chapter 8

11.9K 505 4
                                    

Luna POV

Aku tersedar dari tidurku. Ugh! Rasanya tubuhku remuk dan lemas. Saking lelahnya aku sampai tak ingat bagaimana caranya aku pulang. Ini semua karena pekerjaan sialan itu. Andai perusahaan itu milik nenek moyangku, sudah pasti akan kubakar semua map itu.

Ngga deng!

Rasanya aku ingin tidur lagi, kembali ke mimpi surgawi dimana tidak ada pekerjaan dan boss sialan tampan itu. Aku mengerjapkan mata, mencoba beradaptasi dengan cahaya matahari yang menerobos jendela kamarku. Memandang langit-langit kamarku yang dicat warna abu-abu sembari mengumpulkan nyawa.

Tunggu! Sejak kapan langit-langit kamarku berwarna abu-abu? Cat kamarku kan berwarna biru langit.

Aku berusaha bangkit dan menyingkirkan segala halusinasi. Ini pasti halusinasi kan?

Sesuatu yang berat melingkar dipinggangku, membuatku kesulitan untuk bergerak. Ternyata itu adalah tangan kekar seseorang. Eh, TANGAN SIAPA INI?!

Tak percaya aku melihat sesosok lelaki yang tertidur disampingku. Tatapan hororku jatuh pada Rival. Ya, Rival! Dan ini bukan kamarku. Ini kamar Rival.

Panik, aku sibakkan selimut yang menutupi tubuhku lalu menghembuskan nafas lega saat menyadari aku masih berpakaian lengkap. Tapi apa yang kulakukan disini?

Saat pikiranku berkecamuk, berusaha menyusun kembali apa yang terjadi dari aku di kantor hingga sampai disini, lelaki disampingku bergerak dan menyipit menatapku. "Bisakah kau diam? Ini masih pagi dan aku lelah sekali mengurus bayi demam semalaman."

Rival kembali memejamkan mata dan menarikku dalam pelukannya. "Kyaaaaa! Lepaskan aku, boss mesum!"

Tentu saja aku meronta dalam pelukannya. Aku masih punya harga diri. Yaah walaupun sebagian dari diriku malah ingin tenggelam di dadanya yang hanya dilapisi kaus berwarna putih sehingga tercetak jelas dadanya yang bidang. Sudah kuduga, Rival pasti sixpack.

Oh my God! Apa-apaan aku ini. Aku menolaknya namun masih sempat-sempatnya mengintip tubuh sempurna bossku. Maafkan aku, Tuhan.

Ternyata penolakanku membuat ia semakin mengetatkan pelukannya. Ia berbisik tepat di telingaku, membuatku bergidik. Antara geli dan.... suatu perasaan yang tidak dapat kujelaskan. Pokoknya dag dig dug.

"Apa kau bilang? Aku boss mesum? Apa kau ingin tahu bagaimana boss mesum yang sungguhan?" Ia semakin merapatkan tubuhnya. For God's Sake! Semoga ia tidak merasakan degup jantungku.

Bisa-bisanya ia berpikir untuk menjadi boss mesum sungguhan. Atau ia memang beneran mesum? Oh ya aku lupa, dia kan Rivaldi Rev Reaven. Tentu saja ia mesum.

Aku hanya diam dan berusaha berpaling dari tatapan intensnya. Tapi dia menarik daguku untuk memandangnya. Boleh aku mati sekarang?

Sementara tubuhku seketika membeku, menyadari Rival yang sangat dekat dengannya, sampai-sampai hembusan nafas pria itu sampai terasa hangat dikulitku.

"Bisakah kau tidak bersikap dingin padaku sebentar?", gumam Rival sambil menatapku dengan intensitas tinggi. "Karena hal itu membuatku tidak nyaman untuk melakukan ini," katanya lagi dan menutup ucapannya dengan sebuah kecupan tepat di bibirku

Rival menciumku dengan sangat lembut, bibirnya seolah memuja dan membuatku merasa menjadi wanita paling cantik di dunia. Aku tertegun dengan sentuhan yang diberikan oleh Rival padaku dan sadar bahwa aku harus mati-matian melawan hastratku untuk membalas ciuman tersebut. Meski sebenarnya aku menikmatinya.

Detik pun berubah menjadi menit, aku tak kuasa lagi menolak bujuk rayu bibir manis Rival. Aku pun membalas ciuman Rival dengan sangat tidak berpengalaman. Rival dengan senang hati menyambut reaksiku. Tanganku yang tadi mati-matian mendorong tubuh Rival untuk menjauhiku, kini justru bergerak mencengkram kaus tipisnya.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang