Luna menghempaskan tubuhnya ke bangku kerjanya. Dengan semangat dinyalakannya komputer dan kembali berkutat dengan angka-angka disana. Baru beberapa menit mengetik, tiba-tiba pikirannya berkelana jauh. Mengenang betapa romantisnya Rival selama menjadi kekasihnya. Dinner special, kembang api, music live show. Luna merasa dirinya menjadi wanita paling beruntung. Beruntung menjadi seseorang yang berada di hati Rival. Tentunya berjuta-juta wanita ingin berada di tempatnya. Siapa pula yang tak ingin bersanding dengan Rivaldi Rev Reaven. Parasnya yang sempurna dan tubuh indah bagai pahatan menjadi alasan bagi wanita untuk mengejarnya. Tak hanya fisik, finansial Rival tak diragukan lagi. Sebagai owner perusahaan yang sudah mendunia hingga membawa embel-embel holding company yang artinya telah memiliki banyak perusahaan yang bersekutu, tentunya tabungan Rival sudah mencapai dua belas digit angka.Namun sepertinya hanya Luna yang tidak melirik keunggulan itu. Luna saat SMA tentunya tidak akan memikirkan hal seperti itu. Ia melihat Rival dari hatinya. Mungkin itulah alasannya Rival mencintai Luna, walau terlambat menyadarinya.
Luna tersenyum lagi. Pipinya menghangat saat mengingat Rival bernyanyi untuknya. Oh my ... Siapa pula yang menyangka suara Rival semerdu itu? Seingat Luna, Rival tidak pernah bernyanyi dihadapan orang. Ia lebih memilih memetik gitar, mengiringi teman-temannya.
Dan kembang api? Holy hell. Dimana sih Rival dapat ide seperti itu? Jangan-jangan Rival memesan EO untuk surprise dinner mereka. Luna tertawa memikirkan hal konyol itu.
Tiba-tiba Luna tersadar bahwa ini waktunya bekerja. Ia harus berkonsentrasi bekerja. Setidaknya ia harus profesional. Jangan sampai predikat karyawan teladan hilang begitu saja.
1 menit... 3 menit... 5 menit. Luna kembali tersenyum mengingat bunga mawar berwarna pink yang bertaburan di lantai.
Ping! Suara komputer Luna memecahkan lamunan Luna. Ternyata ada chat intranet kantor. Dari Alice. Begitulah kebiasaan mereka saat jenuh, chat ria dengan koneksi intarnet kantor yang bebas biaya.
Kuhitung sudah 13 kali kau tersenyum mengerikan? What happen with you? Supri melamarmu?
Luna tersenyum penuh rahasia. Saking gembiranya, Luna lupa bercerita pada sahabatnya ini.
Kalau supri melamarku, Togar sudah pasti melamarmu juga. Itu perjanjian mereka kan? Luna menekan tombol enter dan terdengarlah bunyi ping di kubikel sebelahnya. Terdengar cekikikan kecil disamping lalu bunyi tuts keyboard ditekan cepat. Rupanya Alice sedang bersemangat hingga tuts keyboardnya terdengar.
Perjanjian itu batal sejak aku berhasil melakban bibir Supri dengan kesulitan. Yah, kita tidak bisa menyalahkan giginya, bukan?
Baru saja Luna ingin menjawab, sebuah pesan masuk lagi dari Alice. Lupakan mereka. Berhubung besok libur jadi besok siang aku akan mentraktirmu makan siang di plaza. Dan kau harus menceritakan apa yang terjadi antara kau dan Rival. Aku tahu lelaki tak beradab itu penyebab sikap anehmu.
Luna tertawa bahagia lalu melanjutkan pekerjaannya.
*****
"Wah tumben sekali Miss Ainsworth terhormat ini mentraktirku. Sudah mau mengklaim dirinya keluarga jutawan?" Luna menyindir kecil sahabat bulenya ini. Mereka telah duduk nyaman disebuah caffe ternama.
Alice memutar bola matanya, kesal. "Kau akan menyesal mengatakan itu saat kusebut alasannya." Alis Luna mengerut bingung melihat Alice yang menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya. Alice terlihat penuh beban, tidak ceria seperti biasanya. Hal ini membuat Luna bertanya-tanya, apa yang telah dilewatkannya sehingga tak menyadari akhir-akhir ini Alice terlihat murung. Walau gadis berambut blonde itu tetap tersenyum dan tetap menghujat kedua musuh bebuyutannya, Supri dan Togar. Apa begitu bahagia dirinya sehingga tak memperhatikan sahabatnya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Romance6 tahun. Waktu yang cukup lama untuk melupakan orang yang kita cintai. Sayangnya satu tatapan darinya cukup membuatku merasakan sakit itu lagi. Tidak! Dia tidak mencintaiku. Begitu juga perasaanku seharusnya. -Raluna Rosallie Ruffman- 6 tahun. Waktu...