5 : Kue strawberry

1.2K 119 1
                                    

William Hunter. Bangsawan taratas di kerajaan vampir. Dia bergelar Grand Duke, setingkat di atas Duke Anantram. Wilayah dan kekayaannya tentu lebih banyak dari bangsawan yang lain.

Sejauh ini, William tidak pernah berhubungan dekat dengan bangsawan yang lain. Dia bahkan tidak terlalu tunduk di bawah raja vampir yang sah. Vampir yang tangguh sepertinya, tentulah sesuai apa bila dijadikan sekutu. Dan itulah alasan Kainer mendatanginya hari ini.

“Silakan masuk, putra Duke Anantram,” ucap William dengan wajah datar.

Kainer masuk ke dalam ruangan besar di mansion William. Beriringan dengan sang tunangan yang dari tadi memasang senyum tipis.

Kainer dan Sophia, keduanya duduk di sofa empuk yang berhadapan langsung dengan William. Sesekali Sophia melirik Kainer, ingin melihat raut serius yang dipasang oleh sang tunangan. Menyimpan rasa kagum saat tunangannya itu berbincang tentang sesuatu yang terdengar penting.

Tangan kanan Kainer di letakkan di atas tangan kirinya. Sesekali, jari telunjuknya mengetuk tangannya sendiri. Sedang matanya fokus menatap mata lawan bicaranya dengan tajam.

“Jadi, mana stampelnya?” tanya Kainer.

“Singa muda ini… Kau memanfaatkan putriku, lalu datang kemari dengan wanita lain. Dan sekarang, kau langsung meminta stampel keluargaku?”

“Jangan membuang waktuku, William. Cukup berikan stampelnya!” tegas Kainer sambil memajukan tubuhnya.

“Betapa tidak tahu diri…” sindir William sambil bangkit dari duduknya, kemudian mengambil stampel berlambang ular, lambang keluarganya dari tangan pelayannya.

William menstampel sebuah kertas yang di dalamnya berisi soal persetujuan keluarga Grand Duke William pada semua tindakan Kainer. Dia kemudian menyerahkan kertas itu ke tangan Kainer yang baru saja terulur.

“Aku berharap tidak akan terjadi hal yang buruk,” ujar William.

“Satu-satunya hal yang buruk adalah nasib para bangsawan gila itu,” ucap Kainer penuh percaya diri sambil memandang selembar kertas di tangannya.

“Kau lebih ambisius dari Anantram. Saat kau menjadi Duke dan menggantikan ayahmu, entah apa yang akan terjadi dengan kerajaan ini.” William menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Bukankah bagus jika kerajaan ini berubah menjadi lebih baik?” Kainer menyerigai sesaat sambil menoleh ke arah William. “Berubah menjadi abu”.

“Anak muda memang gila!” William meringis.

Kainer terkekeh sesaat, dia kemudian bangkit dan mengulurkan tangan pada Sophia yang dari tadi memperhatikannya.

“Ayo, Sophia,” ujar Kainer.

Sophia tersenyum simpul, kemudian menerima uluran tangan Kainer. Dia bangkit dari duduknya.

Meski pada awalnya dia amat terkejut saat Kainer mengatakan ‘berubah menjadi abu’. Namun, kini gadis itu sudah kembali bersikap biasa.

Itu hanya gurauan. Pasti.

“Baik, William. Kami pamit undur diri"

Kainer dan Sophia menunduk sesaat di hadapan William, kemudian mulai berbalik. Pergi dari ruangan itu.

Keduanya memasang wajah senang. Kainer senang karena stampel yang ia inginkan akhirnya berhasil ia dapatkan. Sedang Sophia senang karena sebentar lagi ia akan mengelilingi ibu kota bersama tunangannya.

Saat mereka berjalan meninggalkan mansion William, langkah mereka terhenti. Seorang wanita tiba-tiba menghalangi jalan keduanya. Seorang wanita dengan rambut panjang, hitam sepinggang. Gaunnya amat mewah dengan hiasan berupa permata hijau zamrud. Dapat di pastikan itu adalah gaun mahal edisi terbatas yang minggu lalu hangat dibicarakan banyak vampir.

KAINER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang