis itu pasti baikkan lagi" junkyu melepas tangan haruto yang membekap mulutnya dengan kasar.

"lo nggak boleh gitu! mereka itu ada hubungannya sama kita! kalau mereka berantem lagi, jihoon bakal makin parah sakitnya!" bentak junkyu kepada haruto yang sekarang menatapnya dengan tatapan dingin.

"BERANI LO BENTAK GUE?!"

disaat itu juga junghwan dan jeongwoo datang melihat pasangan harukyu itu akan memulai pertengkaran adu mulut.

"BUKAN MASALAH BENTAK! LO HARUS TAU DONG KONDISI MEREKA KAYA GIMANA?! JIHOON TUH LAGI SAKIT, KAKAK LO MALAH IKUT TANDING!" junkyu tersulut emosi, dia bahkan membentak haruto dengan sangat keras sampai suaranya terdengar sampai keluar rumah.

haruto mengambil vas bunga diatas meja dan hendak melempar kearah junkyu, tapi junghwan dengan cepat mengambil alih vas bunga itu dan membantingnya ke lantai membuat bunyi pecahan berisik terdengar satu rumah.

kemudian junghwan melihat kearah junkyu yang ketakutan dengan tubuh yang bergetar hebat dan haruto yang langsung pingsan ditempatnya.

"kak junkyu jangan adu mulut berlebihan sama kak haruto. masih ingat kan, kak haruto punya ketakutan besar sama suara keras?" junkyu mengangguk dan setelah itu menangis.

dia menyesal.

"udah, jangan nangis kak. mending sekarang bawa kak haruto ke kamarnya, gue mau beresin vas bunga itu dulu" junkyu mengiyakan ucapan junghwan.

tapi dia tidak akan lupa dengan topik permasalahan antaranya dan haruto tadi yang membuat mereka berdua bertengkar mulut.

"hwan, lo harus telpon jihoon sekarang. bilang ke dia kalau kak hyunsuk ikut tanding lagi"

to be continue!

ending of tragedy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang