Saya gak pandai bikin konflik, maaf ya :((
• -------------------- • ✴ • -------------------- •
"Dimana cincinmu, Haruto?"
Gerakan Haruto terhenti. Baru saja awalnya ia ingin memotong daging, namun harus terhenti akibat panggilan dari ibunya.
Ah iya, cincinnya masih berada di Junkyu.
"Entah. Jatuh mungkin," balas Haruto dengan singkat. Tak mau berlama-lama berbicara dengan wanita di hadapannya itu.
Sementara itu, Minatozaki Sana terlihat marah. Suasana meja makan menjadi berubah, bersamaan dengan dentingan sendok yang dijatuhkan ke atas piring.
Jari manis Haruto terlihat kosong tanpa adanya cincin yang kemarin terpasang apik di jarinya. Kini jari-jari itu kosong, tidak ada hiasan sama sekali.
"Bagaimana bisa kau menjatuhkan cincin tersebut? Memangnya kau tidak menjaganya?"
Nyonya Yoo, atau bisa dikatakan adalah ibu Karina ikut mengomentari hal tersebut.
Haruto memutar bola matanya, melempar sendok serta garpu di tangannya dengan amarah yang perlahan membeludak.
Siapapun bisa tahu jika kondisi Haruto sedang buruk; atau lebih dari kata buruk.
Haruto hampir tidak tidur seminggu ini. Dia menghabiskan waktunya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja sepanjang waktu. Sampai tidak memiliki waktu untuk istirahat.
Pola makan Haruto juga tidak bisa dikatakan bagus. Dia hanya makan ketika lapar. Dan rasa lapar Haruto hanya akan datang dua hari sekali, itupun saat malam hari.
SkyHigh akan mengeluarkan produk baru. Padahal sudah hampir setahun ini perusahaan tersebut tidak mengeluarkan produk apapun. Mungkin efek Haruto yang bosan, jadi lebih banyak ide untuk suatu produk.
Jeongwoo lebih khawatir akan kesehatan Haruto. Apalagi Haruto sering muntah-muntah, wajahnya pucat bukan main, dan pola makan yang acak-acakan. Haruto benar-benar buruk.
"Ingat, saya tidak akan pernah setuju dengan pernikahan ini. Masih bagus saya bertunangan dengan wanita itu, saya masih bisa mencari pendamping yang lebih baik darinya," tekan Haruto dengan nada suara penuh amarah.
Oh ayolah, Haruto masih memiliki banyak pekerjaan dibanding Harus ikut makan malam yang begitu buruk ini. Membuang waktu.
"Watanabe Haruto! Jaga ucapan mu!" bentak Sana tak kalah keras.
Haruto melirik sinis, hampir saja amarahnya memuncak jika Jeongwoo tak menahan. Jeongwoo yang saat itu berdiri di belakang Haruto sontak menahan pundak Haruto agar tetap duduk di kursi.
Haruto itu tidak mudah tersulut emosi. Namun ketika ia benar-benar marah, apapun yang berada di dekatnya akan hancur berkeping-keping.
"Haruto―"
"Jangan ucapkan nama ku dengan mulut kotor mu itu," potong Haruto cepat, menatap tajam pada Karina di hadapannya.
Karina diam, tampak ingin menangis namun tertahan. Haruto tak suka suara tangisan.
"Haruto, sudah kubilang jaga ucapan mu!! Dia calon istrimu!!" komentar Sana kembali.
"Oh ya? Kalau kalian lupa, saya bisa membatalkan rencana pernikahan ini sekarang juga."
Sana dan ibu Karina diam.
Haruto bisa dengan mudah membatalkan rencana pernikahan ini, bahkan tanpa persetujuan dari pihak manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
be with me; harukyu [✓]
Fanfiction[completed] ❝Cukup turutin apa kata gue, dan duit bakal ngalir ke lo terus tiap butuh. Deal?❞ ❝Deal.❞ warn! bxb harukyu enthu haru!dom kyu!sub homophobic?go away! © astereash