Chapter 16 - Cried

420 68 7
                                    

Sebuket bunga lily putih diletakkan di atas makam itu. Di sekitar makam, tampak terlihat rapi dengan berbagai macam bunga yang ditanam. Nama yang terukir di atasnya merupakan nama yang tidak akan dilupakan oleh orang-orang yang mengunjungi pemakaman tersebut.

Gadis itu telah menjadi sosok yang berharga bagi setiap orang. Seseorang yang akan sangat sulit untuk dilupakan. Juga seseorang yang tak diduga akan pergi meninggalkan mereka secepat ini.

"(Y/n), maaf."

Lelaki bersurai lilac itu menatap ke arah batu nisan di depannya. Tatapannya terlihat sendu serta menyiratkan kesedihan yang sangat mendalam. Ia ingin menangis. Namun, tak ada air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Yang ada hanyalah rasa nyeri yang sangat terasa.

Mengingat tentang apa yang telah gadis itu lakukan kepadanya. Namun, apa yang Rindou lakukan sebagai balasannya? Ia hanya marah kepada gadis itu. Mengatakan hal-hal yang bisa saja menyakiti perasaannya. Namun, hal itu seolah-olah tidak ada artinya dibandingkan dengan hal yang paling membuatnya menyesal saat ini.

Adalah bahwa Rindou belum sempat mengucapkan kata terima kasih kepada gadis itu.

Bahunya yang tiba-tiba dirangkul sontak membuat Rindou menoleh. Ran berdiri di sebelahnya. Merangkul dirinya, seolah-olah saling menguatkan diri mereka masing-masing.

Sesuatu yang membekas pada permukaan wajah Ran membuat Rindou memperhatikannya. Ia tidak bodoh hanya sekedar untuk mengetahui jika bekas yang samar itu merupakan bekas air mata. Lagi pula, siapa yang tidak akan menangis kala mereka ditinggalkan oleh seseorang yang paling berharga?

Bahkan Rindou pun ingin. Namun, tidak ada hal yang bisa ia keluarkan dari matanya.

"(Y/n) menitipkan ini untuk kalian."

Ran dan Rindou menoleh ke arah orang yang tiba-tiba mendekati mereka. Raut wajah gadis itu tampak sangat terpuruk dan sedih. Kantung matanya terlihat sembab. Bola matanya pun tampak memerah.

Sebuah amplop disodorkan oleh gadis bersurai hitam itu. Ran menduga jika orang tersebut adalah teman dekat (Y/n) yang menghubungi dirinya melalui panggilan telepon.

"Tolong, tolong jaga baik-baik apapun isi dari amplop itu."

Setelah berujar demikian, gadis itu pun pergi dalam keheningan. Meninggalkan Ran dan Rindou serta sebuah amplop yang berada di tangan Ran.

***

"Ingin membacanya?"

Rindou baru saja menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa ketika Ran tiba-tiba bertanya. Ia bahkan tidak menyadari jika mereka sudah tiba di apartemen mereka.

Anggukan kepala Rindou pun membuat Ran mendekat dan duduk di sebelahnya. Dengan perlahan ia membuat amplop berwarna putih itu. Di bagian luarnya hanya ada tulisan:

Untuk kalian yang telah menemukanku.

Baik Ran maupun Rindou tidak tahu bagaimana gadis bersurai tadi bisa mengetahui jika amplop itu untuk mereka berdua. Namun, mereka tak ingin memusingkan hal tersebut. Yang lebih penting ialah sebuah surat yang kini terbuka di hadapan mereka.

────────────

Dear Ran dan Rin,

Aku tidak tahu apakah aku masih berada di dunia ini atau tidak ketika kalian membaca surat ini. Semoga saja aku masih berada bersama dengan kalian ya.

Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas segalanya. Terima kasih sudah pernah menjadi teman masa kecilku. Terima kasih juga karena kalian sudah menemukanku melalui mimpi itu. Aku, aku sangat bahagia ketika menghabiskan waktu bersama kalian.

Namun, sepertinya waktuku di dunia ini tidak akan lama lagi. Pasalnya, rasa nyeri di pinggangku semakin parah dari hari ke hari. Maka dari itu, aku pun menulis surat ini sebagai antisipasi jika aku tidak bisa mengatakannya secara langsung kepada kalian.

Untukmu, Rin. Kau tidak boleh merasa bersalah jika aku telah tiada di dunia ini. Kau tidak berbuat salah apapun kepadaku. Akulah yang membuat keputusan ini seorang diri. Jadi, kau tidak perlu merasa bersalah, oke? Ah, satu lagi. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatanmu. Jangan merokok dan memakan makanan yang tak baik untuk kesehatanmu, ya. Juga jangan lupakan dengan keberadaan obat imunosupresan* itu!

Untukmu, Ran. Terima kasih karena sudah menjadi seorang kakak yang baik untukku meskipun kita bukanlah saudara kandung. Namun, jujur saja. Aku sangat bahagia ketika kau selalu menjaga dan memperlakukanku sebagai salah satu adikmu. Rin, kau jangan iri padaku jika Ran lebih menyayangiku, ya ><

Aku juga ingin meminta maaf. Maaf karena selama ini aku selalu menyembunyikan sesuatu dari kalian. Mika pun demikian. Tolong sampaikan maafku kepadanya, ya! Kemungkinan besar Mika-lah yang akan memberikan surat ini kepada kalian. Atau mungkin kalian sudah melihatnya? Rambut Mika berwarna hitam lurus sepunggung. Ia terlihat lebih cantik dariku, jadi kalian pasti akan langsung menyadarinya hehe.

Tidak terasa jika surat yang kutulis sudah sepanjang ini. Karena saat ini sudah larut malam, maka aku akan tidur sekarang. Tentu saja untuk menepati janji yang telah kita buat di esok hari.

Aku sangat menyayangi kalian. Sangat, sangat, sangat. Bahkan ketika dunia telah berakhir sekali pun.

Dari aku yang akan rindu dengan kalian,
(Y/n)♡

────────────

Tidak ada kata-kata yang keluar dari Ran maupun Rindou. Terlebih Rindou. Lelaki itu terlalu terkejut hingga tak bisa berkata-kata. Yang ada di dalam pikirannya saat ini ia hanya ingin bertemu dengan (Y/n).

Namun, tentu saja hal itu mustahil. Gadis itu sudah tak ada di dunia ini. Ia sudah pergi lebih dulu. Meninggalkan mereka di dunia ini. Terpuruk, menangis, sedih, putus asa.

Sesuatu yang hangat mengalir dari mata Rindou. Lelaki itu mengusapnya perlahan. Ia pun menyadari jika itu adalah air mata yang baru saja mengalir ke luar. Yang kini disusul oleh tetes air mata yang berikutnya.

Rasa hangat tiba-tiba menyelimuti tubuhnya. Berasal dari Ran yang mendekapnya. Mereka hanya diam satu sama lain. Tanpa ada niat untuk mengucapkan isi pikiran mereka masing-masing.

Meskipun demikian, mereka sama-sama mengetahui satu hal; yakni rasa sedih yang sangat mendalam bersamaan dengan bulan yang perlahan merangkak naik ke angkasa.

***

Yey tamat *˙︶˙*)ノ

END ━━ # . 'Last Hello ✧ Haitani BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang