04. Happy Engagement

52 15 12
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Mama mending kalo ketemu tante Jihan lagi, dan dia sama anaknya mending gausah ngajak Yara," ucap Yara begitu sampai di pintu rumah. Selesai makan malam bersama yang hanya diisi kehebohan Hana dan Jihan. Sementara Luke dan Yara hanya bertukar pandangan yang menjengkelkan. "Aku gamau lagi ketemu Luke!"

"Kenapa deh Yar, bukannya Luke cakep kayak idaman-idaman kamu di handphone mu itu nggak sih."

"Nggak ada mana ada cakep, awh, sebel banget." Yara tak setuju Luke disamakan dengan idol kesayangannya.

"Ih nggak boleh sebel sama orang ganteng."

"Mamaaaa!!! Mama harus tahu, Yara tuh muak banget harus ngeliat muka dia seharian, dari satu sekolah bareng, sekelas, bahkan sekarang harus satu bangku berdua sama dia, dan tadi harus semeja makan. Astaga Yara nggakpaham lagi kenapa harus ketemu dia. Aaaaargh."

"Serius? Jadi kalian sedeket itu? Kenapa kamu nggak pernah cerita kalau punya temen deket secakep itu."

Yara tak kuasa menahan rasa sebalnya, dan beralih meninggalkan mamanya sendiri dan segera masuk ke dalam rumah.

"Papaaa!!!" panggil Yara begitu sampai di rumah.

"Papa lagi lembur kantor Yar, paling juga pulangnya ntar jam satu pagi. Kayak kemarin," ucap Hana sembari meletakkan sepatunya di rak sepatu.

Yara hanya mengangguk singkat kemudian kembali berkata, "Oke ma, Yara naik dulu. Good night, dan jangan harap mama bisa balik bawa Yara ketemu Luke atau Yara bakal minggat. Titik."

"Buset dah serem amat ancamannya Yar."

****

Pagi ini, suasana hati Yara mendadak langsung berubah seratus delapan puluh derajat dari semalam. Setelah bangun tidur, otaknya langsung membuat sketsa tentang makan bersamanya di kantin hari ini bersama Julian. Asli, pasti bakalan seneng banget.

Tepat pukul enam pagi Yara sudah siap dengan seragam dan juga sepatunya, bahkan mampu membuat mama-papanya yang sedang asyik menyiapkan sarapan di dapur terheran. Pasalnya, Yara biasa keluar dari kamar tepat pukul setengah tujuh lebih, itupun dia pasti akan sarapan dengan buru-buru dan berakhir kesedak beberapa kali. Dan itu dilakukan di setiap pagi menjelang berangkat sekolah.

"Papa jam dinding kita mati ya hari ini?" tanya mama ke arah papa Yara yang sedang sibuk menata piring di meja makan.

Papa Yara langsung melirik ke arah jam dinding rumah mereka. Kemudian beralih ke ponsel yang ada di sakunya. "Bener kok ini nggak mati jam-nya. Cocok sama di hp."

"Tapi Yara kok udah siap aja sih?" ucap Hana kepada suaminya sembari menunjuk ke arah Yara yang sedang berjalan kecil menuruni anak tangga dengan berdendang.

"Ma, ada yang nggak beres deh." Papa Yara langsung saja mendekat ke arah istrinya, kemudian memberi analisis-analisis mengenai anak perempuan tunggalnya yang menampakkan keanehan pagi ini.

[✔] Begin Again (Lucas Wong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang