Chapter 19.3 & 20.1

36 7 0
                                    

Noah tidak lemah dalam minum. Dia hampir tidak mabuk tidak peduli berapa banyak dia minum. Tapi masalahnya, jika dia melewati batas konsumsi alkohol, misalnya lebih dari sebotol anggur, penyakit mentalnya yang tertekan kembali muncul.

Sama seperti itu, Noah akan kembali ke masa ketika kondisi mentalnya paling lemah, antara umur enam belas dan delapan belas. Dan, jika dia mencoba untuk tidur, dia memimpikan masa kecilnya. Tentu saja, kadang dia bermimpi di culik, tetapi jika ada alkohol yang terlibat, mimpi itu terjadi sangat realistis dan detail.

Noah tidak bisa menahan mimpi yang realistis dan membuatnya ingin muntah. Dia mengingat setiap kata dari wanita itu dengan jelas, dan bahkan panas dari tas kecil dan baunya yang berdebu.

Tidak seperti ketika dia masih kecil, bagian yang paling di benci Noah dalam mimpi ini adalah Mason menyelamatkannya.

Tentu saja, diselamatkan oleh Mason itu manis. Mason tetap lembut dan baik hati. Dia menatapnya dengan mata acuh tak acuh yang menjadi hangat dan simpatik. Dia membawa semua kekotoran dan bau busuk dengan mata yang cantik dan indah, dan kemudian melepaskan pakaiannya untuk menutupi Noah. Dia mengulurkan tangannya dan memegangnya lalu berbisik, "Sekarang sudah baik-baik saja."

Pada saat itu, dia merasa sangat lega dan puas. Alasan mengapa Noah tidak menyukai momen manis dan bahagia adalah karena apa yang terjadi selanjutnya.

'Jangan tinggalkan aku!'

Noah berkata dengan sungguh-sungguh, Mason memasang tampang ragu dan memeluknya erat-erat. Pelukannya nyaman dan hangat, tetapi Noah tahu bahwa Mason akan segera meninggalkannya. Ketika dia menutup matanya, ia merasa Mason pergi. Dia ingin menangkapnya dan menghentikannya, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak, Mason berdiri diam, tidak bisa bernapas, menyaksikan Noah menangis dengan mata yang sepertinya akan segera pecah. Wajah rupawan Noah berlinang air mata.

"Noah.." Saat Mason tergagap, Noah perlahan berdiri dari bawah kakinya.

"Tidak apa-apa. Jika kamu hanya menganggapnya sebagai menunjukkan belas kasihan kepada orang yang sekarat."

"Bukankah menurutmu begitu?" Noah berbicara menenangkan Mason. Padahal orang yang membutuhkan penghiburan pun bukan dia.

"Tuan Raycarlton.."

"Tidak..,"

Noah meraih tangannya seolah takut mendengar kata-kata Mason. Mason menelan ludahnya yang kering karena tangan Noah gemetar. Tangannya yang berkeringat dingin.

"Ini untuk hari ini. Karena alkohol.., aku tidak dalam kondisi yang baik."

Perlahan Noah melepaskan tangan yang dipegangnya.

"Kamu mungkin berpikir bahwa kamu telah mengalami sesuatu yang mengerikan, tapi aku harap kamu mengerti bahwa ini adalah kompensasi kecil mengingat apa yang bisa terjadi karena datang ke kamar orang yang sedang tidur larut malam."

"Aku bisa saja menembakmu." Noah berbicara dengan ringan dan menunjuk ke tempat tidurnya. Moncong revolver menonjol dari bawah bantal.

"Karena kamu sudah masuk, kamu tidur saja disini. Jika aku tidur seperti ini, aku akan mengalami serangan panik lagi ... Aku hanya akan pergi dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tidak dapat aku lakukan sebelumnya."

'Phil akan menyukainya.' Noah menampakkan wajah tanpa ekspresi dan meninggalkan ruangan meninggalkan Mason sendirian.

Mason tidak bisa menghentikannya untuk pergi atau berbicara.

"....."

Mason berkedip dan menatap telapak tangannya. Perasaan tangan Noah yang gemetar dan tekstur keringat masih menempel di tubuhnya.

[BL] KILL THE LIGHTS [Novel Terjemahan Bahasa Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang