sudah dua jam mereka menunggu diluar ruang operasi. ternyata luka tusukkan diperut jeongwoo itu cukup dalam dan pisau yang dipakai yeji untuk membunuh jihoon dan junkyu itu masih baru, artinya ujung pisau itu masih sangat tajam.
junghwan duduk dengan perasaan cemas dan takut dikursi tunggu, dia tidak berpikir kalau semuanya akan berakhir seperti ini. sedari tadi di ambulans jihoon terus memeluknya, berusaha membuat tangisannya reda.
"gue boleh duduk disini ya?" ucap junkyu kepada junghwan yang tidak menanggapi pertanyaannya. haruto hendak menghampiri junghwan dan memberinya pelajaran, tapi jihoon menghadangnya dan menyuruhnya untuk diam saja.
"hwan?"
"hiks─" junkyu langsung menghampiri junghwan yang menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. junkyu menepuk pundak junghwan dengan pelan dan lembut, yang lainnya hanya menonton.
"k-kalau jeongwoo nggak sel-amat gimana k-kak?! hiks─" junghwan memeluk junkyu dengan erat dan menangis di pelukan junkyu. semua orang yang berada disitu menundukkan kepala mereka, semuanya juga takut kalau jeongwoo tidak selamat.
"sst, nggak boleh ngomong gitu! jeongwoo pasti bakal selamat kok, dia kan kuat banget. kita berdoa aja sama tuhan supaya dia selamat, ya? jangan nangis lagi dong" ucap junkyu yang malah membuat junghwan semakin menangis.
kalian belum tahu rasanya dua kali menangis karena situasi yang sama. sebelumnya dia menangis bersama kedua kakaknya sambil menunggu didepan pintu ruang operasi. sekarang? kejadian seperti itu terulang lagi─ namun orang yang berbeda.
sekarang yang ada dipikiran junghwan hanya bagaimana kalau jeongwoo berakhir seperti jihoon dan junkyu yang tidak selamat? apa yang harus dia lakukan? palingan hanya menyimpan rasa menyesal karena sudah membawa-bawa jeongwoo dalam rencana kehidupannya.
apalagi junghwan hanya dekat dengan jeongwoo, dari awal mereka mos sudah menjadi teman dekat. kalau sampai dia kehilangan jeongwoo, pasti dia akan menyesal.
grek
pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter pria keluar dari dalam sana bersama dua perawat. jihoon langsung menghampiri dokter itu dan menanyakan keadaan jeongwoo.
dokter itu menggelengkan kepalanya pasrah, kemudian menundukkan kepalanya, tersirat rasa kecewa dan permintaan maaf yang dirasakan dokter itu.
"maaf, tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien. setelah ini jenazah pasien akan dibawa keruangan mayat. saya permisi" dokter itu langsung berjalan melewati jihoon.
mereka semua diam ditempat, tidak bergerak dan bahkan tangisan junghwan sudah tidak terdengar. hanya satu pertanyaan yang tersisa, apa yang harus mereka lakukan?
junghwan berdiri dari duduknya dan menghampiri jihoon. dia menatap jihoon dengan sendu, jihoon yang melihat mata junghwan yang terlihat takut dan sedih itu pun menelan ludahnya kasar.
disatu sisi jihoon merasa aman karena jeongwoo sudah menyelamatkan nyawanya, tapi disatu sisi jihoon merasa sedih karena jeongwoo menjadi korban, dan bukan dirinya. apa yang harus dia katakan kepada junghwan?
terima kasih? minta maaf? itu tidak cukup.
"KAK JIHOON DOKTER BILANG APA?!" teriak junghwan kepada jihoon yang menghela nafasnya dengan berat, hatinya terasa panas dan matanya mulai menampung air.
semuanya hanya melihat mereka berdua, termasuk hyunsuk yang sebenarnya marah kepada junghwan karena berani membentak jihoon dengan keras seperti itu.
"LO BISA DIAM NGGAK?!" itu bukan jihoon, tapi suara itu berasal dari haruto. karena penyakit mentalnya kambuh lagi, haruto tidak tahan dengan suara besar, berisik, dan bentakkan dari junghwan tadi.
junkyu melihat haruto yang hendak memukul jeongwoo, tapi langsung saja dia hentikan dan membawa haruto duduk di kursi tunggu, jauh dari junghwan.
"hwan, gue mau minta maaf" ucap jihoon kaku, bahkan sekarang tubuhnya bergetar takut. "jeongwoo.. dia udah pergi.." dengan berani jihoon menatap mata junghwan yang terlihat takut dan lelah.
"maksudnya pergi?"
"dia udah sama tuhan, hwan" jihoon berusaha bicara dengan lancar, walaupun sebenarnya bibir dan mulutnya sangat kaku untuk digerakkan.
"NGGAK! NGGAK MUNGKIN!" teriak junghwan histeris, kemudian dia berlari masuk kedalam ruang operasi dan melihat jenazah jeongwoo yang sudah tidak berdaya diatas ranjang rumah sakit.
junghwan melihat tubuh jeongwoo yang begitu pucat, dalam hatinya dia terus berbisik kalau jeongwoo hanya kedinginan. tapi ternyata tidak, setelah dia mengecek denyut nadi di pergelangan tangan jeongwoo.
"sus, teman saya belum meninggal kan?"
"JAWAB SAYA SUS!" bukannya menjawab, perawat itu justru menyuntikkan cairan obat tidur di leher junghwan dan membuat junghwan jatuh ke lantai.
"bawa dia keluar" ucap perawat itu sambil menyuruh perawat lain membawa junghwan pergi dari dalam ruang operasi. saat sudah sampai diluar, jihoon menahan para perawat itu dan menyuruh mereka untuk kembali melakukan tugas mereka membawa jeongwoo pergi keruang mayat.
"hoon.. kasian junghwan" junkyu menghampiri jihoon yang menundukkan kepalanya kecewa. ini semua salahnya, andai saja kalau dia yang tertusuk pisau tadi.
"suk, anterin junghwan pulang kerumah" hyunsuk yang sedari tadi hanya diam dan tidak melakukan apa-apa langsung melakukan perintah jihoon. walaupun sebenarnya dia turut berdukacita, tapi dia merasa lega karena bukan jihoon yang dibunuh.
setelah hyunsuk mengantar junghwan pulang kerumah dalam keadaan pingsan, sisanya melihat jeongwoo yang dibawa keruang mayat. mereka semua bersedih, mengingat betapa baiknya sosok jeongwoo selama dia masih hidup.
"kebayang nggak sih rasanya jadi junghwan?" tiba-tiba junkyu bicara setelah mereka keluar dari ruang mayat untuk melihat jeongwoo. "pasti dia nangis banget, apalagi jeongwoo itukan teman dekat dia satu-satunya. hah.. kasian banget"
jihoon terus menundukkan kepalanya, dia terus merasa bersalah dan menyesal. bagaimana caranya dia bisa menghadapi junghwan?
"hoon, semuanya bukan salah lo kok" ucap junkyu dengan pelan sambil menepuk pundak temannya itu lembut. dia tahu jihoon merasa sedih dan menyalahkan dirinya sendiri.
"bukan salah gue? gimana ceritanya? lo nggak liat jeongwoo jadi korban karena cuma mau nyelamatin gue?! lo buta kyu?!" emosi yang bercampur rasa sedih menjadi satu, membuat jihoon merasa frustasi.
"jangan gitu, hoon. itu bukan salah lo, tapi semua itu salahnya yeji. ingat besok kita harus datang ke penghakiman buat jadi saksi dari kelakuannya si yeji. lupain semua pikiran lo yang ngerasa bersalah, itu bukan salah lo!" jihoon mengangguk kecil, dia ragu untuk meyakinkan dirinya sendiri.
kejadian hari ini akan menjadi bagian dari kenangan masa lalunya dihari esok. kejadian yang tidak akan dia lupakan dan rasa menyesal juga bersalah yang akan terus tertanam didalam hatinya.
bibirnya mengatakan iya, tapi hatinya tidak.
"yaudah, kalau gitu kita pulang sekarang ya? siap-siap aja buat besok. gue bakal jadi saksi paling depan yang bilang si yeji itu pembunuh!" jihoon tersenyum tipis, sama seperti haruto yang hanya bisa melihat junkyu yang begitu antusias ingin bersaksi besok.
"by the way, gue baru tau kalau si yeji suka sama ryujin.. terus kenapa dia mau ngebunuh jihoon? lo punya salah apa sama dia, hoon?"
to be continue!
KAMU SEDANG MEMBACA
ending of tragedy [✓]
Fanfictionberawal dari kepergian jihoon dan junkyu, kedua kakak junghwan menjadi gila. tapi, karena kedatangan seorang nenek tua didepan rumahnya, dia menjadi kembali kedalam masa lalunya. bxb, sukhoon % harukyu no mature content