Suara berat, namun lembut mengalun di ruangan yang saat ini diisi oleh Kainer dan Sophia. Sedang di luar ruangan itu, Anna sedang berdiri dengan sikap siaga. Bersiap melakukan tindakan jika Kainer ternyata menyakiti nonanya di dalam sana.
Kainer sedang menceritakan segalanya pada Sophia di dalam ruangan itu. Menceritakan semua tentang dirinya yang selama ini ia tutupi. Sisi lain dari dirinya yang tidak ingin diketahui Sophia.
Kainer menghancurkan dinding yang ia buat sendiri. Berusaha menarik kembali kepercayaan, dan mungkin juga cinta tunangannya yang memudar karena kecewa. Meski Kainer tahu bahwa sulit untuk membuat wanita itu kembali jatuh padanya.
Sophia yang sudah dihancurkan oleh ayah dan kakak sulungnya. Wanita seperti itu... Apa kau pikir mudah untuk membuat kepercayaannya kembali?
Bersamaan dengan bibirnya yang tengah berkisah, satu tangan besar Kainer mengusap kepala tunangannya, sedang tangan lainnya mendekap tubuh lemas sang tunangan yang seolah amat rapuh.
Tangan itu terus membelai lembut rambut Sophia. Tidak peduli meski dari tadi sang wanita memberontak, ingin lepas sambil terisak-isak.
"Dengarkan sebentar saja, Sophia," lirih Kainer.
Kainer menceritakan tentang kisah awal, bagaimana ia jatuh cinta.
Jatuh cinta pada seorang gadis manis yang tenang dan tak banyak bicara. Gadis yang menurutnya lebih berkilau dari jutaan kristal cantik yang pernah dilihat tetranya.
Dengan mata cokelat berkilau, wajah teduh yang damai, dan senyum tipis yang amat menawan, gadis itu selalu menghantui malam Kainer. Diam-diam masuk ke dalam mimpinya. Membuatnya menggila, dan menyadari bahwa dia sudah melabuhkan hatinya secara tidak sadar pada sosok gadis itu.
Kala itu, Kainer mengemban misi besar. Dia harus mengumpulkan stampel, lambang keluarga bangsawan berpengaruh di kerajaan. Stampel itu berupa dukungan dan tanda tunduknya para bangsawan di bawah segala tindakannya.
Misi besar itu ditopangnya sendirian. Dengan penuh kepercayaan diri, Kainer berjanji pada sang ayah, bahwa ia akan menjalankan misi itu sebaik mungkin. Misi dimana harusnya ia tak boleh jatuh cinta, apa lagi saat pertama kali menjalankannya.
Target pertama adalah Marquess Julian.
Menarik hatinya, menjanjikan ini dan itu padanya, kemudian dapatkan stampel keluarganya. Itulah rencana Kainer.
Sayangnya, saat ia datang ke tempat bangsawan serakah itu, dia tanpa sengaja jatuh cinta. Terpana pada putri target pertamanya.
Saat berada di mansion Marquess Julian, Kainer tak pernah absen untuk memperhatikan putri bungsu Marquess Julian secara diam-diam. Dia selalu suka melihat bagaimana jemari lentik sang gadis menari bersama jarum untuk merajut syal cantik.
Sadar telah jatuh cinta, Kainer memutar rencana awalnya. Dia mengganti rencananya dari merayu Marquess Julian, menjadi berpura-pura bersekutu dengan Marquess Julian.
Rencana yang berbeda dari yang ia sepakati bersama ayahnya.Raja?
Kainer tidak mau jadi raja!
Justru Kainer mau memberikan takhta pada vampir yang pantas menjadi raja.Pria bermata kuning terang itu tak pernah menyimpang dari jalan kebenaran. Selalu mengikuti langkah baik sang ayah. Meski tindakanya terkesan tergesa-gesa, namun Kainer selalu siap akan segala konsekuensi yang akan ia hadapi.
Setelahnya, dua keinginan Kainer terpenuhi. Dia bertunangan dengan gadis yang ia suka, juga mendapat stampel keluarga Marquess Julian beberapa saat sebelum pertunangan dilaksanakan.
Ah, namun jika boleh jujur, Kainer lebih menantikan pertunangannya dari pada penyerahan stampel keluarga Marquess.
Saat Sophia masuk ke ruang tempat mereka akan bertunangan saja, Kainer tidak berhenti memuja penampilan wanita itu dalam hati. Teramat kagum dan bahagia sampai tak bisa berkata-kata.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAINER [TAMAT]
Vampiri"Tunanganku bisu. Aku sendiri yang memotong lidahnya" Sophia mencintai tunangannya dengan sepenuh hati. Berharap besar bahwa sang tunangan akan merubah hidupnya menjadi lebih baik. Membawanya keluar dari penjara keluarganya sendiri, namun Sophia tid...