10 : Raja Kainer? (2)

989 111 2
                                    

“Katakan, Kainer. Apa yang akan kami dapatkan?”

Suara berat dan dingin, itu pasti suara Baron!

“Apa yang akan kami dapat, jika kau benar menjadi raja?” tanya ulang Baron.

“Wilayah, kedudukan tinggi di istana, juga wewenang untuk melakukan apa pun,” jawab Kainer enteng.

“Cukup menarik”

“Menarik? Kau pikir dihukum gantung menarik, Baron? Persentase keberhasilan tujuan ini bahkan tidak sampai satu persen!” tegas Count Justin.

“Kau terlalu takut, kawanku. Santai dan pikirkan seberapa banyak keuntungan yang akan kau dapatkan,” kata Marquess Julian.

“Kau tidak akan rugi, Count,” ujar Kainer. “Baik, jadi semuanya ada dipihakku?”

“Ah, terserahlah!” seru Cout Justin.

“Kalau begitu, ayo serahkan stampel keluarga kalian! Tanda bahwa kalian mendukungku sepenuhnya”

Tak perlu waktu lama, kini tiga kertas dengan stampel berbeda sudah ada di tangan Kainer. Membuatnya memasang seringai senang.

“Kau sudah dapat suara para bangsawan. Jadi, saat kau mengalahkan raja, dia tidak akan bisa berkutik. Diam karena tidak punya pendukung.” Baron menghela napas pelan. Matanya tak berkedip. Menatap tajam Kainer yang sedang duduk di hadapannya. “Sekarang, pertanyaannya adalah bagaimana caramu mengalahkannya?”.

“Mengajaknya berduel disaat dia tidak siap,” jawab Kainer.

“Kau yakin bisa menang?” tanya Baron.

“Tidak ada yang bisa menang melawan kekuatan kristal dominic.” Kainer mengusap pegangan pedangnya. Pedang perak kebanggaan yang sebagian terbuat dari kristal dominic. Kristal dengan kekuatan besar.

Setiap luka yang dibuat oleh pedang itu, bertahan permanen!

Semua pasang mata di ruangan itu langsung terarah pada pedang Kainer. Mereka memandangnya kagum. Tidak percaya bahwa pedang dengan komposisi terkuat itu dimiliki oleh vampir muda seperti Kainer.

“Kapan?” tanya Baron lagi.

“Minggu depan. Sehari sebelum festifal. Saat dimana semuanya akan sibuk mempersiapkan festival hingga melonggarkan keamanan”

“Kau rupaya sudah memikirkan ini dengan sangat matang,” puji Baron, kemudian meneguk darah yang sudah tersaji di hadapannya sejak tadi.

“Astaga, siapa sangka raja akan mati dua hari sebelum festival?” ujar Marquess disertai tawa.

'Prang'

Guci yang berdiri di samping Sophia pecah. Jatuh akibat gerakan tanpa sengaja dari wanita itu.

“Siapa itu?!!” teriak Count Justin sambil bergegas mengeluarkan belati dari balik jubah hitamnya.

Kaki Sophia gemetar. Lemas setelah mendengar teriakan itu.

Jantungnya juga berdebar hebat. Menduga-duga apa yang akan terjadi jika ia sampai tertangkap basah sedang menguping rencana pemberontakan besar itu.

Count berjalan dengan ujung jari kakinya. Menuju ke sebuah jendela kecil di ruangan itu. Jendela yang di baliknya terdapat Sophia.

“Bayangan wanita!” seru Count kala melihat bayangan Sophia.

Tidak hanya Count Justin. Baron, Kainer, dan Marquess Julian kini memasang sikap siaga.

Ini adalah rencana besar. Akan sangat berbahaya bagai mereka jika rencana ini sampai bocor.

“Siapa pun dia. Tangkap dan bunuh!” teriak Baron.

KAINER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang