Dafin, dengan benjol di kepala akibat terhempas ke atas lantai, diperparah karena emosi Rania yang tak terkontrol. Dia merasa sudah merapikan rumah, tiba-tiba Dafin menumpahkan air dan makanan yang berserakan. Ketika Dafin terjatuh dan menangis, bukan dibantu, malah dimarahi dan diseret hingga dihempaskan ke dinding.
Tapi sayang, kejadian itu tak ada yang tahu dan Rania tak pernah mau berterus terang bahwa Dafin itu ada memar di kepala akibat terjatuh.
Dafin yang terus rewel, hanya dianggap karena ingin bermanja saja. Tak pernah terpikirkan oleh Farida bahwa ada sesuatu yang sudah terjadi dengan Dafin, sehingga menyebabkan dia rewel. Tentu saja rewel.
Di balik rambut Dafin yang tebal itu ada luka memar dan keretakan di tengkorak. Semua itu tidak ada yang tahu.andai kata Dafin dimandikan oleh Farida setiap pagi dan sore, mungkin akan menyadari bahwa ada yang tidak beres di kepala anaknya. Akan tetapi pagi-pagi sekali, Farida sudah berangkat kerja dan pulangnya, Dafin sudah mandi. Hanya rewel dan tangis secara terus menerus yang singgah di telinga Farida.
Erwin, memang sejak awal dia tak pernah mau menyentuh anaknya, tak pernah menggendong, apalagi untuk memandikan Dafin.
Azel yang dulu sering sekali memandikan Dafin, kini, jangan ditanya. Azel betul-betul memanfaatkan kata-kata ayahnya untuk pergi ke luar rumah, mencari pergaulan.
Kini, tanpa di sadari oleh ayahnya, Azel sudah bergaul melebihi pergaulan anak seusianya.Ridho telah membuka pintu-pintu pergaulan ala online.
Ridho yang sudah berpikiran dewasa dengan usia yang baru 11 tahun. Gaya Azel yang lembut seperti perempuan, membuat Ridho selalu ingin membela dan melindungi Azel.Sebenarnya Azel tidak menyadari bahwa keberadaannya di rumah bersama Dafin jauh lebih baik, ketimbang dia ikut pergaulan Ridho yang hantu game itu.
Malam itu, Dafin menangis dengan kencang dan tak bisa didiamkan dengan cara apa pun.
Kebetulan Azel dan Beryl ada di rumah juga.
"Beryl, kok Dafin ngangis gitu kencang ya. Yuk kita lihat. Entah mengapa malam itu Azel dan Beryl Seiya seirama. Jarang-jarang mereka berkumpul. Mereka berlari ke arah Dafin.
"Ibu, Dafin kenapa? Kok nangisnya kencang amat," tanya Azel.
"Iya Bu, kami khawatir, mendengar tangis Dafin, seperti ada sesuatu Bu. Apakah Dafin pernah terjatuh?"tanya Beryl.
"Adu, kenapa kalian tanya Ibu, kalian kan tahu, ibu pulang sudah menjelang magrib. Dulu Azel yang sayang dan mau menjaga Dafin. Namun sekarang, Azel tak mau lagi urus Dafin, jadinya Dafin begini," ungkap Farida.
"Ibu, aku mohon, Ibu jangan ikutan menyalahkan Azel, Azel pergi kan juga atas kemauan ayah," jawab Dafin kesal.
"Iya maaf, bukan kamu yang salah, tadi ibu menggoda Dafin, barangkali dia bisa tenang setelah Azel ada di sini," ucap Farida.
"Sinilah Bu, Azel gendong, apa iya dia rindu abangnya? Atau memang ada yang sakit," kata Azel.
Ketika Azel menggendongnya, Azel mengusap kepala kepala Dafin. Tangan Azel lama berhenti di suatu tempat. Apa ini, bengkak besar Bu. Kepala Dafinbengkak, mari kita lihat.
"Dafin, Abang mau lihat kepalamu ya, nanti kita obati, tenang ya," ucap Azel.
Dafin terus memperhatikan mulut Azel yang lagi bicara.
"Ini Bu, ini besar sekali, ini terhempas atau dihempaskan," ucap Azel spontan.
"Maksudmu apa Azel? Dihempaskan apa ini, jangan ngaur, ibu tak suka mendengarnya," tanggap Farida.
"Ibu panggil Tante Rania itu, Ibu tanya, apakah dia pernah memarahi, membentak dan menyakiti Dafin? Soalnya dulu, ketika aku di rumah siang&siang pulang sekolah, dia sering gitu. Jangan harap dia menyayangi Dafin. Aku tak pernah percaya dengan Tante itu," ucap Azel kesal.
"Rania, kesini dulu," panggil Farida.Namun Rania tidak datang, karena dia tak merasa menjadi pembantu di rumah itu walaupun dia makan gaji di sana.
"Dia tak akan nyahut Bu, dia merasa nyonya di sini, dia tak suka dipanggil- panggil, sebaiknya Ibu berhenti kerja, dan usir dia. Aku muak melihat tingkahnya di rumah kita," tambah Azel.
Benar Bu, Beryl juga ngak percaya dengan Tante Rania itu," susul Beryl.
Akhirnya, karena sakit hati, Farida langsung menggendong-gedor kamar Rania.
"Rania! keluar kamu! Buuka pintu ini," ucap Farida kehabisan kesabaran.
"Apa, kok ngak sopan gitu," ucap Rania seperti kesal dan malas.
Tangan Farida langsung melayang di pipi Rania.
"Yang ngak sopan itu, kamu. Yang tamak dan tak bertanggung jawab itu, kamu.
"Apa yang sudah kamu lakukan kepada Dafin, dia menangis, kamu tak peduli, kami diam. Tapi sekarang kalau kau terbukti telah menganiaya Dafin, kamu akan meringkuk di penjara. Aku tak peduli kau sepupu suamiku. Kalau kau aku gaji dan hanya menganiaya anakku, maka penjara yang layak untukmu.
Farida, langsung menghubungi nomor polisi, mendengar Farida menelepon polisi, Rania berusaha untuk kabur. Azel mengejarnya. Terjadilah adu otot antara Azel dengan Rania. Rania berusaha menyelesaikan pertarungan itu, dan berusaha kabur sebelum polisi datang.
Azel yang terlanjur sakit hati, tak ingin begitu saja membiarkan Rania kabur, dia berusaha untuk mengulur-ulur permainan itu hingga polisi datang,
"Tangkap Pak, pembantu tak tahu diri. Dia telah menganiaya adikku.
Polisi meringkus Rania sementara, Dafin segera dilarikan ke rumah sakit untuk di visum.
Rania, malam itu telah tidur di dalam penjara. Farida dan anaknya sedang berada di rumah sakit menunggu hasil pemeriksaan.
Sementara Erwin tidak mengetahui sedikitpun kejadian di keluarganya, dia sedang asyik duduk minum kopi sambil mainkan kartu terlarang itu.
Seperti biasa Erwin pulang lewat pukul 00.00.
Ketika Erwin pulang, dia heran, mengapa di rumah tak ada orang
"Farida, Rania, Azel, buka pintu.
Kalian di mana?" Panggil Erwin berulang kali.
Namun tetap tidak ada sahutan.
Erwin ingat,
"Oh iya, aku kan ada kunci cadangan," pikirnya.
Setelah dia menemukan kunci rumah, dia bergegas masuk ke rumah. Dia berlari ke kamar dan ke dapur. Semua ruangan telah dia periksa, namun dia tak menemukan siapa pun di rumah itu, termasuk Rania.
Erwin semakin bingung,
"Ada apa ini, emangnya mereka kemana malam-malam gini.
Erwin pun menghubungi Rania tetapi nomor Rania tidak bisa dihubungi ...
Kemudian Erwin menghubungi nomor Farida, nomor itu aktif tetapi tak ada jawaban.
Erwin kehilangan petunjuk di mana keluarganya saat ini.
"Apakah aku akan bisa tidur sampai pagi? Tanpa mengetahui di mana mereka saat ini?
Erwin yang di rumah sendirian, tak bisa matanya dipicingkan, dia merasa sangat kesepian malam itu.
Mungkin begitulah orang yang kesepian ditinggal keluarga. Dia menyadari, selama ini dia adalah orang cuek dan egois yang tak membutuhkan keluarga selain hanya status berumah tangga.Quotes
"Setiap perbuatan yang telah dilakukan, akan ada pertanggungjawaban, baik di dunia apalagi di akhirat kelak"

KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T CALL ME AUTISM
Science FictionSeorang anak yang mengalami cedera waktu kecil, dan mendapatkan perlakuan tidak baik dari ibu asuh dan mengakibatkan semakin terganggu psikisnya sampai akhirnya semua menjadi terungkap.