13. Salah, ya?

5.5K 805 111
                                    

Just 1100+ words, ok 😉

• ------------ • ✴ • ------------ •

Junkyu masih belum berbaikan dengan Jihoon. Rasanya sangat sulit untuk sekedar mengobrol santai dan membicarakan semuanya dengan kepala dingin.

Dan lagi-lagi, Junkyu kalah dengan egonya.

Kemudian ia menghela napas, memijat keningnya perlahan akibat pusing yang mendera kepalanya sejak semalam.

Saat ini ia tengah menunggu Haruto pulang. Ia sudah memasak, mungkin akan terbuang kembali jika Haruto tidak pulang malam ini. Junkyu pun mungkin tak akan makan karena mual.

Entahlah, dia mual. Ingin muntah, namun yang keluar hanya air liur karena Junkyu sendiri tidak makan dari pagi tadi.

Awalnya Junkyu pikir hanya mual biasa akibat ia yang terlalu sering tidur dan banyak pikiran. Tetapi setelah ia berjalan-jalan pagi tadi, ia malah semakin pusing dan lemas.

Ingin sekali Junkyu menelepon Haruto dan meminta lelaki itu pulang lebih cepat. Ia ingin memeluk Haruto, mungkin dengan hal tersebut rasa mualnya akan hilang.

Tapi Junkyu tak ingin mengganggu Haruto. Katanya, Haruto tidak ingin diganggu sampai malam atau jika dia sendiri yang menelepon Junkyu. Makanya Junkyu tidak berani menelpon duluan.

"Kangen," rancau Junkyu sambil memeluk boneka beruang besar miliknya.

Sepi. Hampir tiga hari ini dia selalu sendirian di apartemen. Haruto hanya pulang kemarin malam, lalu pamit akan sekolah dan pulang larut. Kemudian tak ada lagi kabar seharian ini.

Jujur Junkyu kesepian. Jihoon menjauh darinya, Haruto mulai berbeda dan cenderung mulai tak memperhatikannya lagi, beberapa teman sekolahnya juga menjauh. Entah sebab apa, Junkyu pun tak tahu.

Oh, kecuali Wonyoung... mungkin.

Selama Jihoon tidak bersama Junkyu, gadis itu yang selalu mengintili Junkyu kemanapun. Ia juga sering menawarkan Junkyu untuk pulang bersama menggunakan mobilnya, atau mungkin mengajak Junkyu bermain keluar kala bosan.

Hanya... Junkyu saja yang belum bisa beradaptasi dengan Wonyoung.

Dia terbiasa dengan Jihoon yang melakukan apapun sesuai keinginannya dan memaksa Junkyu untuk melakukan ini itu. Tidak seperti Wonyoung yang mendahulukan kenyamanannya. Junkyu belum terbiasa.

Dan mungkin Junkyu masih berharap bahwa Jihoon akan kembali untuknya.

Mungkin.

Suara pintu unit apartemen terbuka. Yang mana membuat Junkyu bangkit dari sofa dengan senyuman yang mengembang di bibir.

Haruto!

"Haruu!!" pekiknya girang.

Tapi ada yang aneh dengan Haruto.

Lelaki berdarah Jepang tersebut berjalan dengan sempoyongan. Sesekali Haruto memegangi dinding agar tidak jatuh, sambil melepas sepatunya.

Senyum Junkyu menghilang. Matanya menjejaki arah jalan Haruto yang begitu asal-asalan.

Semua pergerakan Haruto bisa Junkyu lihat. Dari melepas sepatu, membuka mantel, dan yang terakhir berjalan menghampiri Junkyu yang masih duduk di sofa.

be with me; harukyu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang