Nama Pasha semakin berkibar, anak SMP Nurul Falah itu terus diperbincangkan. Bukan karena terlalu bagus menyanyinya. Namun lebih kepada salut dan support, karena anak Autis mampu tampil sehebat itu. Pasha bukan hanya mengharumkan nama keluarga dan sekolah tetapi juga membanggakan nama propinsi Aceh.
Selama acara itu ditayangkan, ini menjadi acara yang ditunggu-tunggu termasuk oleh Farida dan Beryl.
Ketika Farida dan Beryl berhasil menonton acara tersebut, ternyata penyanyi asal Aceh itu sudah tampil, mereka terlambat karena mengikuti acara berdoa 7 hari meninggalnya Erwin. Tak mungkin juga sedang berdoa buka TV, apa yang dikatakan orang. Orang lain memang tidak tahu bahwa kerinduan Farida untuk melihat penyanyi asal Aceh itu, setiap disebut-sebut penyanyi itu, ada getaran di hati Farida dan yang terbayang adalah Dafin.
Farida gagal lagi untuk menyaksikan penampilan Pasha, dan harus menunggu seminggu lagi,
"Ya Allah, semoga aku berkesempatan untuk menyaksikan acara tersebut," pikirnya.
Azel yang melakukan turing dengan sahabatnya, saat ini, setelah menempuh perjalanan dari Jambi ke Medan, kini dia akan memasuki daerah Aceh.
Ketika Azel dan Ridho singgah di rumah makan, dia melihat siaran daerah yang memberitakan Pasha yang berhasil mengharumkan nama sekolah dan nama Aceh di kancah nasional.
Azel kaget melihat berita itu,
"Ridho, lihat berita itu," ucap Azel.
"Emang kenapa, bukankah itu berita biasa, hanya saja karena dia autis dan mampu berprestasi seperti anak normal, disitu letak menariknya.
"Bukan itu, Ridho, aku mau ketemu anak itu, mau tahu rumahnya," tanggap Azel.
"Kok jadi aneh gini, hello, ini negeri orang Azel. Hati-hati, bisa diperkarakan kita di sini. Ini Aceh loh..
Azel sulit menjelaskan, namun dia tetap ngotot untuk bisa bertemu Pasha. Dia mencoba mencari tahu tentang Pasha.
" Bang, numpang tanya, ini Pasha, anak autis yang ikut audisi mencari bintang ini tinggalnya di lokasi mana ya," tanya Azel ke salah seorang yang dia jumpai.
"Aduh, maaf. Aceh kan luas, kami juga tak kenal. Hanya kenal melalui TV aja, ikut bangga karena dia orang Aceh juga," jawab mereka.
"Tapi, apa ada orang semirip itu ya walau dulu hilangnya di usia TK, walau saat ini sudah SMP, akan tetapi rasanya tak banyak yang berubah.
Azel pun terus memohon pengertian Ridho, agar mau membantu mencari informasi yang lengkap tentang Pasha
Mereka pun lama berkeliling, menelusuri banyak kecamatan dan kabupaten. Akhirnya pencarian Azel tidak sia-sia.
"Oh iya Kak, kalau rumah Pasha yang anak autis itu ya ini," ucap seorang wanita separuh baya itu Azel berusaha untuk menemui Pasha.
Tetapi rumah istana itu di gembok dan sepertinya tak ada orang.
Azel pun bertanya kepada tetangga,
"Apakah ini rumah Pasha?" tanya Azel.
"Coba lihat kartu identitas kalian, sepertinya kalian bukan orang sini, jangan-jangan kalian ada bermaksud jahat," jawab pemuda di sana.
Azel da Ridho tidak mungkin menunjukkan identitasnya sebagai mahasiswa di Pekanbaru atau KTP yang beralamat di Pekanbaru.
Pemuda itu memanggil temannya yang di seberang jalan.
Mereka menggebuk Azel. Walaupun mereka mencoba untuk membela diri namun kekuatan tidak seimbang. Mereka pun dilaporkan ke polisi dengan tuduhan mau menculik Pasha. Pasha dan keluarga saat ini sedang berada di Jakarta.
Rumah mereka kosong akan tetapi selalu diawasi.
Azel dan Ridho terpaksa mendekam di penjara.
"Azel, aku sudah ingatkan, ini negeri orang, lagi pula mana ada orang akan percaya kalau kamu bilang bahwa Pasha itu sebenarnya adikmu yang hilang, nanti kena pasal berlapis. Dianggap mencemarkan nama baik. Sepertinya mereka orang hebat juga di negeri ini," ucap Ridho.
"Jadi, bagaimana cara kita keluar dari penjara ini?" Azel bingung.
"Aku coba telpon papaku, moga aja dia tak marah dan kaget karena kita terdampar di sini," ungkap Ridho.
Beryl mencoba lagi untuk menghubungi abangnya, karena tak ada kabar, namun tetap saja nomor yang dihubungi tidak aktif.
"Bu, nomor Bang Azel tak bisa dihubungi juga.
Farida mulai cemas,
"Apa yang terjadi dengan abangmu, ayahnya meninggal, dia tidak tahu. Sekarang dia tak ada kabar sama sekali," ucap Farida.
"Doakan saja dia selamat Bu, jangan pula terlalu ibu pikirkan. Abang Azel audah besar, pasti bisa jaga diri.
Sementara Azel teringat untuk menghubungi ibunya, tetapi handphone sudah disita polisi.
Ridho pergi minta izin dengan polisi untuk menghubungi papanya. Polisi memberi waktu 5 menit. Nomor yang dituju tidak aktif. Ridho kembali ke sel dengan lemas.
Di sekolah SMP Nurul Falah terpampang spanduk besar dan panjang, "Mari kita dukung Pasha," begitu bunyi spanduk itu.
Pasha yang akan tampil lagi Minggu depan, kini dia sedang berlatih di tempat karantina. Pasangan suami istri itu selalu mendampingi dan memberikan support besarnya kepada Pasha.
Kini Pasha menjadi idola, terutama orang tua yang mengalami nasib yang sama. Bagi mereka yang mempunyai anak autis, kebanyakan masih abai dan jurang memperhatikan perkembangan bakat anaknya.
Penyesalan itu selalu datangnya terlambat. Melihat Pasha tampil bersahaja, mereka yang mempunyai anak Autis, melihat anaknya hanya tergeletak di rumah, tanpa pendidikan dan tak bisa apa-apa selain termenung durja di dalam rumah. Seolah hidup mereka hanya untuk makan, buang air dan tidur saja.
Kondisi Azel di penjara seolah tanpa solusi, mau kabur takut, mau minta tolong kepada siapa.
"Inilah acara yang ditunggu-tanggung, penampilan terakhir bagi peserta audisi musik anak nasional, dan setelah ini akan ada pengumuman pemenang," begitu kata MC acara tersebut.
Setelah penampilan semua peserta, MC pun mengumumkan nama pemenangnya.
"Dari hasil pengamatan dan rapat dewan juri, maka pemenang 1 tahun ini diterima oleh ananda Pasha Anugrah asal Aceh,"
Farida dan keluarga berkesempatan untuk menyaksikan penampilan terakhir Pasha,
"Ya Allah, ini bukan mimpi, ini mirip sekali dengan Dafinku. Dia sangat bahagia bersama orang tuanya di atas panggung. Kok bisa mirip sekali ya," pikirnya.
"Bu, memang mirip sekali ya Bu. Rasanya ingin jemput dia, ucapkan selamat kepadanya," ucap Beryl.
"Entahlah Nak, andai itu dia. Ibu bersyukur, dia bisa seperti itu karena sudah dididik dengan baik, dengan keuangan yang cukup. Andai itu bukan Dafin, setidaknya terlepas obat rindu yang tertahan selama ini, di mana pun dia berada, ibu selalu doakan yang terbaik buatnya," ucap Farida penuh kerelaan.Warga Aceh dan pendukung Pasha tumpah ruah, dengan tangis bahagia Pasha mampu membawa prestasi yang gemilang.
Sebelum kepulangan Pasha, di sekolah SMP Nurul Falah telah disiapkan acara penyambutan, begitu juga di rumah, karyawan Adrian telah mempersiapkan acara penyambutan kepulangan Pasha.
Turut ikut bergembira pemerintahan daerah Aceh juga mengundang Pasha untuk mendapatkan penghargaan atas usahanya dan mampu mengharumkan nama Aceh di negeri nusantara ini.
Pasha mendapatkan bea siswa sekolah hingga perguruan tinggi.
Walaupun Adrian orang yang berkecukupan dan mampu untuk menyekolahkan anaknya, namun ini adalah anugrah dan penghargaan yang tak boleh di tolak. Tak semua orang yang bisa mendapatkan. Ini hanya untuk orang pilihan.
Setelah selesai acara penyambutan Pasha,Adrian mendapat informasi ada orang yang mencari rumah Pasha yang saat ini mendekam di penjara.
Setelah dia selidiki, ternyata mereka adalah anak muda yang melakukan Turing. Adrian meminta polisi untuk melepaskan mereka dan diantar langsung ke perbatasan.
Walau Azel gagal menjumpai Pasha, namun setidaknya atas kebaikan Adrian mereka tak membusuk di penjara dan bisa berkumpul kembali bersama keluarga.
Kini, seolah jalan buat Azel untuk bertemu Pasha tinggal bayangan. Tidak akan mudah menjumpai Pak Adrian dan Pasha, karena mereka bukan orang sembarangan.Quotes:
"Menerima takdir jauh lebih baik dari pada menyesali apa yang sudah terjadi"
![](https://img.wattpad.com/cover/287853403-288-k842892.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T CALL ME AUTISM
Science FictionSeorang anak yang mengalami cedera waktu kecil, dan mendapatkan perlakuan tidak baik dari ibu asuh dan mengakibatkan semakin terganggu psikisnya sampai akhirnya semua menjadi terungkap.