Rival POV
Sore itu kulalui dengan tersenyum kecil. Siapa pula yang tak tertawa melihat si kecil itu. Katakanlah aku jahat, tapi tingkah laku konyol dan ceroboh wanita itu tak pernah berubah. Tetap lucu. Debar jatungku tak kunjung menormal sejak aku berada di lift. Pasti ini efek karena wanita itu terjatuh, aku jadi terkejut.
Tak terasa sore sudah menjadi malam. Perutku mulai terasa perih, mengingat terakhir kali aku makan yaitu tadi pagi. Menunggu pekerja-pekerja lelet itu memindahkan barang-barangku ke apartemen membuatku lupa makan.
Baiklah, lebih baik sekarang aku turun dan makan malam. Setelah bersiap aku mengintup terlebih dahulu melewati lubang kecil di pintu.
Eerrr... Mungkin ini memalukan, tapi semasa SMA aku sering kabur dari rumah untuk berpetualang menyusuri gunung-gunung indah di Indonesia. Hahaha.
Setelah mengamati keadaan luar dan mendapati kondisi hening, aku memutar kunci pintu.
Tunggu dulu! Tiba-tiba pintu kamar sebelah terbuka dan nampaklah seorang lelaki. Setahuku kamar sebelah adalah kamar Luna. Itu artinya Luna kedatangan tamu laki-laki!
Rasanya lelaki itu tampak familiar bagiku. Tubuh tunggi tegap dengan kulit kecoklatan. Mata hijau cermelangnya mengingatkan pada seseorang bernama Edy? Ady? No, no. Kurasa nama yang berakhiran m. Hmm... Adam!
Sedang apa cowok tengik itu disini? Tanpa sadar aku semakin menekankan mata kananku pada lubang kecil ini. Aku yakin mataku akan bertanda lingkaran nantinya. Aku tak peduli.
Adam terlihat sedang berbicara dengan seseorang (aku yakin itu Luna) di ambang pintu. Beberapa kali Adam tersenyum dan menjulurkan tangannya. Entah menyentuh apa. Beraninya cowok tengik itu!
Lalu setelah beberapa adegan yang kulihat dengan terbatas, akhirnya pintu tertutup dan Adam terlihat menunggu lift. Buru-buru aku keluar dan dengan (pura-pura) santai melenggang ke depan lift.
"Rival?"
Aku menoleh dan memasang wajah terkejut. "Adam?"
Kami saling berangkulan dan menepuk punggung layaknya teman lama yang baru bertemu. Ini bukan sandiwara, oke? Adam memang termasuk teman dekatku semasa SMA. Banyak hal konyol yang kami lakukan bersama dulu.
"Oh God, Riv. Mukamu tambah tua!" Adam tergelak setelah mengamati wajahku yang tampan.
"Orang buta pun tahu kalau kita tidak remaja lagi, bodoh!" Balasku tak kalah sakratis. "Dan kulitmu tambah cokelat, bung! Apa kerjaanmu tiap hari mendaki gunung?"
Ting! Pintu lift terbuka dan kami masuk bersama.
Adam nyengir lalu menggeleng, " tidak setiap hari. Seorang owner showroom mobil tidak memiliki waktu sebanyak itu."
Mataku terbalak kaget. Membuka showroom mobil merupakan keinginan Adam sedari dulu. "Kau berhasil? Great, Ad! Aarrggh pasti kau akan sesombong diriku," gerutuku sambil bergurau, membuat ia tambah tertawa.
"Enak saja. Aku takkan sesombong dirimu. Malah aku pantas lebih sombong darimu. Aku memulai usaha dari nol." Melihat wajahku yang semakin tertekuk membuatnya tambah gembira.
"Jangan cemberut seperti itu, Riv. Bagaimana kalau kita ke Light Nite? Kami, anggota pecinta alam sewaktu SMA masih sering berkumpul. Hanya kau saja yang menghilang. Bagaimana?"
Hmm... Ikut dengan Adam? Berkumpul dengan kawan lama? Boleh juga.
****
Ternyata Light Nite yang dikatakan Adam adalah club malam yang sangat bergengsi di ibukota. Tak heran apabila aku menemukan beberapa pengusaha-pengusaha terkemuka dan sukses disini. Dan tentunya mereka ditemani wanita-wanita dengan pakaian berpotongan seksi.
Yang baru kuketahui, teman-temanku tergolong dalam pengusaha-pengusaha terkemuka disini. Mereka adalah Kent, Josh dan Shen.
"Gila! Hilang ga Ada kabar, tiba-tiba nongol disini. Kukira kau sudah menyatu dengan buku-buku oxford." Josh menyemburkan sebagian tequilla sunrise nya saat melihatku.
Shen, temanku yang keturunan cina itu hanya memutar bola matanya. "Oh. Come on, Josh. Kau berlebihan. Kau pikir dia sibuk dengan buku tebal. Aku bertaruh ia lebih sering sibuk dengan wanita one night stand nya."
Ucapannya itu disambut tawa oleh semuanya. Lalu dengan santainya bersulang dengan Kent yang sedang merangku seorang wanita cantik berambut blonde. Aku yakin itu one night standnya yang keseribu.
"Come on, guys. Aku kesini untuk bernostalgia, bukannya untuk membicarakan berapa banyak pengaman yang kupakai saat di England."
"Kalau yang kau maksud nostalgia adalah saat kau menabrak pohon saat mendaki gunung, aku akan dengan senang hati membicarakannya. Hahahah!" Sindiran Adam diikuti gelak tawa yang lainnya. Crap!
******
Haloooo. Maaf aku baru updet. Aku libur seminggu tapi banyak PR :')
Di media aku tampilin foto Jensen Ackles sebagai Adam. Selamat membaca :)
![](https://img.wattpad.com/cover/35245757-288-k881863.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Romance6 tahun. Waktu yang cukup lama untuk melupakan orang yang kita cintai. Sayangnya satu tatapan darinya cukup membuatku merasakan sakit itu lagi. Tidak! Dia tidak mencintaiku. Begitu juga perasaanku seharusnya. -Raluna Rosallie Ruffman- 6 tahun. Waktu...