Ternyata dunia terlihat lebih indah saat kau sedang jatuh cinta. Tatapan Rival pada Luna mengatakan itu. Senyum terus terukir diwajahnya. Bahkan kini Rival tak jarang bergabung dengan karyawan-karyawannya. Mengobrolkan banyak hal dengan Alice, tertawa bersama Supri dan Togar juga bercengkrama dengan Luna.
Sudah menjadi rahasia umum kalau boss mereka menjalin hubungan dengan Luna, gadis lugu yang dulunya tak pernah berhasil digapai banyak teman kantornya. Namun setelah mengetahui seberapa besar rasa sayang Rival pada Luna, semua lelaki itu mundur teratur. Pasrah dengan pilihan Luna.
Selain perubahan tempat 'nongkrong' , Rival juga punya kebiasaan baru. Makan siang dari bekal buatan Luna. Sebisa mungkin Rival menghindari meeting yang bertepatan dengan jam makan siang. "Memang kalau kamu makan siang di restaurant pernah pake sayur? Ga mau tau, kamu harus banyak makan sayur!"
Rival hanya tertawa sambil mengacak-acak rambut Luna. Wanita itu membuatnya ingat pada mamanya.
"Uuuu... Mesra sekali. Mau dong rambutku dielus seperti itu," sindir Alice tiba-tiba. Rival tersenyum masam sedangkan Luna malah berdiri dan berteriak ke ujung ruangan, "Supri! Togar! Alice mau dielus."
Yang dipanggil ternyata dalam kesadaran penuh sehingga langsung merespond, melangkahkan kakinya panjang-panjang menghampiri Alice. "Go away from me! Dasar kalian manusia-manusia purba. Gue kasih api juga seneng!" Bukannya dielus, Alice malah mendapatkan jitakan maut dari Togar. "Sembarangan kau bule kW! Kalau kami manusia purba, kau adalah bodatnya!"
Alice menautkan alisnya, bingung. "Bodat? Apa itu bodat?"
Kepolosan Alice membuat Supri dan Togar ketawa kesetanan sedangkan Rival dan Luna terbahak. Mereka jelas tahu bodat itu artinya monyet dalam bahasa batak. Namun tidak dengan Alice.
Merasa dipermainkan, Alice meninggalkan mereka dengan dengusan kesal.
****
Luna melengos bosan. Sudah dua jam ia menunggu Rival di ruangan Rival. Ini sudah malam dan si bodoh Rival itu malah pergi meeting dengan entah pengusaha bodoh mana yang tidak memiliki jam untuk mengetahui sekarang pukul tujuh malam.
Memang Luna tidak pernah meeting dengan pihak luar mengingat posisinya di perusahaan yang hanya seorang akuntan, tapi Luna tetap bertanya-tanya meeting macam apa yang membuat Rival buru-buru keluar dari ruangannya dan meminta Luna menunggunya. Luna hampir tertidur saking bosannya.
Untuk mengisi kebosanannya Luna berkeliling di ruangan itu. Mengamati design interior ruangan itu yang mewah namun terlihat maskulin. Dengan di dominasi warna hitam putih, ruangan ini seperti mencerminkan pemiliknya yang menyukai kemewahan dan sangat elegant. Dinding-dindingnya yang dicat warna putih dihiasi figura penghargaan.
Luna duduk dibangku kerja Rival. Membayangkan Rival yang tiap harinya duduk disini dengan berkas-berkas yang menggunung membuat Luna tertawa kecil. Mejanya pun tertata rapih. Luna iseng membuka-buka laci meja Rival. Mungkin saja ia menemukan majalah dewasa, mengingat betapa mesum boss nya ini. Di laci pertama Luna menemukan tumpukan file yang tidak menarik perhatiannya. Laci kedua pun begitu. Luna sampai berdikir betapa membosankannya hidup Rival yang dipenuhi bisnis. Apabila ini lacinya, pasti ditemukannya novel-novel picisan, kaset lagu atau dvd film.
Namun dilaci yang ketiga, Luna menemukan IPad berwarna putih yang asing dimata Luna. Seingatnya Rival tidak pernah meletakan barangnya sembarangan. Apa lagi ini adalah barang teknologi yang pastinya berguna untuk menunjang pekerjaan Rival. Tapi IPad ini ditemukan di laci yang paling bawah.
Rasa penasaran Luna pun muncul. Ia memencet tombol on dan seketika muncullah wallpaper yang menunjukan pemandangan jam big ben. Oke, ini hal wajar. Rival memang tinggal di London sejak lulus SMA. Tapi ini tidak menjelaskan mengapa tablet ini diasingkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Romance6 tahun. Waktu yang cukup lama untuk melupakan orang yang kita cintai. Sayangnya satu tatapan darinya cukup membuatku merasakan sakit itu lagi. Tidak! Dia tidak mencintaiku. Begitu juga perasaanku seharusnya. -Raluna Rosallie Ruffman- 6 tahun. Waktu...