Nuansa jingga kemerahan memenuhi sepanjang jalan yang mereka lalui. Kala angin berhembus tidak terlalu kencang, (Y/n) menatap ke trotoar di mana orang-orang sedang berjalan sore atau sekedar menikmati waktu mereka ketika senja telah muncul. Namun, gadis itu tidak dapat melihatnya dengan terlalu jelas. Tentu saja itu karena posisi duduknya yang diapit oleh Ran di sisi kiri dan Rindou di sisi kanan. Alhasil, gadis itu hanya bisa duduk dengan canggung. Rasanya sama seperti ketika ia berada di gedung tua hari itu.
Beruntung, sejak saat itu, (Y/n) tidak bertemu dengan mereka lagi. Jujur saja, gadis itu sebenarnya cukup takut jika akan bertemu dengan mereka untuk kedua kalinya. Tentunya (Y/n) menyimpan banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Ran dan Rindou. Ditambah kejadian di gedung tua hari itu, pertanyaan yang ada di dalam benaknya pun semakin menjadi dan sulit untuk dipendam lebih lama.
"Kita sudah sampai."
Ucapan Ran dari sebelah kirinya itu membuat lamunan (Y/n) buyar seketika. Gadis itu sontak menoleh ke kiri. Ran pun menatap ke arah yang sama.
Seusai Ran keluar dari dalam mobil, (Y/n) menyusul kemudian. Seketika rasa bingung menjerat dirinya. Ia tidak mengerti mengapa Ran dan Rindou justru mengajaknya ke sini. Lebih tepatnya ke sebuah taman bermain anak-anak.
Taman itu dilengkapi dengan berbagai permainan anak kecil. Yang pasti sangat tidak cocok untuk (Y/n) maupun Ran dan Rindou. Alhasil, (Y/n) mendekati sebuah ayunan lalu duduk di sana. Tidak mungkin jika ia menaiki perosotan atau bermain pasir, bukan?
"Dulu aku dan Rindou sering bermain ke tempat ini." Ran mulai bercerita. Ia sudah duduk di ayunan sebelah (Y/n). Sementara, Rindou berdiri sambil bersandar pada tiang penyangga perosotan di dekat mereka. Dengan perlahan, (Y/n) mulai mendorong ayunan dengan kakinya.
"Ada seorang anak yang sering ikut bermain bersama kami. Anak itu sangat suka tersenyum. Bahkan, tiada hari tanpa senyuman di wajahnya," lanjut Ran lagi.
(Y/n) hanya menunduk menatap kakinya yang tidak menapak di atas tanah. Hanya terpaut jarak sekitar beberapa centimeter di atasnya.
"Namun, senyuman itu jugalah yang menipu kami. Ia menyembunyikan segalanya di balik senyumannya."
Sontak (Y/n) menoleh kepada Ran. Ia menatap lelaki itu. "Lalu, apa yang terjadi padanya?"
"Ia pergi. Meninggalkan aku dan Rindou."
(Y/n) kembali menunduk. Ia tidak tahu apa alasan dan mengapa Ran mendadak menceritakan hal ini kepadanya. Bahkan mereka belum terlalu dekat. Mereka saling tidak mengetahui diri mereka masing-masing. Hanya sekedar mengetahui nama dan ID LINE saja.
"Lalu, suatu hari, aku dan Rindou pun bermimpi. Di dalam mimpi itu, kami bertemu kembali dengannya. Mimpi yang sama dengan apa yang ada di realita beberapa hari setelahnya," ujar Ran seraya tersenyum dengan tatapannya yang menerawang.
"Jadi, kalian sudah bertemu dengan anak itu lagi?" tanya (Y/n) memastikan.
Baik Ran dan Rindou hanya saling menatap satu sama lain. Kemudian, Ran bangkit dari ayunannya. Ia berdiri di depan (Y/n). Yang kemudian disusul oleh Rindou di sebelahnya.
"Ya, dan anak itu adalah kau, (Y/n)."
***
Sekali lagi angin berhembus. Meniup surai sebahu milik (Y/n). Fakta yang ada kembali menamparnya. Menarik dirinya ke atas permukaan. Sekaligus menjerat tubuhnya dengan sebuah keterkejutan.
Sejak tadi, (Y/n) hanya menunduk. Menatap ke arah plimsoll sneakers berwarna putihnya yang kini tampak kotor karena debu dan tanah. Gadis itu menengadahkan kepalanya. Manik (e/c)nya ia tujukan ke arah Ran dan Rindou secara bergantian.
"Aku..."
Seusai mengatakan satu kalimat itu, (Y/n) kembali diam. Ia membungkam mulutnya dan menutupnya rapat-rapat. Ran dan Rindou hanya menatap (Y/n) saja. Surai sebahunya yang menutupi wajahnya membuat mereka ingin menyingkirkannya.
"Tetapi, aku... tidak mengingat kalian."
Seusai mengatakan satu kalimat itu, (Y/n) menengadahkan kepalanya untuk melihat bagaimana reaksi kedua lelaki di hadapannya itu. Namun, tidak ada sirat terkejut atau keheranan di air muka Ran dan Rindou.
"Tentu saja, kau tidak mengingat kami, (Y/n)." Ran mengangkat suara. Rindou masih diam. Membiarkan sang kakak berbicara.
"Justru aneh jika kau mengingat kami hingga saat ini. Itu artinya, orang tuamu sudah berhasil melakukan tugas mereka." Ran melirik kepada Rindou. "Benar 'kan, Rindou?"
"Benar, Aniki."
Kebingungan kembali menyelimuti (Y/n). Ia tidak paham dengan apa yang ingin dikatakan oleh Ran juga Rindou.
"Orang tuamu, khususnya ibumu, menganggap kami sebagai hama yang merusak dirimu secara perlahan. Hingga pada akhirnya, beliau memisahkanmu dengan kami. Kau tidak boleh berteman lagi dengan kami. Selamanya."
Seperti disiram oleh sewadah air es, tubuhnya (Y/n) sontak berjengit kaget. Deru napasnya mendadak meningkat. Jantungnya pun berdetak dua kali lebih cepat. Berbagai pertanyaan mendadak memenuhi benaknya.
Orang tuanya, orang tuanya yang telah tiada ternyata merupakan orang yang menjauhi dirinya dari Ran dan Rindou. Bahkan hingga gadis itu lupa dengan mereka berdua. Benar-benar lupa. Ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya setelah tiga belas tahun, (Y/n) menganggap mereka sebagai orang asing yang menolongnya di pagi hari kala ia ingin pergi ke kampus.
Mengapa orang tuanya menjauhi dirinya dari Ran dan Rindou? Apakah mereka benar-benar sangat jahat hingga tidak baik untuk dijadikan teman? Hei, bahkan umur mereka saat itu masih tujuh tahun. Dengan Ran yang lebih tua beberapa tahun darinya. Apakah hal ini juga memiliki kaitannya dengan kejadian di gedung tua hari itu?
Suara batuk yang tiba-tiba terdengar memecahkan keheningan seketika. Suara batuk itu berasal dari Rindou yang kini terlihat menunduk. Salah satu tangannya menyangga tubuhnya agar tidak terjatuh pada tiang penyangga.
"(Y/n)."
Panggilan Ran membuat (Y/n) tersentak. Gadis itu sejak tadi hanya diam menatap Rindou dengan tubuh yang bergetar. Namun, seketika ia kembali tersadar kala Ran tiba-tiba memanggilnya.
"Maaf, tetapi apakah kau bisa pulang lebih dahulu?" Ran menyerahkan beberapa lembar uang pada (Y/n) dari dalam sakunya. (Y/n) ingin menolaknya. Namun, belum sempat ia bertindak, Ran sudah pergi lebih dahulu sambil merangkul Rin untuk berjalan.
Sepeninggalnya mereka, benak (Y/n) pun kembali dipenuhi oleh berbagai pertanyaan serta hipotesa. Namun, yang pasti, pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan terjawab.
***
Klise ya? Mmf—🚶♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Last Hello ✧ Haitani Brothers
FanficKala malam tiba, sang mentari bergerak pergi, menjauhi kalbu dalam hening. Bulan merangkak ke atas. Menjajakan dirinya di tengah kegelapan. Bunga tidur kembali muncul. Menyelimuti pikiranmu, menjaga alam bawah sadarmu. Itu pun kau indahkan. Tak memp...