• ------------ • ✴ • ------------ •
Suara langkah kaki berketuk di atas lantai kaca. Seorang lelaki berjalan dengan langkah tegas dan angkuh seperti biasa.
Beberapa orang yang seragam lab dan kantoran yang tak sengaja lewat dalam sekejap membungkuk dalam kala sang presdir berjalan melewati mereka.
Tak ada respon khusus. Lelaki yang menjabat sebagai Presiden Direktur disebuah perusahaan besar itu tetap berjalan dengan wajah datar andalannya. Tak memperdulikan para pekerjanya yang tengah membungkuk hormat sekalipun.
Sementara dibelakangnya, berdiri seorang lelaki dengan tubuh yang tak kalah tegap dan langkahnya yang tegas. Namun wajahnya tak sedatar sang Presdir, setidaknya ia masih mau tersenyum kecil kepada para bawahannya.
Lelaki yang berjalan di belakang si Presdir tersebut adalah tangan kanan dari Presiden Direktur itu sendiri. Jabatannya di perusahaan ini juga tak main-main, ia bisa melakukan apa saja asal dengan perintah mutlak sang Presiden Direktur.
Saat keduanya berjalan bersamaan, aura gelap dan seram seketika mengelilingi sekitar mereka. Tak ada yang berani bersuara, bahkan hanya dengan bisikan kecil sekalipun.
Yang pasti, mereka terlalu takut untuk bersuara. Pekerjaan mereka bisa terancam jika mengganggu kenyamanan Presdir tersebut.
"Presdir!"
Langkah kaki tersebut mulai memelan, lama kelamaan berhenti didepan lab dimana seluruh kerangka manusia buatan berada. Lab itu sangat tertutup, yang bisa memasukinya hanya petinggi perusahaan saja.
Presdir tersebut menoleh. Raut wajahnya masih tetap datar melihat seorang pengurus divisi bidang keamanan datang sembari berlari sekencang mungkin menghampiri dirinya.
"Ada apa," ujarnya tanpa binar semangat. Hanya datar.
Pria yang berumur lebih tua dibanding Presdir itu kemudian membungkuk. "Ada seorang wanita yang memaksa masuk di pintu masuk samping."
Kening si Presiden Direktur berkerut. Siapa yang berani memaksa masuk ke tempat ini? Tentu semua orang tahu bahwa ini adalah gedung utama, bukan gedung tempat penjualan yang seharusnya berada jauh dari sana.
"Siapa namanya?"
"Yoo Karina."
Si pemegang jabatan tertinggi di perusahaan itu terdiam. Tampak sedang berpikir akan suatu hal.
"Suruh dia untuk menemui ku dirumah. Jangan mengatakannya dengan suara keras, dia akan menurut jika kalian tidak membentaknya," pungkas ia cepat.
Ia membalikkan tubuh, lanjut berjalan dengan sang tangan kanan yang tetap setia menemani di belakangnya. Seluruh mata disana menatap kagum pada mereka berdua.
Siapa yang tak terkesan dengan Presiden Direktur itu?
Umurnya masih sangat muda, wajahnya tampan, memiliki kepribadian tegas namun lembut diwaktu tertentu. Meski diumur yang masih muda, ia sudah selesai dengan studi S3 dan mendapat gelar profesor pada umur 17 tahun.
Mungkin seluruh orang tak akan percaya dengan seluruh fakta ini. Ia adalah definisi sempurna yang seluruh orang idam-idamkan tentunya.
Namun, mereka juga lupa bahwa tak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini.
Dan Presiden Direktur tersebut, juga memiliki satu kekurangan yang akan ia tutupi disepanjang hidupnya.
• ------------ • ✴ • ------------ •
Junkyu menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Kakinya tertutup dengan selimut tebal, dengan setumpuk buku pelajaran di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
be with me; harukyu [✓]
Fanfiction[completed] ❝Cukup turutin apa kata gue, dan duit bakal ngalir ke lo terus tiap butuh. Deal?❞ ❝Deal.❞ warn! bxb harukyu enthu haru!dom kyu!sub homophobic?go away! © astereash