7 : Malam panas

2.2K 123 2
                                        

Tiga hari setelah kejadian yang memalukan bagi Sophia itu berlangsung, Anna tiba di mansion keluarga Anantram.

Kedatangan Anna membuat perasaan Sophia amat senang. Gadis itu bahkan langsung berlari Ketika mendapati Anna turun dari kereta. Menghamburkan diri ke dalam pelukan pengasuhnya.

Sangat rindu!

Sophia pun langsung membawa Anna menuju kamarnya, ingin berbagi banyak hal dengan wanita itu.

“Anna, aku hidup dengan sangat baik di sini.  Semuanya sangat baik padaku!” ujar Sophia dengan mata berbinar bak bocah yang sedang berbagi kisah dengan ibunya.

“Apa saya bilang, Nona, anda pasti bisa hidup tanpa saya. Anda adalah vampir yang kuat! Vampir yang hebat!” ucap Anna sambil menyisir rambut cokelat terang Sophia.

“Ah, aku tidak akan bisa hidup tanpa dirimu!” seru Sophia penuh senyum.

“Nah, Nona, apa anda tidak ingin bercerita tentang apa saja yang terjadi selama saya tidak ada?”

Sophia tersenyum. Pipinya amat merah. Gadis itu kemudian bercerita panjang lebar tentang hari-hari yang ia jalani di tempat itu. Tentang kelembutan Kainer saat menenangkannya, tentang seni bela diri Kainer yang tanpa sengaja Sophia lihat kemarin, tentang mata Kainer yang dalam, tentang postur tubuh pria itu saat sedang tidur, semuanya tentang Kainer!

Anna tertawa renyah, “Nona sepertinya benar-benar menyukai tuan!”.

Meski saat ini Sophia sedang membelakangi Anna, namun pelayan itu tahu bahwa wajah majikannya sudah merah padam saat ini. Ia juga tahu Sophia tersenyum malu, tidak mengelak ucapannya.

Anna terus menyisir rambut Panjang Sophia. Keduanya tengah duduk bersimpuh di atas kasur sambil terus berbincang, namun tanpa Sophia sadari, ujung obrolannya selalu mengarah kepada Kainer.

“Astaga, Nona… Apa, Nona sangat merindukan Tuan Kainer? Anda tidak berhenti membicarakan Tuan Kainer. Anda bahkan baru bertemu dengannya beberapa waktu lalu.” Anna bangkit dari duduknya, kemudian meletakkan sisir emas yang ia pegang ke meja rias di ruangan itu. “Jadi, sebenarnya anda merindukan saya atau Tuan Kainer?” goda Anna.

“Anna… Bukan begitu,” rengek Sophia.

Anna menoleh ke arah pintu, memelototkan matanya. “Ah, Tuan Kainer!”

Spontan, Sophia langsung ikut menoleh, mencari keberadaan Kainer dengan senyum indah di bibirnya. Namun, senyum itu hanya menetap sebentar di wajah Sophia. Gadis itu kini malah memasang wajah masam ke arah Anna, lantaran wanita itu menipunya.

“Anna!”

“Nona, saya hanya bercanda,” ucap Anna sambil berjalan mendekati Sophia.

Setelah sampai di sebelah majikannya, Anna lagi-lagi tertawa renyah. Dia amat suka menggoda Sophia.

Didekapnya tubuh kurus Sophia. Dengan penuh kelembutan, Anna kemudian mengusap surai nonanya perlahan.

“Tidak salah lagi. Anda mencintai Tuan Kainer, kan?"

Sophia tidak menjawab. Dia malah membenamkan wajahnya pada dada Anna.

“Anda tumbuh dewasa dengan sangat cepat, Nona”

Anna mulai berkaca-kaca, mengingat sekecil dan sekurus apa Sophia saat pertama kali ia rawat. Saat dimana pertama kali hatinya bergetar untuk seorang anak gadis dengan sorot mata dingin dan kosong.

Anna benar-benar menyayangi Sophia melebihi ia menyayangi dirinya sendiri. Karena rasa sayangnya yang amat besar, ia bahkan lebih pantas di sebut wali Sophia dari pada Marquess Julian.

KAINER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang