chapter 17a

8K 340 2
                                    

Shofia POV

Oke, aku akui aku kalap. Kalap memikirkan keberadaan Luna. Katakanlah aku bodoh (yang seperti dikatakan semua teman sekolahku dulu), tapi ini murni diluar dugaanku. Aku tak akan menyangka Luna sebaper itu. Ya, baper. Bawa perasaan dan sensitif. Padahal aku telah berteman dengannya 3 tahun. Namun baru sekarang aku mengetahui sifatnya yang satu itu. Aku kira dia manusia gunung. Kukatakan manusia gunung karena pakaiannya yang ga ada cantik-cantiknya dan wajah kucelnya, seakan dia terseaat di gunung satu bulan. Yah... Walaupun kini sudah ada perubahan seperti gaya berpakaiannya.

Percaya atau tidak, setelah mengetahui bahwa Rival menjalin hubungan dengan Luna, aku langsung mengambil penerbangan paling cepat ke Indonesia. Padahal pada saat itu aku sedang belajar menghitung. Err... Maksudku menghitung upahku sebagai model. Dan dengan otak cermelangku, aku menyusun rencana brilian untuk 'keberhasilan' hubungan Rival dan Luna.

Tapi rencana itu gatot. Gagal total! Oh my gosh! Aku kira setelah lama tinggal di Paris, otak cantikku bertambah pintar. Nyatanya otakku hanya sampai pentium 2. Oke, jangan salahkan otak cantikku. Aku kan sudah berusaha sekeras mungkin untuk menyempurnakan hubungan mereka. Kini aku harus menyusun ulang rencanaku dengan misi yang sama.

Menyadari bahwa kendala rencanaku adalah Adam, semangatku kembali menciut. Bila Luna diibaratkan manusia gunung, Adam lebih mirip manusia kutub. Dingin. Ralat. Ia hanya dingin terhadap wanita cantik sepertiku. Karena sejauh pandanganku, Adam terlihat manis dihadapan Luna. Aku curiga andai saja aku menari striptis dengan lingerie victoria secret pun dia tak akan tersenyum.

Aku sudah tengkurap, telentang dan menari hula pun, tetap saja tidak dapat ide untuk mengakali Adam. What should i do? Tak ada satu pun lelaki yang menolak pesonaku. Semua lelaki bertekuk lutut padaku. Hanya Adam. Padahal ketiga sahabatnya yang lain selalu meneteskan air liur saat melihatku. Ya mereka bertiga yaitu Kent, Josh dan Shen. Mereka sama 'normal' nya dengan lelaki lain.

Ting! Aku dapat ide. Mungkin andai ini dunia kartun, pasti akan ada bohlam menyala di atas kepalaku. Ya, aku punya ide.

*****

Aku menjejakan kaki jenjangku ke bangunan yang terkenal dimalam hari itu. Dengan mini dress merah darah yang ketat ini, semua Mata lelaki (berhidung belang) mengikuti langkahku seperti magnet. Sampai-sampai kulihat lelaki di ujung sana memutar lehernya lebih dari 90 derajat, yang baru disadarinya kalau lehernya tidak dapat berputar saat urat-urat lehernya berteriak kesakitan.

Light Nite. Tampat sejuta umat mencari kesenangan, walau sebagian orang menyebutnya tempat pembelian tiket dosa. Berhubung aku suka berpikir positif, jadi aku memilih untuk mengangap tempat ini untuk kesenangan. Aku ga salahkan? Setidaknya sebotol vodka bisa membuatku melayang.

Tolong jangan berfikir jelek dulu padaku. Aku kesini untuk tujuan mulia. Menjalankan misiku untuk Rival. Mulia sekali bukan? Aku sampai harus menyingkirkan para lelaki yang mengajakku sekadar berdansa, hingga kudengar namaku dipanggil dari sofa di pojok sana.

Kent. Aku tersenyum lalu menghampiri mereka. "Hello, guys!!!! Miss you so much." Setelah acara peluk-peluk pelepas rindu dan memesan sobotol vodka, aku duduk nyaman di samping Josh. "Wuih, udah jadi model international, kamu tambah cantik, Shofia. Bagaimana Paris sana? Kau cuti dari pekerjaanmu?"

Paris? Tentu saja lebih cantik daripada Indonesia. Setidaknya tidak ada gunung curam yang harus kudaki untuk mendapat reward dekat dengan para lelaki popular disekolah. Tentu saja itu tidak kukatakan. Sebagai gantinya aku menjawab, "Paris indah. Tapi tidak seindah Indonesia. Terutama gunungnya." Aku yakin pasti aku menang kontes dusta sejagad raya.

"So, bagaimana kabar teman-teman yang lain? Rival? Adam? Luna?" Aku memancing mereka berbicara dulu. Tidak lucu kan kalau aku menjalankan misi pada orang yang salah. Aku hanya takut mereka berpihak pada Luna seperti Adam. Jangan-jangan mereka sudah tau kalau aku yang menyebabkan rusaknya hubungan Rival dan Luna. Bisa-bisa aku dibuang ke gunung paling gaib.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang