Episode 18 Akhir Tahun Dafin di TK

0 0 0
                                    

Dafin, sebentar lagi akan meninggalkan sekolah TK yang penuh kenangan. Suka duka Dafin di sekolah selama hampir satu tahun dirasakan oleh banyak pihak.
Farida yang awalnya ragu untuk memasukkan anaknya bersekolah, namun dengan tekat dan keyakinan, serta bantuan Rania, Dafin pun bisa bersekolah , mecoba bersosialisasi dan menyesuaikan dengan yang lainnya, walau itu tidak mudah, tetap dijalani Farifda penuh optimis.
Dafin yang tak mampu mengungkap apa yang dia rasakan secara baik, jika dia melompat berarti dia senang, akan tetapi bila dia mengamuk dan bahkan menyakiti orang lain, itu pertanda ada sesuatu yang tidak dia sukai.
Berbagai penolakan bahkan ancaman pun sudah diterima Farida sehubungan prilaku tak wajar anaknya. Kalaulah Farida tak tebal telinga, pasti dia sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan Dafin.
Tekad dan kerja keras Farida, kini mulai membuahkan hasil.
Dalam acara penerimaan rapor, sekaligus acara perpisahan untuk semua anak kelas B yang akan mengakhiri Pendidikannya di TK, Dafin tampil dengan gerakan yang diiringi musik. Penampilan Dafin mendapat perhatian yang hadir. Dafin, dengan gerakan lincah meliuk-liuk dan sesekali melompat dan salto. Tepuk tangan gemuruh tertuju pada Dafin. Para yang hadir, tanpa komando langsung serentak berkata,
Dafin.... Dafin.... ayo Dafin, kamu hebat," sahut mereka.
Dafin seolah tak peduli dengan tepuk dan teriak memanggil namanya, dia terus fokus dengan gerakannya yang diiringi alunan musik.
Erwin yang duduk di samping Farida terharu hingga mengalirkan air dari matanya yang sedikit cekung itu.
"Hi... Abang menangiskah?" tanya Farida.
"Siapa bilang aku nangis, tak lah," ucapnya.
Farida sebenarnya tahu bahwa suaminya terharu, atau juga teringat rasa abainya kepada Dafin.
" Baik, Bang anak kita banyak kekurangan, di balik kekurangan pada dirinya, masih Allah berikan buat kita sebuah harapan untuk terus bisa bertahan di tengah pentas hidup ini," ucap Farida sambil mencoba untuk menyimpangkan kepalanya ke bahu Erwin.
Farida mencoba minta perhatian suaminya yang sedikit dingin walau sudah mulai berubah.
Memang, sudah lama Erwin tak berjudi lagi, dia sudah memberikan kepada Farida dari gajinya untuk rutinitas keluarga.
Namun sifat cuek tetap menjadi ciri khasnya.
Dalam hati Farida,
Moga saja, setelah terharu melihat penampilan Dafin yang memukau, dia akan mengusap kepala yang aku tumpangan," ucap Farida dalam hati.
Erwin yang terus memperhatikan penampilan Dafin dan bahkan sampai penampilan selanjutnya, belum juga membelai kepala dan bahu Farida.
"Oh, baiklah yang penting dia tak pindahkan kepala ini, itu sudah cukup mengungkapkan rada romantis di depan banyak orang, pikirnya.
Dalam lamunan yang tak bertepi, Dafin pun datang menghampiri.
Dia melihat kepala ibunya yang tersandar lelah di pundak ayahnya, lalu kedua tangan Dafin mencoba untuk merangkul kedua orang tuanya dari belakang. Dafin mencium pipi ayah dan ibunya.
"Terima kasih Dafin, sayang. Ini anak kebanggaan ayah dan ibu," sapa Farida penuh bangga.
Tibalah saat pengumuman penghargaan kepada murid yang berprestasi.
Berbagai kemampuan siswa diumumkan dari segala bidang. Semua anak TK membawa penghargaan. Namun ada penghargaan istimewa buat anak yang telah mengharumkan nama sekolah,
"Penghargaan istimewa hari ini akan diberikan kepada 3 orang murid yaitu,
Nabila Putri sebagai teristimewa bidang Tahfiz.
Arif Hasan sebagai yang teristimewa di bidang musik
Dan penghargaan terakhir yang kita tunggu adalah atas nama Dafin Hasby Putra Erwin.
Kepada yang telah disebutkan namanya harap maju ke depan," panggilan MC bergema.
MC pun memohon agar orang tua mereka maju ke depan untuk mendampingi anak mereka.
Erwin, Farida dan orang tua lainnya maju ke atas panggung.
Bu kepala menjelaskan tentang kriteria penilaian.
" Kami baru menyadari bahwa semua anak itu unik dan sukses di bidang yang dia suka pula. Dulu kita berfikir bahwa anak hebat itu adalah yang nilai tertulis 100, dan yang lain dianggap tak pintar, nakal dan lasak. Ilmu pengetahuan terus berkembang, ternyata orang yang nilai 100 secara tertulis, kesulitan dalam mencari. lowomgan kerja. Ini kenapa, apa yang salah? Jawabannya hanya satu yaitu sosial. Anak yang tak mampu bergaul dan membaur akan mengalami kesulitan tingkat tinggi ketika dia diminta menjelaskan. Jadi, begini ayah ibu, kita sudah melihat semua anak adalah bintang. Bintang bidangnya sendiri. Mulai hari ini kita bongkar Kebiasaan lama, ingat semua anak pintar. Tak ada produk Allah yang gagal. Hanya saja mungkin kita belum menemukan titik suksesnya.
Berhentilah menanyakan rangking, berhentilah membedakan anak. Dafin adalah contoh dari sekian anak yang terlahir berbeda namun mampu.," Kata Bu kepala menyemangati orang tua agar tak pernah berputus-asa menghadapi kondisi anak, dan tetap fokus untuk pendidikan anak," tambah Bu Ina selaku kepala sekolah dalam sambutannya dan memberikan penghargaan.
Dafin menjadi pusat perhatian yang hadir. Dia membawa piala, piagam dan cendra mata dengan gaya khasnya yang membuat haru dan menyisihkan rasa iba.
Dafin dan orang tuanya pulang ke rumah.
Dafin ingat jasa tantenya dalam berbagai hal.
"Ibu, kita tempat Nte," ucapnya.
Rania yang sudah satu Minggu melahirkan anak perempuan yang imut dan comel.
Kondisi Rania dalam keadaan baik, begitu pula bayinya.
Dafin meminta kepada ibunya agar singgah beli kado buat si kecil.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan untuk menjenguk anak Nte Rania.
Betapa bahagia Nte Rania, melihat keponakan yang dalam asuhannya itu, membawa penghargaan.
"Dafin sayang, sini!, Perlihatkan dengan Nte apa yang Dafin" Panggil Rania.
Dafin pun dengan semangat memperlihatkan medali, piagam dan hadiah yang dia terima.
Dafin, anak hebat, sudah tamat pula sekolah TK, sebentar lagi daftar SD," ucap Rania.
Dafin pun mencium dedek bayinya.
Kini, Farida akan melanjutkan perjuangan berikutnya yaitu mendaftarkan Dafin untuk ke SD.
Pendidikan di SD memang jauh berbeda dengan taman kanak-kanak, yang belajarnya sambil bernyanyi, dan bahkan sambil makan.
"Dafin, kalau Dede sudah mulai besar, Dafin ajak adik jalan-jalan, ucap Rania.
Dafin sangat riang sore itu, dia tak mau jauh dari bayi itu. Dia pegang jari tangan, perut, kaki lalu kepala. Seolah dia akan menyapa panca Indra gadis mungil itu.
Ketika Dafin berdiri, tanpa sengaja Dafin menindih perut bayi itu dengan lututnya. Bayi itu memekik sejadinya, Rania, lalu menggendong putrinya yang sedang mengerang kesakitan.
Dafin merasa bersalah,
"Dafin tak sengaja," ucapnya seperti ketakutan.
"Tak apa Bang, doakan dedek selalu sehat ya Bang?" Ajar Rania.
Dafin sudah mulai tenang,
"Sudah ya Nte, kami pulang dulu, moga dedek jadi anak saleh yang berbakti dan gemar beribadah," ucap Farida.
Erwin dan Farida bersiap untuk pulang dengan Dafin.
Ketika sampai di rumah, Dafin teringat medalinya yang tertinggal di rumah Rania.
Tanpa bertanya kepada ayah ibunya, Dafin keluar rumah menuju rumah Rania. Diperjalanan, dia bingung, kok lupa, yang mana rumah Nte Rania.
Dia terus berjalan dan hingga dia tah mampu lagi berjalan. Dalam bingung dan lelah, Dafin terkulai layu dan jatuh ke selokan.
Mobil putih yang melintas, melihat anak yang terjatuh ke dalam selokan, dia langsung menghampiri dan membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Quotes

"Penghargaan adalah motivasi terbaik yang akan memberi warna emas dalam perkembangan selanjutnya"

DON'T CALL ME AUTISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang