"Sini,"
Renjun menunjuk karpet bulu yang ada di bawahnya, kini Renjun tengah terduduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki yang sengaja ia lebarkan agar Haechan bisa duduk diantara kakinya.
Yang dipanggil menurut, Pria tan itu duduk di atas karpet namun dengan cepat Renjun memukul lengannya. Menimbulkan ringisan dari yang lebih muda.
"Bukan hadap sini bodoh! Hadap sana."
Haechan tergelak seraya memutar posisi tubuhnya, kini Haechan duduk sembari memunggungi Renjun, punggungnya ia sandarkan pada pinggir ranjang sementara kepalanya mendongak, lagi-lagi membuat Renjun geram.
"Yang bener Haechan, aku ini emosian."
"Tau." Sahut Haechan singkat.
Renjun mendorong kepala belakang suaminya agar tidak menempel dan membasahi celana yang ia pakai. Membuat Haechan seketika menunduk akibat dorongan kuat Renjun.
"Aduh sakit Ren!" Keluh Haechan sambil memegang leher belakangnya yang terasa nyeri.
"Kakek-kakek." Cibir Renjun membuat decakan keluar dari bibir sang suami.
"Kamu dorongnya kekencengan tau, bukan kakek-kakek!"
"Makanya rambutnya jangan nempel-nempel celana aku. Basah!"
"Iya maaf. Ayo keringin." Haechan menarik handuk kecil yang tersampir di lehernya sejak keluar kamar mandi.
Handuk itu kini berpindah tangan, dengan segera Renjun melakukan apa yang diminta Haechan tadi. Mengusak lembut surai coklat gelap suaminya.
"Sayang," Panggil Renjun disela kegiatannya.
Gumaman Haechan berikan sebagai respon, matanya terpejam menikmati pijatan tangan mungil di kepalanya.
"Malem ini aku tidur bareng Zio, kamu sama Lucas ya?"
"Kok? Kenapa?"
"Pengen aja, boleh ya?"
Kini Haechan mendongak, menatap tepat ke bola mata si manis yang ada di atasnya. "Boleh. Mau dimana? Aku yang pindah atau kamu yang pindah?"
"Kamu pindah." Jawab Renjun dengan cengiran di wajahnya. Haechan terkekeh, menjawil pucuk hidung si manis lantaran gemas kemudian mengangguk.
"Gemes banget minta dikawinin." Celetukan Haechan mendapatkan pukulan di bahunya, "Itu sih maunya kamu!" Sahut Renjun kesal.
"Emang." Jawab Haechan.
Yang lebih tua berdecih, menyampirkan handuk di bahu sang suami dan memintanya untuk menyimpan handuk tersebut.
Tapi sebelum bangkit, Haechan meraih salah satu tangan Renjun yang bertengger di bahunya, "Gimana hari ini?" Tanya Haechan.
Renjun hanya tersenyum, sebelah tangannya yang tidak di genggam Haechan kini mengangkat dagu pria tan itu, memaksa Haechan untuk lebih mendongak.
"Hmm? Kenapa sayang?" Bisik Haechan.
"Tadi perut aku sempet sakit." Aku Renjun, jari-jari kecilnya membelai tonjolan jakun si suami. Salah satu bagian favorit nya dari tubuh Haechan.
"Kenapa?"
"Aku cuma duduk di sofa kok. Cuma ya..." Renjun sengaja menggantungkan kata-katanya, ragu mau bilang ke Haechan atau enggak.
Dirinya tersentak saat merasakan ibu jarinya digigit pelan oleh Haechan, tatapan si pria tan masih terarah lurus padanya.
"Jangan kebiasaan gigitin aku dong Chan, sakit tau." Keluhnya.
Haechan tak menanggapi perkataan Renjun, memilih untuk meminta si manis melanjutkan ucapannya. "Lanjutin ngomongnya, kenapa gantung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby | Hyuckren
Fanfiction[NP S2 :: Our Baby.] Renjun yang sedang mengandung itu mengerikan menurut Haechan, pemuda manisnya seakan-akan memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. Renjun juga merasakan hal yang sama, Haechan seperti memiliki dua jiwa dalam satu tubuh.