Bab 16 Dafin BersekolahSetelah beberapa hari Dafin dirawat, Dafin diizinkan untuk pulang.
Namun dokter mengingatkan bahwa harus tetap menjaga kondisi Dafin.
"Hindari kelelahan, banyak mengkonsumsi sayur dan buah dan memperbanyak minum air putih. Hindari juga dari kondisi kebisingan, harus selalu mendapatkan asa aman dan nyaman. Kalau menghidupkan musik, gunakan musik instrumen dan slow. Kalau terjadi suatu, segera bawa ke sini dengan segera," pesan dokter.Farida mengangguk, walau dia akan terkendala secara ekonomi untuk memenuhi apa yang disarankan dokter.
Farida, setelah meminta tolong suaminya untuk mengurus administrasi dan menebus resep obat.
Mereka pulang ke rumah. Dalam masa pemulihan, Dafin selalu memaparkan perhatian lebih dari Farida.
Kesibukan Farida mencuci dan menggosok dalam usaha loundry, Farida tak ingin lagi abai atas kondisi Dafin.
Dengan berbagai keterbatasannya, Farida tetap berusaha untuk mencukupi kebutuhan Dafin.
Waktu terus berlalu, dengan kondisi mental Dafin saat ini, dia terus tumbuh besar. Pertumbuhannya secara fisik berbanding terbalik perkembangannya secara psikis.
Kini usia Dafin sudah lima tahun. Farida ingin mendaftarkan Dafin ke sekolah TK dekat rumah.Sementara Rania sebentar Agi akan menikah. Dia menemukan jodohnya lewat media online.
Pertemanannya di Facebook, yeah membuat hubungan komunikasi yang intensif dan membawanya ke pelaminan.
Walau dia belum pernah bertemu selama ini, tetapi mereka sudah bersepakat untuk ke pelaminan. Rania yang selama ini membantu untuk mengasuh Dafin, sebentar lagi dia akan pergi ke tanah seberang yang akan dijemput oleh calon suaminya yang akan menikahinya.
Farida membawa Dafin untuk didaftarkan ke sekolah Taman Kanak-kanak."Salam, ini anakku, Dafin. Aku ingin mendaftarkan dia sekolah di sini," kata Farida.
"Silakan duduk, Bu." sambut salah seorang tenaga administrasi di kantor itu.Dafin yang dipegang oleh ibunya, ingin bebas dan bermain. Tetapi Farida masih menahan tangannya untuk proses pendaftaran. Tiba-,tiba Dafin memekik histeris dan menggigit tangan ibunya. Melihat kejadian itu, tenaga administrasi itu, pergi menjumpai pimpinan sekolah untuk melihat kondisi siswa yang ingin belajar di sekolah ini.
"Bu, permisi, ada seorang ibu yang mau mendaftarkan anaknya, namun sepertinya mempunyai kelainan sikap, apakah ibu mau bertemu dulu?" tanya administrator sekolah itu.
Bu Lina pun datang menghampiri calon murid tersebut.
"Hai anak ganteng, siapa namanya?" tanya Bu Lina.Dafin yang belum mendapatkan apa yang dia inginkan, langsung mencakar muka Bu Lina. Yang lebih parahnya kuku Dafin ternyata panjang. Muka Bu Lina yang imut itu berjejak dan berdarah dengan kuku Dafin.
Betapa kaget Bu Lina,
"Kok gitu anak Ibu, sepertinya kami harus pelajari dulu perkembangan sikap anak Ibu.
Kalau Ibu setuju, akan diadakan tes psikologi sebelum kami menerima anak Ibu bersekolah di sini. Atau Ibu bisa masukkan ke sekolah khusus,"jelas Bu Lina."Bagaimana cara untuk mengikuti tes tersebut Bu, berapa biayanya?" tanya Farida.
Sementara Dafin masih belum bisa dikendalikan."Biayanya 250 ribu Bu, kalau jadi, Ibu bisa datang besok pukul 08.00 WIB dan hasilnya bisa diterima 1 minggu mendatang," jelas Bu Lina.
Farida yang hidup di bawah cukup itu, mencoba untuk merenungkan apa yang disarankan oleh Bu Lina.
"Baiklah Bu, akan saya coba, Insyaallah besok saya akan datang pukul 08.00 WIB. Tapi uangnya insya Allah besok," tanggap Farida."Maaf Bu, kalau uangnya besok, berarti kita akan jadwal ulang kapan psikotest dilakukan, karena kita memakai jasa orang lain juga," Bu Leni menanggapi balik.
"Oh begitu ya, baiklah, bagaimana baiknya saja. Saya mohon maaf, karena anak saya sudah berbuat tidak baik dengan Ibu. Sebenarnya anak saya ini dulunya biasa, namun karena ada benturan hebat di kepalanya, makanya dia seperti ini. Dokter menyarankan operasi ulang ke Singapura. Namu apa daya, aku tak punya kemampuan untuk itu, aku cuma kerja cuma loundry," ungkap Farida sambil berurai air mata.
Bu Lina cukup prihatin mendengar cerita Farida. Dia menjadi tak tega untuk menyuruh tes lagi karena penyebabnya sudah jelas dan kondisinya pun sudah tampak.
"Bu, kami cukup prihatin, gini saja, Dafin bisa sekolah di sini asal ada yang bisa mengawasinya seperti baby sitter gitu. Kami juga tak tega kalau anak Ibu tak bisa sekolah, dilain pihak guru tak akan bisa mengawasinya dengan sempurna, karena banyak anak yang dihandle. Takutnya nanti orang tua komplain boa nantinya anak mereka sampai terganggu," ucap Bu Lina hati-hati.
"Ya Bu say faham kekhawatiran Ibu. Masalahnya tantenya yang biasa menjaganya mau menikah dan akan ikut suaminya di seberang laut sana. Kalau orang tak biasa susah," ungkap Farida.Farida pun pamit tanpa membawa solusi.
Raina mencoba mencari tahu tentang rencana pendaftaran sekolah Dafin."Kak, bagaimana? Apakah Dafin jadi daftar sekolah?" tanya Rania.
"Itulah masalahnya, Dafin tadi menggigit saya dan mencakar Bu kepala. Mereka menyarankan kalau Dafin bisa sekolah asalkan ada yang mendampinginya," jawab Farida.
Mendengar ucapan Farida, membuat Rania sedih. Dia terdiam dan memikirkan bagaimana dia bisa membantu Dafin.Rania pun menceritakan kondisinya kepada calon suaminya,
"Gini saja, berarti setelah menikah nanti, aku yang akan pindah dan membuka usaha baru di sana," tanggap Abel yang berencana membuka kedai bakso di tempat Rania."Benarkah? Berarti kita pesta sederhana saja di rumah kakakku, lalu kita sewa tepat di lokasi yang tak jauh dari rumah Kakakku," terang Rania tenang.
Abel pun merantau ke Sumatera untuk menikahi gadis Medan yang tinggal di Riau itu.
Pernikahan Abel dan Rania berlangsung sederhana dan tetap meriah.Doa Farida yang selalu memohon kepada Allah agar Rania dipertemukan dengan jodohnya terkabul.
Kini Rania sudah menjadi nyonya bagi Mas Abel.
Abel adalah pemuda Jawa yang rajin dan dan penyayang. Dia sangat senang dengan anak-anak , terutama kepada Dafin.Rumah sewaan Rania hanya berjarak tiga rumah dari rumah Farida.
Raina, walau sudah menikah, akan tetapi dia seperti tidak bisa lepas dari Dafin.Dafin bisa bersekolah di TK Al-Hikmah dengan dampingan Rania.
Anak-anak TK itu merasa heran, mengapa Dafin ke sekolah dikawal tantenya?" tanya Ihsan kepada gurunya."Ihsan, kamu harus membantu Dafin agar dia bisa belajar juga. Kamu harus bersyukur karena Allah telah mencukupi dirimu. Dafin itu termasuk anak yang kurang beruntung, karena ketika umur tiga tahun kepalanya terbentur benda keras. Dia sudah mengalami operasi, tapi tak sempurna, begitu jadinya," terang gurunya.
Ihsan termangu mendengar penjelasan Bu guru. Dan dia berjanji akan melindungi Dafin dari gangguan orang -orang jahat.
Sejak itu Ihsan berusaha menjadi teman yang bisa diandalkan oleh Dafin.Melihat Ihsan yang selalu membantu, membuat Rania terharu.
"Ya Allah kirimkan selalu malaikat kecil-Mu untuk membantu dan melindungi Dafin. Kelak jadikanlah Dafin lebih sehat, mandiri dan terampil," pinta Rania dalam doanya.Quotes
" Perjuangan itu tidak mudah, tetapi bisa dijalani dengan tekat dan kerja keras"
![](https://img.wattpad.com/cover/287853403-288-k842892.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T CALL ME AUTISM
Science FictionSeorang anak yang mengalami cedera waktu kecil, dan mendapatkan perlakuan tidak baik dari ibu asuh dan mengakibatkan semakin terganggu psikisnya sampai akhirnya semua menjadi terungkap.