Kegelapan.
Hanya hal itu saja yang gadis itu lihat. Namun, seketika seberkas cahaya yang cukup terang menampakkan apa yang ada di sekitarnya. Sekaligus menarik dirinya untuk meraih cahaya itu. Berharap jika ia bisa mendapatkannya meskipun mustahil.
Namun, kala dirinya menggapai sang cahaya, seketika keadaan di sekitarnya berubah. Tampak riuh dalam sekejap. Membuat dirinya terlihat kaget dan tidak tahu harus melakukan apa selain jatuh terduduk ke atas permukaan tanah.
Wajahnya terlihat diliputi oleh keheranan juga takut di saat yang bersamaan. Pikirannya tidak dapat berpikir dengan jernih di kala ia melihat segumpal darah mengalir dari dirinya. Tepat, dari dirinya.
Gadis itu tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Ia tidak dapat memahami apapun saat ini. Semuanya tampak kabur dan sulit untuk dipahami. Pikirannya pun demikian. Seolah-olah menolak untuk mengerti.
Kala gadis itu mendengar namanya sendiri dipanggil, ia sontak menoleh ke sumber suara. Namun, di saat yang bersamaan pula, dirinya kembali diliputi oleh kegelapan tak berujung.
***
Hari masih terlalu gelap untuk dikatakan sebagai pagi. Matahari bahkan belum terbit. Sang bulan masih berada di angkasa. Di antara para bintang yang tampak tidak terlalu terang.
Namun, netra (e/c) itu tidak dapat menutup kembali sejak satu jam yang lalu. Tepatnya setelah mimpi buruk yang aneh menghantui pikirannya. Membuatnya bertanya-tanya apa maksud dan makna dari mimpi tersebut. Seolah-olah mimpi itu menjadi petunjuk dari suatu hal. Namun, hal apa? Itulah yang masih ia pikirkan.
(Y/n) menoleh ke sampingnya. Ia meraih ponselnya yang terletak di atas meja nakas. Jam menunjukan pukul dua lebih tiga puluh tujuh menit. Yang berarti sudah tepat satu jam berlalu sejak mimpi buruk tadi menghampirinya. Membuatnya tidak dapat tidur lagi meskipun sebenarnya gadis itu telah mengantuk.
Selama beberapa saat, suara detik dari jam dinding mengisi keheningan di kamarnya. Ibu jarinya bergerak dengan lincah di atas layar ponsel. Men-scroll ke atas pada sebuah aplikasi sosial media. Alhasil, (Y/n) pun berusaha melupakan mimpinya tersebut dan memilih untuk mengalihkannya ke hal lain.
Diletakkannya ponsel tersebut kembali ke atas meja nakas. (Y/n) menyalakan lampu kamarnya dan mematikan lampu tidur di sebelah ranjangnya. Kemudian, gadis itu bangkit dan berjalan ke luar kamar. Bergerak menuju dapur untuk membuat segelas susu yang hangat. Barangkali bisa membuat dirinya terlelap kemudian.
"Hmm..."
Gumaman dikeluarkan oleh bibir (Y/n) kala ia tengah mencari keberadaan sebuah kotak berisi susu cokelat bubuk. Ia mencarinya di tempat biasa dirinya menaruhnya. Namun, tidak ada di sana. Keningnya pun mengernyit. Bertanya-tanya di mana letak kotak tersebut.
Seusai mencari ke sana dan ke sini, helaan napas panjang dihembuskannya kala (Y/n) tidak dapat menemui kotak itu di manapun. Dengan asumsi bahwa kotak tersebut menghilang dari peredaran—entah ia lupa menaruhnya atau memang benar menghilang—(Y/n) hanya mengambil sebuah apel dari dalam kulkas. Perasaan lapar seketika membuat perutnya berbunyi pelan.
Dibawa olehnya apel tersebut ke kamar. Namun, seketika matanya menangkap sebuah benda yang sejak tadi ia cari. Terletak dekat dengan tempat ia berdiri sebelumnya.
Dengan rasa kesal karena ternyata kotak itu sejak tadi berada di sana, (Y/n) pun mendekatinya. Mengambilnya, membuka tutupnya, dan menuang isinya ke dalam sebuah mug. Rasa panas seketika menyelimuti permukaan telapak tangannya kala air panas mulai dituang. Beberapa mililiter air dingin ditambahkan oleh (Y/n) agar vitamin di dalam susu tersebut tidak hilang.
Setelahnya, ia pun kembali ke kamar. Tentunya dengan apel merah yang sebelumnya telah dikeluarkan dari kulkas.
Gigi depannya menggigit apel tersebut dengan pandangan yang tertuju ke luar jendela kamar. Manik (e/c) menatap tepat ke arah sang rembulan. Sambil sesekali mengecek apakah ada hal-hal aneh yang tidak seharusnya bisa ia lihat. Bukan karena takut, melainkan karena ia sedang tidak ingin berurusan dengan makhluk tak kasat mata di saat dirinya hanya ingin untuk terlelap.
Sekali lagi, gadis itu menatap ke arah sang bulan purnama. Yang dikelilingi oleh kumpulan bintang dan kumparan awan. Dengan tatapan yang sama, berbagai pertanyaan mendadak muncul di dalam kepalanya. Seketika mengalihkan pikiran gadis itu dari sang bulan purnama yang tampak ayu. Ah, ia pun tahu. Tahu jika pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya akan tetap menjadi sebuah pertanyaan yang tak terjawab.
***
"Ada apa dengan matamu, huh?"
Ditanya seperti itu sontak membuat (Y/n) meraba bagian bawah matanya. Tepat di mana kantung matanya terlihat menghitam.
"Ah, aku tidak bisa tertidur tadi malam," jawab (Y/n) jujur. Ia kembali memasukkan bukunya ke dalam tote bag-nya setelah dijeda oleh pertanyaan Mika tadi.
"Penyebabnya?"
Gerakan (Y/n) memasukkan bukunya ke dalam tas seketika terhenti. Ia diam untuk memikirkan apakah ia harus memberitahu tentang mimpinya kepada Mika atau tidak. Terlebih, (Y/n) tidak ingin membuat temannya itu dikhawatirkan oleh dirinya.
"Entahlah. Kurasa hanya karena ujian tengah semester yang akan datang." (Y/n) terkekeh setelahnya.
Pada akhirnya, gadis itu pun memilih untuk berbohong.
"Hari ini kau tidak ada jadwal untuk kerja part time 'kan?" Mika pun bertanya untuk memastikan jika pemikirannya tidak salah.
Anggukan kepala (Y/n) pun menjawab segalanya. "Ya, kau benar. Bagaimana dengan kuliahmu hari ini?"
Sambil berjalan keluar kelas, Mika pun berujar, "Kuliahku hari ini telah usai." Ia menghentikan langkahnya. Kemudian menoleh ke arah (Y/n). "Kau juga 'kan? Ingin pulang bersama?"
Tentu saja (Y/n) mengangguk. Mereka hendak melanjutkan perjalanan di kala ponsel milik (Y/n) seketika bergetar. Menandakan ada panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.
Gadis itu menggeser tombol hijau ke kanan. Kemudian, mendekatkan ponselnya ke telinga. Yang Mika perhatikan, sejak awal (Y/n) mengangkat panggil telepon tersebut, gadis itu hanya diam. Tidak mengatakan apa-apa atau hanya sekedar mengangguk singkat. Entah apa yang tengah dibicarakan melalui panggilan itu, namun Mika tahu jika hal itu sangat penting.
Yang tentunya disembunyikan oleh (Y/n) dari dirinya.
***
Aku update sekarang karena lagi sakit perut—👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Last Hello ✧ Haitani Brothers
Fiksi PenggemarKala malam tiba, sang mentari bergerak pergi, menjauhi kalbu dalam hening. Bulan merangkak ke atas. Menjajakan dirinya di tengah kegelapan. Bunga tidur kembali muncul. Menyelimuti pikiranmu, menjaga alam bawah sadarmu. Itu pun kau indahkan. Tak memp...