Sudah puluhan kali Luna mendaki gunung ini. Gunung kesayangannya, saksi bisu kisahnya dengan Rival. Ya, Rivaldi Rev Reaven, pendamping hidupnya, suami terkasih dan juga ayah dari anaknya. Luna merasa hidupnya sudah sempurna. Dengan suami yang sangat dicintainya, menyambut paginya dengan senyum penuh cinta. Sahabat-sahabatnya yang walau menyebalkan, namun merekalah alamat hiburan Luna. Alice yang sudah berdomisili di tempat kelahirannya, selalu menghubungi Luna sekedar untuk mengeluh betapa menyebalkannya Supri dan Togar yang meneleponnya untuk bergurau lalu meminta pulsa yang sudah terbuang untuk menelepon Alice yang berbeda negara. Shofia pun tak jarang mengunjungi Indonesia untuk menjahili Rival dan mengajari Luna bagaimana menjadi wanita seutuhnya. Hal ini ditanggapi Rival dengan mendepak Shofia dari rumahnya. Begitu juga dengan Kent, Josh dan Shen. Mereka tak pernah absen berkumpul di rumah Rival untuk mengerjai tuan rumahnya sendiri. Pernah suatu waktu Rival terperangkap di gudang karena Kent, Shen dan Josh sukses menguncinya dari luar. Setelah Luna memohon, mereka bertiga baru membebaskan Rival. Dan tentunya ia sangat bersyukur memiliki sahabat yang begitu menyayanginya. Adam yang selalu ada disegala situasi terberat hidupnya. Rela menjadi sandarannya setiap kali dirinya tak bisa lagi terlihat tegar. Dan kini harus rela melihat gadis nomor satunya menjadi pendamping hidup orang lain. Namun Adam sekarang memiliki gadis nomor satunya yang baru. Gadis yang tak kalah cantik dengan Luna. Rinjani Rosalie Reaven.Ya, anak perempuan Luna dan Rival. Anak perempuan berparas unik. Terlihat jelas paras bule karena mata bulat turunan Luna berwarna biru cermelang di irisnya persis seperti Rival. Hidungnya yang mungil mirip dengan Luna, sedangkan bibirnya tipis berwarna merah seperti Rival. Namun terlihat juga gurat oriental yang semakin memperunik wajah imutnya. Tak sulit menyukai Rinjani walau sifat anak kecil itu sangat mirip dengan kedua orang tuanya.
Seperti pepatah buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitulah Rinjani. Sifat sombong dan bossy nya seperti Rival, sedangkan kemandirian dan tegasnya mirip dengan Luna. Walau begitu semua orang gemas dengan kelucuan anak berumur tiga tahun ini. Begitu juga dengan keempat om nya yang sangat menyayanginya. Siapa lagi kalau bukan Adam, Shen, Kent dan Josh. Namun Adam tetaplah om nomor satu Rinjani.
Seperti sekarang, mereka bertujuh (Luna, Rival, Rinjani, Adam, Kent, Josh dan Shen) kembali mengarungi gunung. Tentunya gunung kesayangan mereka, Gunung Prau. Rinjani yang sering mengikuti kedua orangtuanya traveling, sudah cukup kuat menggendong ranselnya sendiri. Tak seperti anak lain yang dimanja kedua orangtuanya, Rinjani anak yang sangat pemberani dan mandiri. Ia begitu mencintai alam Indonesia. Bahkan saat Luna mengandung Rinjani dan usia kandungannya menginjak 5 bulan, Luna mengidam naik gunung Rinjani di Lombok. Maka dari itu Rinjani dinamakan demikian.
Hari tengah senja dan udara dingin semakin melingkupi puncak Gunung Prau. Luna tengah memasak dan Rival sibuk membuat parit disekitar tenda dengan tramontina (semacam golok). Sedangkan Rinjani, seperti biasa, tengah diganggu om-om tersayangnya.
"Jani, ayo dong di pake jaketnya. Nanti kedinginan loh pake sweater doang," bujuk Josh sambil berusaha memakaikan jaket waterpof nya. Disisi Rinjani yang lain, Shen memainkan ujung rambut Rinjani yang lembut. Lain hal nya dengan Kent yang paling jail, ia menoel-noel pipi Rinjani.
Rinjani menepis tangan Shen dan Kent kesal, lalu mendorong jaket Josh. Dengan tatapan datarnya, Rinjani berkata pelan tapi tetap polos, "go to the hell." Setelah itu Rinjani berlari ke pelukan Adam yang memeluk Rinjani dengan protektif.
Sontak Kent, Shen dan Josh terpaku kaget lalu geleng-geleng kepala. "Asli, Rival banget. Jadi ini yang di ajarin Rival ke Jani," Shen berbisik ke Josh dan Kent. Walau berbisik, Rival mendengar nya dari kejauhan. "I can hear you, Shen!" Teriak Rival yang kemudian beralih ke Adam yang tengah mengelus kepala Rinjani. "Dan kau, Ad, berhentilah menjadi pedofil. Jangan sampai aku menjadi mertua kau! Amit-amit, tau!"
Adam terkekeh pelan. Ia tetap mendekap Rinjani dan menggendongnya, membawa Rinjani ke dalam tenda. Luna menyambut mereka dengan spaghetti yang baru matang. Ia memanggil teman-temannya dan juga Rival untuk bergabung makan malam dalam tenda. Mereka bertujuh pun memenuhi tenda, berebutan untuk duduk paling dekat dengan kompor agar dapat merasakan hangatnya. Tangan mereka menggenggam cokelat panas. Untung saja mereka membawa tenda besar yang cukup menampung banyak orang dewasa.
Tawa pun memeriahkan tenda mereka saat Kent bercerita tentang Rinjani yang kini sudah belajar mengumpat dari ayahnya. Luna menyenderkan kepalanya di bahu Rival. Meresapi kebahagiaan yang selalu ia syukuri. Yang telah diyakini Luna, hidup memanglah tidak bahagia selama-lamanya seperti cerita dongeng. Namun ini bukan cerita dongeng. Tak ada bahagia selama-lamanya. Begitu juga dengan menderita selama-lamanya. Seperti kata Rival saat melamarnya, ini semua skenario Tuhan, bukan seorang author. Maka dari itu Luna siap menghadapi skenario Tuhan dengan orang-orang yang dicintainya.
--------------------------------------------------------------------
Finally selesai juga cerita ini. Huft!
Aku minta maaf kalau banyak salah, typo, menyinggung ataupun cerita ini terlalu jelek untuk kalian. Aku sangat sadar ceritaku jauuuuuh dari kata sempurna. Maaf kan hamba *nyembah-nyembah reader*Aku berterimakasih sekali untuk kalian semua yang mau baca ceritaku. Untuk ka manhalfgod, penulis yang memberikan aku banyak tips menulis dan ka zeeyazee, penulis favorite ku yang mau-maunya comment ceritaku. Terus buat kalian yang memberikan vote, comment dan juga semangatin aku buat nulis chapter tiap chapter. Terimakasih beribu terimakasih.
Dan juga buat silent reader, aku sangat berterima kasih pada kalian. Karena kalian, aku jadi semangat menulis lebih baik lagi biar kalian suka sama ceritaku.
Tanpa kalian semua, cerita pertamaku ini hanyalah upil yang nyasar dikolong meja sekolah. Terimakasih.
Insyallah aku akan melanjutkan my troubadour tapi ga janji sering update karena saya mulai memasuki kelas 12 yang artinya mau ujian negara dan juga mencari perguruan tinggi. Doakan saya ya. I love you all
Best regreads,
Luceat
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Romance6 tahun. Waktu yang cukup lama untuk melupakan orang yang kita cintai. Sayangnya satu tatapan darinya cukup membuatku merasakan sakit itu lagi. Tidak! Dia tidak mencintaiku. Begitu juga perasaanku seharusnya. -Raluna Rosallie Ruffman- 6 tahun. Waktu...