"Sudah." Adalah kata pertama yang diucapkan oleh Kainer kala ia sampai di ruang mewah dengan nuansa seram yang diisi oleh Baron dan Marquess Julian.
Count Justin? Pria tamak itu keluar begitu saja dari ruangan itu sejak lama. Pergi tanpa mengucap sepatah kata dan berjalan dengan air muka serius.
Satu tangan Kainer menggenggam kain yang membungkus kepala seseorang. Sedang tangan satunya menyeret pedang perak kebanggaannya-kebiasaan yang biasa ia lakukan ketika baru saja memotong kepala musuh.
Rambut panjang yang sedikit bercabang di ujungnya keluar dari sela kain yang Kainer bawa, menandakan bahwa itu adalah kepala seorang wanita.
Mata dingin Baron menatap Kainer.
Sunyi.
Hanya terdengar suara decakan yang dibuat oleh Marquess untuk menghilangkan ketegangan di sana.Baron mengambil langkah mendekat. Menarik paksa kain di tangan Kainer, kemudian melemparnya.
'Dugg'
Bungkus kain itu terbuka, menampakkan kepala seorang wanita lelah yang kini hanya tinggal nama, Anna.
Didetik yang sama kala kepala Anna jatuh, Kainer mengeraskan rahangnya. Menahan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun. Tak sanggup rasanya melihat kepala vampir yang sudah membesarkan kekasihnya menggelinding tanpa harga seperti itu.
Kepala Anna terus menggelinding dan baru berhenti kala menabrak sisi dinding. Membuat Kainer mengingat saat-saat dimana ia mengayunkan pedang pada pelayan kesayangan tunangannya itu.
Anna yang setia sampai mati, memilih mengorbankan diri menggantikan Sophia. Merelakan kepalanya dibawa oleh Kainer sebagai seorang pelayan tak tahu diri yang lancang menguping pembicaraan para bangsawan besar.
"Jangan menangis, Nona. Bahkan jika saya punya seribu nyawa, saya akan tetap mengorbankan semua nyawa saya demi anda," ucap Anna kala melihat Sophia menangis sendu di pelukannya.
"Aku tidak bisa hidup tanpamu, Anna"
"Anda bisa, Nona"
"Tidak bisa!"
"Maafkan saya karena tidak bisa menepati janji untuk menjadi pengasuh putra-putri Anda," lirih Anna.
Kainer hanya dapat menyaksikan perpisahan haru itu dengan dipenuhi rasa bersalah. Dia memang diam, namun jauh di lubuk hati, Kainer mengutuk dirinya sendiri. Menyumpah serapahi dirinya karena tak berdaya.
"Pelayan tunanganmu?" tanya Baron.
"Ya," jawab Kainer singkat.
Baron memindahkan pandangannya, dari yang semula memandang kepala Anna, berubah menjadi memandang pedang perak di tangan Kainer.
"Kau yakin dia yang menguping pembicaraan kita?" tanya Baron.
Kainer menyeringai, kemudian melirik Baron. Selanjutnya, seolah orang yang pandai berbohong, dia berkata, "Apa maksudmu? Apa kau sedang menuduh tunanganku?".
"Aku tidak menuduhnya, Singa muda. Aku hanya memikirkan beberapa kemungkinan"
"Jangan menuduh tunanganku sembarangan. Meski dia lahir di tanah terkutuk Jullian, namun kini dia bagian dari keluarga Anantram. Menuduhnya, berarti mengotori nama keluargaku dan aku tidak suka saat nama belakangku kotor"
Baron tersenyum manis, namun Kainer tahu jelas bahwa senyum manis itu memiliki arti sebaliknya.
"Itu benar. Jangan tuduh putriku sembarangan!" tegas Marquess Jullian.
Kainer menoleh kepada Marquess. Bibirnya terangkat sebelah, kemudian berkata, "Sophia sudah menjadi tunanganku. Jadi, jangan klaim dia sebagai putrimu lagi. Dia milikku sepenuhnya!".

KAMU SEDANG MEMBACA
KAINER [TAMAT]
Vampire"Tunanganku bisu. Aku sendiri yang memotong lidahnya" Sophia mencintai tunangannya dengan sepenuh hati. Berharap besar bahwa sang tunangan akan merubah hidupnya menjadi lebih baik. Membawanya keluar dari penjara keluarganya sendiri, namun Sophia tid...