Luna POV
Perjalanan berlangsung 14 jam. Memang melelahkan, tapi kami menikmati itu. Malah bagi kami kelelahan ini serunya. Tidak asyik kan kalau kita naik pesawat yang hanya 1 jam?
Aku memilih duduk di samping Shen yang sedang mengemudi. Aku sengaja membiarkan Rival kesempatan untuk kembali mengakrabkan diri dengan teman-teman lamanya.
Tapi aku rasa aku salah. Bukannya mengakrabkan diri, mereka malah terlihat berseteru. Berkali-kali Rival dijahili Kent, Josh dan Adam. Mungkin seperti itu lelaki. Semakin jahil, semakin akrab. Semoga dugaanku benar.
Lihat saja sekarang, kedua tangan Rival sedang diikat dengan tali prusik (tali berdiameter 3 mm) ke senderan kursinya dan sekarang Josh sedang berusaha mengikat kedua kaki Rival juga. Usaha Rival melepaskan diri tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan tiga pria barbar. Apabila Shen dapat melepas kemudi, pasti dia ikut membantu ketiga sohibnya.
Aku hanya tertawa saja melihat tingkah mereka, tanpa berusaha mencegahnya. Kapan lagi aku bisa lihat bossku menderita. Dianiaya teman sendiri. Dan jarang-jarang aku melihat wajah bodohnya. Hahahaha.
Kami sampai di kabupaten Wonosobo pukul 9 malam dan langsung menuju ranger Gunung Prau. Ranger adalah pos tempat registrasi untuk mendaki. Selain untuk registrasi, ranger juga berfungsi untuk tempat penginapan dan pusat informasi juga pemanggilan tim SAR apabila ada hal darurat seperti kecelakaan atau orang hilang. Saat aku bilang tempat penginapan, jangan kira akan ada kamar, tempat tidur dan lainnya. Penginapan yang dimaksud adalah ruangan yang luas dan kosong. Kami tidur dengan sleeping bag.
"Huaah akhirnya sampai juga!" Adam langsung lompat begitu mobil berhenti. Ia menghirup udara banyak-banyak lalu tersenyum lebar. Udara bersih tanpa polusi.
Aku, Shen, Kent, dan Josh ikut turun. Menikmati suasana pedesaan yang sepi dan damai, sangat berbeda dengan perkotaan. Inilah yang membuatku tetap bertahan menjadi seorang pecinta alam. Karena alam begitu indah dan nyaman.
Lalu kami menurunkan carrier kami dan masuk kedalam ranger. Baru beberapa langkah, suara Rival menggelegar dari dalam mobil, "heeiiiiii!!!! Lepaskan aku sekarang! Dasar kalian teman-teman brengseeeek!"
Kami tertawa dan berjalan santai memasuki ranger, membiarkan Rival berteriak-teriak dibelakang punggung kami.
*****
Setelah selesai registrasi, kami pergi ke rumah ibadah (setelah membebaskan Rival dari jerat tali). Tentunya disana kami beribadah dengan khusyuk, meminta restu-Nya untuk menghadapai salah satu ciptaannya yang agung. Memohon kemudahan dan keselamatan selama berusaha menikmati indahnya Ciptaan-Nya.Selesai beribadah, kami pun kembali ke ranger untuk beristirahat, mempersiapkan fisik untuk besok.
*****
Hari itu tiba. Tentu saja hari dimana kita mulai mendaki. Sambil menggendong carrier seberat 10 kilo di punggung, kami pun berjalan santai melewati kebun-kebun. Sesekali menyapa para petani dengan ramah dan disahut dengan sapaan ramah juga. Inilah yang kusukai dari desa. Penduduk yang ramah dan masih menganut sistem paguyuban.Track pun mulai berubah, dari yang kebun-kebun dengan lahan terasering, menjadi hutan dengan petak jalan kecil yang terjal. Disini kami mulai bahu membahu dalam mendaki.
Karena aku wanita, aku diposisikan di tengah barisan. Di depanku Rival sama semangatnya denganku dan lainnya. Peluh mulai membanjiri tubuh kami walau udara tergolong dingin.
Beberapa kali aku dibantu saat meloncat ke tempat yang lebih landai atau saat track terjal dan tinggi. Oleh siapa lagi kalau bukan Rival.
Hei, disini aku tak mau bawa perasaan karena beginilah solidnya mendaki. Tidak lihat siapa orangnya, tentu akan dibantu. Karena kami semua sesama pendaki. Tak terkecuali boss ku ini yang notabene seniorku saat SMA.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Romantik6 tahun. Waktu yang cukup lama untuk melupakan orang yang kita cintai. Sayangnya satu tatapan darinya cukup membuatku merasakan sakit itu lagi. Tidak! Dia tidak mencintaiku. Begitu juga perasaanku seharusnya. -Raluna Rosallie Ruffman- 6 tahun. Waktu...