Sosok Haechan sedang terduduk di sofa ruang tengah dengan laptop di paha dan juga jari-jarinya yang bergerak lincah di atas keyboard, tatapannya tampak serius dengan wajah dingin menatap layar.
Renjun yang baru saja turun dengan piyama kebesaran miliknya serta memeluk sebuah bantal, berjalan pelan menghampiri Haechan. Pria manis itu hanya diam di pinggir sofa, menunggu Haechan menyadari keberadaannya. Posisinya cukup jauh karena Haechan juga berada di ujung sofa.
Selesai dengan urusan di laptopnya, Haechan memindahkan benda tersebut ke atas meja di depannya, mengambil ponsel dan kembali sibuk. Sama sekali tidak menyadari adanya Renjun disana.
Sampai akhirnya Haechan baru tersadar saat Renjun melangkah mendekat, ia segera menoleh, kedua sudut bibirnya terangkat melihat Renjun-nya terlihat sangat manis dan menggemaskan.
Haechan menepuk pahanya sendiri, meminta Renjun untuk duduk di pangkuannya. Si manis semakin mendekat, namun bukan duduk di pangkuan melainkan memeluk tubuh besar sang dominan dari samping dan menyandarkan kepalanya di bahu Haechan. Bantalnya ia buang begitu saja ke karpet di kakinya.
Kecupan-kecupan ringan Haechan bubuhkan di dahi dan pucuk kepala Renjun. Ponselnya ia taruh sembarang, menaikkan dagu Renjun agar mendongak dan mengecup bibirnya singkat.
"Kenapa, hm?" Tanya Haechan seraya menyingkirkan rambut Renjun yang mulai panjang sehingga menutupi mata rubah cantik milik istrinya.
Renjun tersenyum kecil, "Besok aku ikut ya?" Pintanya.
Alis Haechan mengerut, "Ikut kemana?"
"Kantor. Aku bosen." Tutur Renjun dengan nada manja yang jarang sekali Haechan dengar.
"Jangan deh, disana juga kamu bakal bosen sayang."
Senyum di wajah Renjun dengan cepat berganti dengan ekspresi merajuk yang juga jarang sekali Haechan lihat. Renjun melepaskan pelukannya dengan bibir mengerucut. Pria manis itu kembali mengambil bantal yang ia bawa dan bersiap pergi dari sana.
"Haechan jelek!" Hina Renjun seraya bangkit dari duduknya, menatap sinis Haechan sebelum melangkah menjauh.
Namun baru satu langkah menjauh, Haechan dengan cepat menarik tangan Renjun. Membuat tubuh si manis oleng dan berakhir kembali duduk di tempatnya semula.
Renjun memeluk bantalnya erat, kepalanya menoleh ke samping kanan, enggan menatap Haechan yang terus menatapnya dalam.
Haechan sendiri hanya diam mengamati wajah si manis karena baru kali ini Renjun merajuk dengan ekspresi yang menggemaskan. Biasanya Renjun hanya akan memukul atau memasang wajah dingin andalan pria itu. Tapi kali ini berbeda, Renjun terlihat seperti submisif normal pada umumnya di matanya.
Maklum, posisi Haechan memang dominan dalam hubungan mereka, tapi sering kali sifat dan kelakuan Renjun lah yang terlihat sangat dominan dibanding Haechan yang selalu bertingkah manja, menggemaskan dan selalu merajuk kalau keinginannya tidak dituruti.
Jeno saja sampai mengira kalau Renjun berubah haluan menjadi dominan kala mereka pergi berlibur bersama beberapa bulan yang lalu. Yang tentu saja dibantah kuat oleh Haechan.
Renjun yang mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan Haechan semakin memeluk bantalnya erat serta menenggelamkan wajahnya di bantal tersebut. Membuat Haechan iri kepada bantal putih empuk nan halus di pelukan sang istri.
"Iya, boleh. Besok kamu boleh ikut." Ujar Haechan pada akhirnya.
Ia menggerakkan tangannya untuk merebut bantal milik Renjun namun tidak bisa, Renjun malah semakin mempererat pelukannya di bantal. Haechan menghela nafas, beralih mengelus rambut halus Renjun pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby | Hyuckren
Fanfiction[NP S2 :: Our Baby.] Renjun yang sedang mengandung itu mengerikan menurut Haechan, pemuda manisnya seakan-akan memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. Renjun juga merasakan hal yang sama, Haechan seperti memiliki dua jiwa dalam satu tubuh.