OB :: [2]

13.2K 1.4K 147
                                    

Bunyi alarm terdengar nyaring membuat salah satu dari dua orang yang tengah tertidur itu tersadar. Renjun mengusap wajahnya kasar, masih terlalu lelah dan mengantuk karena kegiatan panasnya dengan Haechan semalam.

Ia perlahan membalikkan tubuhnya agar menghadap sang dominan yang masih terlelap. Menggerakkan tangannya untuk mengelus sebelah pipi Haechan.

"Haechan, bangun." Ujarnya seraya menggoyangkan tangannya di pipi milik suaminya.

Beruang di depannya ini hanya bergumam, semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Renjun.

Sekali lagi Renjun menggoyangkan tangannya, "Ayo bangun sayang."

"10 menit." Pinta Haechan dengan suara seraknya. Renjun tentu saja menggeleng, ia memainkan daun telinga milik si dominan dan sesekali menariknya.

Kegiatan Renjun mengganggu suaminya berhasil, perlahan Haechan membuka matanya, menatap tajam lelaki manis yang berstatus sebagai suaminya itu.

"Renjun." Peringat Haechan.

Namun Renjun tetap Renjun, ia malah beralih menjepit hidung lelaki di depannya, membuat Haechan tidak bisa bernafas karena mulutnya juga dibungkam oleh pemuda itu. "Bangun sekarang atau tidur selamanya?"

Berhasil, sedetik kemudian Haechan bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk. Pemuda tan itu menatap kesal sang suami, ia beringsut menjauh dari Renjun sebelum kembali rebahan dan menutup matanya.

"Haechan ih bangun! Katanya mau ke bandara!"

"Aaaaa~ kasih aku waktu 10 menit. Masih ngantuk tau." Haechan mulai merengek seraya menutup telinganya dengan bantal.

"Kan aku udah bilang semalem, kamu bilang bakal bangun. Mana?"

"Kalau aku gak bilang gitu, kamunya pasti gak mau." Jawab Haechan teredam dengan bantal.

Renjun menghela nafas, "Makanya kalau janji itu yang bener. Janjinya sekali, tapi kamu gempur aku berkali-kali sampe jam 2. Sekarang ngantuk kan?"

"Jangan ceramah, aku mau tidur."

Perkataan Haechan berhasil membuat emosi dalam diri Renjun kembali bangun dan meronta ingin keluar.

Dengan kesal Renjun bangkit dan menarik bantal yang dipakai suaminya dalam sekali tarik. "BANGUN GAK?!" Teriaknya marah.

Bukan apa-apa, Haechan kalau telat suka kayak anak kecil, ngerengek terus, gak sadar umur. Renjun gak mau itu terjadi lagi.

Melihat Haechan yang hanya berdecak malas dan kembali melanjutkan acara tidurnya membuat Renjun tambah kesal.

"Hitungan ketiga kalau kamu gak bangun juga, jangan sentuh aku satu kalender."

"OKE AKU BANGUN!"

......

"Kamu baik-baik di rumah, kalau butuh apa-apa minta aja sama Chenle, jangan minta bantuan Jeno, Ryujin, Lia, apalagi Yeji kecuali darurat. Pokoknya Chenle, atau kalau mau apa-apa bisa minta mama aku atau mama kamu, Doyoung hyung juga bisa. Paham?"

"Iya."

"Paham gak?"

"Paham, Lee Haechan."

"Nah, kalau gabut main aja keluar, tapi sama Chenle. Awas aja aku liat kamu keluar sama Jeno, Ryujin, Lia, atau Yeji."

"Jisung?"

"Jisung gapapa, dia udah punya Chenle."

Haechan menarik pinggang yang lebih tua, mengecup dahi suaminya lama sebelum menjauh dan mengambil kopernya.

Our Baby | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang