Episode 15 Dafin Kembali di Rawat

1 0 0
                                    

"Ibu, Ibu, ada masalah," ucap Beryl terengah-engah.
"Beril! Apa yang terjadi? Bicara yang jelas, mana Abangmu. Bukankah tadi ibu menyuruh Azel pulang untuk mandi. Kok kamu yang pulang Beryl?" tanya Farida bertubi-tubi.
"Maaf Bu, tapi Bang Azel ikut Oom membawa Dafin," jelas Beryl.
"Kamu jangan bebelit-belit, jangan buat ibu panik, ayo jelaskan yang tenang!" pinta Farida.
"Begini Bu, tadi aku panggil Bang Azel agar segera pulang untuk mandi, dan aku yang jaga Dafin. Ketika bang Azel menggendong Dafin, tiba-tiba bola voly menghantam kepala Dafin. Hidungnya mengeluarkan darah. Oom tu segera membawa Dafin dan Bang Azel ke klinik depan.
Akan tetapi, kata dokter di klinik,  Dafin harus segera dirujuk ke rumah sakit. Oom dan Bang Azel sudah berangkat. Ibu disuruh menyusul," jawab Beryl.
"Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini? Bagaimana keadaan Dafin?" desak Farida.
"Dafin pingsan dan tak sadarkan diri," jelas Beryl.
Farida semakin khawatir, dan memanggil Rania,
"Rania! Rania! Ayo cepat!" panggil Farida.
Rania datang dari arah dapur kaget,
"Apa yang terjadi?cepat apa dan mau kemana?" tanya Rania heran.
"Kita ke rumah sakit, Dafin pingsan tak sadarkan diri, kepalanya kena bola di lapangan Segi Tiga," ucap Farida.
"Ayo kita segera berangkat Kak," pinta Rania tanpa pikir panjang lagi mengambil motor.
Sesampai di rumah sakit, Farida melihat Azel sedang duduk dengan Oom yang membantu Dafin.
"Ibu, maafkan Azel, tadi Beryl panggil dan nyuruh pulang, tiba-tiba Dafin terkena bola. Maafkan aku," ucap Azel.
"Sudahlah Azel, ini juga bukan salahmu, bagaimana Dafin sekarang?" tanya Farida.
"Dia ditangani dokter, kita tunggu saja Bu," ucap Rudi yang telah membawa Dafin ke rumah sakit.
"Oh ya Dik, terima kasih sudah membantu," jawab Farida.
"Kami juga minta maaf, tanpa sengaja teman kami yang melakukan smash dan mengenai Dafin," Rudi ikut minta maaf.
"Ini juga bukan salah kalian, moga Dafin tak masalah," tanggap Farida.
Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruangan dan menanyakan,
"Siapa keluarga Dafin?" tanya dokter.
"Saya, adalah ibu Dafin, Dok," jawab Farida.
Dokter pun menjelaskan keadaan Dafin.
Ternyata penyebab pingsan Dafin merupakan efek samping dari benturan yang lalu.
"Jadi gimana Dok?" tanya Farida.
"Kondisi Dafin memang labil, jadi ibu harus ekstra menjaganya. Jangan sampai dia kaget atau terkejut. Seperti yang saya katakan waktu lalu, sebetulnya anak ini perlu penangan khusus di Singapura, akan tetapi karena keadaan, ibu harus rajin kontrol dan menjaga jangan sampai di tertekan, sedih atau apa yang bisa menyebabkan dia mengamuk dan tidak terkontrol," jelas dokter.
"Apakah setelah ini sudah bisa kami bawa pulang Dok?" tanya Farida.
"Tunggu dulu, akan ada pemeriksaan sekali lagi, setelah itu baru nanti kita lihat lebih lanjut," jawab dokter.
Farida meninggalkan ruang dokter dan mendekati Rania.
"Rania, sepertinya akan malam di sini kita ini, karena dokter belum menyampaikan informasi untuk Dafin boleh pulang," ucap Farida.
"Sabar ya Kak, kita jalani aja sama-sama. Kalau memang yang terbaik, Dafin harus dirawat dulu, ya harus kita jalani," tanggap Rania.
Farida teringat suaminya belum diberi tahu tentang Dafin.
"Assalamualaikum, kami saat ini ada di rumah sakit,"
"Siapa yang sakit?" tanya Erwin.
Farida pun menjelaskan tentang apa yang menimpa Dafin sore ini.
Erwin bergegas untuk ke rumah sakit. Saat ini sudah mulai ada perhatian Erwin terhadap putra bungsunya.
Setiba di rumah sakit, Farida dan suaminya berembuk siapa yang akan menjaga Dafin di rumah sakit. Rania yang mendengar perbincangan itu menyela,
Untuk menjaga Dafin selama di rumah sakit. Kakak pulang saja bersama Azel dan Beryl. Biarlah mereka besok tetap sekolah supaya sukses. Nanti kalau ada sesuatu yang harus ditanyakan, nanti aku hubungi," Ucap Rania.
Akhirnya Rania yang dulu cuek dan bahkan menganiaya Dafin, kini dia pula lah yang merawat Dafin.
"Bu, aku mau tidur di rumah sakit menemani Nte Rania," pinta Azel.
"Tak usahlah, besok kamu sekolah. Biarlah Nte Rania yang jaga. Nanti kalau ada sesuatu, Nte Rania akan hubungi kita. Ibu akan gantian menjaga Dafin, ayah kerja saja. Ibu mau masak dan besok ibu ke rumah sakit siang, Azel boleh ikut dan pulang  lagi malam dengan Nte Rania," jelas Farida.
Akhir mereka pulang dan Dafin ditinggalkan dalam penjagaan Rania.
Tengah malam, Dafin terbangun, dia memanggil ibunya,
"Mbu, Mbu,"
Rania tersentak mendengar suara Dafin.
"Dafin... Sudah bangun, Dafin sudah sehat?" tanya Rania.
Dafin memegang kepalanya yang terasa sakit sekali,
Mbu! Mbu!" panggil Dafin.
"Ibu di rumah sayang, sekarang Dafin dengan Nte. Ibu pulang mau masak makanan yang enak untuk Dafin. Pagi,-pagi juga sudah kembali, tidur aja lagi ya... Apakah Dafin lapar?" tanya Rania.
Dafin yang terus memegang kepalanya,
"Oo kepala Dafin sakit ya, sini Nte panggilkan dokter.
Rania memencet bel yang ada di atas kepala Dafin berkali-kali hingga petugas datang.
"Apa apa mbak?" Tanyanya.
"Ini Dafin sakit kepalanya kambuh dan sepertinya sudah tak tahan lagi. Tolong beri obat untuk menghilangkan rasa sakit.
Petugas rumah sakit pun suntikkan obat hilangkan sakit yang dimasukkan melalui infus.
Tak lama kemudian, dia tertidur kembali. Perasaan Rania merasa tenang setelah Dafin tertidur kembali.
Sementara Farida yang sedang tidur, dia merasa Dafin memanggil dirinya,
"Mbu, jaat, mbu tinggal Afin.
"Tidak Nak, ibu segera kembali, Dafin," ucap Farida yang sudah tak tahan.
Dafin terus saja mengatakan ibunya jaat. Farida menyesali diri karena sudah diingatkan Azel agar menunggui  Dafin. Tapi entah mengapa, dia nekat tinggalkan Dafin.
Farida pun menelepon Rania,
" Maaf Rania, aku menelpon dirimu selarut ini, apa yang Dafin?"tanya Nte yang belum berjodoh itu.
" Ya Kak, memang kepal Dafin sepertinya sakit sekali, aku sudah hubungi dokter dan sekarang Dafin sudah tidur lagi tenang daja Kak, dia sudah tidur kok," jelas Rania.
"Alhamdulillah, aku mimpi, doa panggil-panggil aku, hingga tersentak dan aku tak tenang, makanya menelpon," jelas Farida.
"Wajar, Itu adalah kontak batin ibu dan anak. Besok pagi, Kakak ke sini dan bawakan makanan atau masakan kesukaan Dafin, karena tadi aku janjikan untuk membujuknya hingga dokter memasukan obat penghilang rasa sakit kepada Dafin," tambah Rania.
"Baik, terima kasih banyak ya atas bantuannya," jawab Farida menutup telepon.
Erwin pun terbangun. Ada apa? Jam berapa ini? Kok sudah bangun, lagi menelpon siapa?"tanya Erwin.
"Tadi aku mimpi Dafin dan ternyata Dafin terbangun karena rasa sakit di kepalanya. Alhamdulillah sudah ditangani dokter, barusan adik telepon Rania," jelas Farida.
Jarum jam masih menunjukkan pukul 02.46 WIB.
"Syukurlah, ayo tidur lagi, moga dia sudah tak masalah lagi," ucap suaminya.
Farida pun mencoba untuk merebahkan lagi tubuhnya di samping Erwin dan mencoba untuk tidur lagi.

Quotes

"Seberat apapun cobaan, harus dihadapi dengan sabar dan tawakal. Rahasia dibalik itu semua akan menjadi teka teki kehidupan. Setiap ada kesulitan akan ada kemudahan"

DON'T CALL ME AUTISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang