25. OSPEK

22 11 0
                                    

Luke mengucek matanya, ia baru saja bangun dari tidurnya dan setelahnya dia langsung kaget begitu melihat koper keramat berwarna silver milik mamanya keluar dari kamar beserta pemiliknya. Dinamakan koper keramat karena sejak Luke lahir ke Dunia hingga detik ini, koper tersebut tak pernah keluar dari sarangnya. Tetap ada di atas almari kamar mamanya.

Dengan sigap, Luke langsung berlari menuju ke arah mamanya. Takut akan percakapan mamanya yang tempo hari berniat ingin meninggalkan Luke sendirian karena cowok itu susah di atur.

Kabar tentang Luke yang kembali menenggak minuman keras sudah sampai ke telinga mamanya, maka dari itu Luke harus menerima ganjaran atas perbuatannya dengan tidak ngekos untuk dua minggu, dan selama kurun waktu itu ia harus membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel rumah, mencuci piring, menyiram tanaman, hingga membantu memasak. Walaupun terakhir kalinya Luke mencoba membantu memasak, Jihan berhasil merogoh kocek cukup dalam untuk merenovasi dapurnya. Karena Luke hampir sukses membuat kebakaran di dapur rumah mereka yang mengakibatkan beberapa pancinya juga bolong akibat lelaki itu terlalu larut dan asyik dalam memainkan game ponselnya.

"Mama, mau kemana?! Ih mama nih jadi mama durhaka loh kalau meninggalkan Luke berjuang di kehidupan yang kejam ini sendirian."

Jihan heran melihat anaknya yang baru bangun tidur langsung bereaksi lebay. "Apasih kamu lebay banget deh," balas Jihan yang tak mau menggubris reaksi alay anaknya. Ia lantas membuka kopernya, dan memasukkan beberapa baju dan kebutuhannya seperti skincare, alat tempur make up, alat mandi ke dalam kopernya.

"Ma, aku nggak mau kehilangan mama, beneran hueee." Luke beranjak memeluk mamanya erat, mencoba menghentikan aktivitas mamanya.

Jihan menghela nafas. "Kamu tuh kenapa banget sih Ke, kayak mau ditinggal kawin aja lebaynya."

"Apaa?! Mama mau nikah lagi? Nggak mau, Luke nggak mau punya bapak tiri. Bapak tiri hanya sayang pada—"

"Berisik, kamu bikin mama terlambat," ucap Jihan memotong ucapan Luke dengan menyelundupkan gorengan ke mulut anak laki-lakinya agar berhenti berbicara yang tidak-tidak.

"Serius mama nggak mau nikah lagi kan?"

Jihan tersenyum ke arah anaknya. "Nggak, nggak usah mengkhayal kamu. Kamu seminggu ke depan mau tidur di kampus kan? mau ada acara ospek kan? Yaudah, mama selama seminggu juga mau plesir. Biar rumah diurus sama mbok. Mama mau ada tugas negara, mau survey lokasi buat pembangunan cabang perusahaan, kunjungan ke salah satu panti asuhan juga, sekalian mama mau plesir juga, katanya di sana banyak pantai, uwu."

Luke menatap curiga ke arah mamanya. "Mama nggak lagi tekanan batin kan? Luke batalin aja kali ya kepanitiaan ospeknya dan ikut mama pergi liburan?" ucap Luke setelahnya. Luke takut dan tidak mau kejadian berbulan-bulan lalu terulang kembali. Kejadian dimana ia menyaksikan Jihan menangis begitu dalam di depan makam papanya selama tiga hari, dan ketika itu alasan Jihan ingin liburan.

Luke juga wajar dengan hal itu, kehilangan suami di umur pernikahan yang belum ada sepuluh tahun, jadi wanita yang juga tak lagi punya kedua orang tua, di paksa membesarkan anak sendirian dan ditambah diberi tanggung jawab yang besar untuk mengelola perusahaan yang ditinggalkan mendiang suaminya bukan perkara yang mudah bagi Jihan. Dari mulai diremehkan kolega, bawahannya, semua dewan direksi perusahaan hanya karena dia seorang wanita hingga tertipu ratusan juta yang mengakibatkan perusahannya sempat terombang-ambing.

Dan ditambah beberapa waktu yang lalu ia harus kehilangan Hana—teman yang baru-baru ini dia temui kembali dan dia kembali menemukan ladang untuk bercerita.

Jihan memeluk Luke hangat. "Enggak kok sayang, kali ini mama akan serius liburan. Kamu juga harusnya pergi liburan juga kan? jangan memaksa untuk ikut banyak kegiatan demi melupakan seseorang. Nanti kamu akan capek sendirian. Jangan coba melupakan, tapi coba menerima bahwa di dunia ini sesuatu tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi kita. Satu dua rencana kita mungkin tidak akan dikabulkan. Tetapi, tetap percaya satu dua rencana itu akan digantikan dengan sesuatu yang baik lainnya," ucap Jihan memberikan petuahnya sembari mengelus rambut Luke, sedangkan anak lelakinya itu hanya mengeratkan pelukan dan menenggelamkan kepalanya di pundak Jihan.

[✔] Begin Again (Lucas Wong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang