Komen dong tsay, diem-diem bae
•••
"Kamarnya... cuma satu?"
"Mn. Tidurnya sekamar."
"Haru-"
"Perjanjian nomor dua."
Turuti perkataan dominan tanpa membantah.
Aish, Junkyu kesal.
Dia ingin mempunyai kamar sendiri. Kalau tidur bersama Haruto, takutnya setiap hari dia akan habis ditangan lelaki itu. Junkyu tidak mau.
"Oke, tidur sekamar. Tapi aku tidur di sofa," putus Junkyu yang kemudian menarik kopernya ke kamar.
Sementara Haruto yang sedang membuat kopi di dapur hanya bisa menghela napas pelan. Junkyu itu keras kepala, susah menjinakkannya dan butuh effort yang kuat.
Tapi sepertinya Haruto tidak akan sanggup mengingat dia juga sama keras kepalanya dengan Junkyu.
Hari sudah malam, jam sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Tetapi Haruto harus begadang dengan tumpukan berkas di kamar. Dia itu mengantuk, dan dia sudah terlalu lelah untuk berdebat dengan Junkyu.
Selesai membuat kopi, Haruto bergerak untuk mematikan seluruh lampu luar kecuali lampu kamar. Setelah itu dia beranjak masuk ke kamar.
Yang dia temukan adalah Junkyu yang tidur di sofa dan sudah berganti pakaian. Lelaki itu tampak semakin manis dengan kaos putih kebesaran dan celana panjang motif kotak-kotak hitam putih.
"Junkyu, tidur di kasur," ujar Haruto sembari menaruh kopi di atas meja.
Junkyu membuka matanya, melirik Haruto sekilas, lalu kembali menyembunyikan wajahnya di bantal yang ia peluk. Ceritanya merajuk.
"Kim Junkyu." Haruto memanggil dengan suara berat, dalam keheningan suara itu mengalun bak sebuah musik.
"Apa?!" Akhirnya Junkyu bangun dari sofa, dia duduk disana dengan mata yang menatap Haruto tajam.
Kalau boleh jujur, Junkyu itu takut dengan Haruto. Tapi dia agak bebal saja.
"Tidur di kasur," suruh Haruto acuh.
Lelaki Jepang itu duduk di kursi, memakai kacamata baca miliknya dengan gerakan tenang.
Ugh, entah kenapa terlihat semakin tampan.
"Gak. Kamu tidur di kasur, biar aku yang tidur di sofa. Udah gak usah berisik! Aku mau tidur!" potong Junkyu cepat saat Haruto ingin menyela.
"Junkyu," panggil Haruto sekali lagi. "Tidur di kasur," final Haruto cepat.
"Haru!"
"Apa?" Haruto mengalihkan pandangannya dari laptop. "Jangan bantah, mending tidur sana."
"Haruu-"
"Nurut atau aku cium semaleman?"
Sontak Junkyu menutup mulutnya kembali. Haruto ini apa-apa main cium, jelas Junkyu kalah dengan ancaman itu.
Ia bergerak mengambil bantal tadi untuk dipindahkan ke kasur meski agak sedikit tidak terima. Kalau saja dia bisa memukul Haruto menggunakan panci, akan langsung dia pukul saat itu juga.
Tapi sayangnya tidak bisa, Junkyu terlalu takut dengan Haruto.
"Boleh matiin lampu gak?" tanya Junkyu pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
be with me; harukyu [✓]
Fanfiction[completed] ❝Cukup turutin apa kata gue, dan duit bakal ngalir ke lo terus tiap butuh. Deal?❞ ❝Deal.❞ warn! bxb harukyu enthu haru!dom kyu!sub homophobic?go away! © astereash